Bagi sebagian pria, gombalan
mungkin sudah seperti jadwal makan yang wajib dilakukan minimal 3 kali sehari.
Gak semua sih, tapi mayoritas demikian.
Hey tuan, jangan terlalu
gegabah menjanjikan kata 'selamanya' padaku. Masih untung engkau melontarkan
kata-kata keramat itu padaku, karena aku tidak pernah mengambil serius
kata-katamu. Terlalu banyak asam garam yang kutelan hingga perutku kembung.
Gombalanmu itu bahkan tidak ada seujung kukunya. Jadi tenang saja aku tidak
akan menganggapnya sebagai janji yang harus kau tepati, sebagaimana layaknya
janji adalah hutang yang akan ditagih di akhirat nanti.
Namun coba engkau pikirkan,
bagaimana dengan gadis-gadis lugu nan naif yang mendengarnya? Engkau membunuh
sesuatu yang disebut harapan, kebahagiaan, yang mungkin nampak sepele di
matamu. Jangan, jangan hancurkan hidup mereka sayang, dengan segala janji
manismu. Setidaknya ingatlah ibumu. Engkau dilahirkan dari rahim seorang wanita
pula bukan?
Aku serius.
Aku jujur.
Itu katamu.
Ah sayang, andai engkau tau
betapa inginnya aku percaya pada pernyataanmu, melebihi kepercayaanku pada
sejumlah fakta yang ada di ponselku, bukti nyata yang dapat mengubah senyum di
wajahmu menjadi pucat pasi seketika.
Oh ya, penasaranku belum
terjawab.
Jadi, aku adalah targetmu
yang nomor ke berapa?
Ehehehe, aku bukannya skeptis
memandang istilah cinta. Demikian pula aku melihatmu, bagiku kamu bukan orang
jahat. Sedikit banyak kamu mirip denganku. Kita serupa.
Aku, pun kamu, hanya belum
menemukan seseorang yang menyadarkan kita untuk terus komit dengan komitmen.
Seseorang yang membuat kita bersedia dengan tulus memberi, kendati kita tidak
menerima apa-apa darinya.
Kudoakan dengan tulus agar
engkau segera menemukan orang yang kau butuhkan dan inginkan. Sesuai keinginan
dan harapanmu.
Meski sosok itu bukan aku :).
Karena tipemu adalah wanita
yang nampak jelita dengan jilbabnya.
Karena tipeku adalah dia yang
hanya menjadikanku sebagai satu-satunya, bukan sebagai pilihan, pun cadangan.
Karena tipeku adalah dia yang
menyukai wajah bangun tidurku yang tentu saja tanpa riasan make up.
Karena tipeku adalah dia yang
mau sama-sama belajar bersamaku mencintai Tuhan, bukan dia yang mencari wanita
dengan segala kesempurnaan.
Karena tipeku adalah dia yang
mungkin tidak bisa menjanjikan jaminan kebahagiaan, namun selalu bersedia setia
di sampingku saat senang dan sedih.
Karena semua sifat itu tidak dapat
aku lihat dalam dirimu.
Meski sejujurnya aku
berbunga-bunga setiap mengobrol denganmu.
Meski senyumku mengembang
setiap melihat namamu tertera saat ada pesan masuk di ponselku.
Meski tidak dapak dipungkiri,
aku tetap jatuh cinta, meski kutepis kuat-kuat perasaanku.
Ya, aku jatuh hati kepadamu.
Padahal bukan cuma kamu satu-satunya yang mendekatiku.
Padahal aku tau kata-katamu hanya gombalan belaka.
Padahal aku tau, aku bukanlah satu-satunya.