Pikiran lagi sungguh semrawut belakangan ini, saking
bingungnya mau cerita apa hingga akhirnya saya memutuskan lebih baik diam. Oh,
ya, kabar baiknya saya baru saja menuntaskan satu daftar ceklis kebahagiaan…mereka.
Tidak apa, toh kebahagiaan mereka adalah kebahagiaan saya juga.
Saat senggang saya membaca postingan-postingan (yang
syukurnya) yang belum saya hapus dari
blog. Sungguh tidak berbobot, tidak seperti blog-blog pada umumnya. Tidak apa J.
Saya tidak berbakat menulis. Namun saya sangat suka menulis.
“I write to express, not to impress”, mengutip kata dari
akang senior saya di kampus. Itulah kurang lebih yang saya rasakan saat
menulis.
Hhhmm, sedang tidak semangat untuk berpuisi, menyanyi,
berargumentasi.
Sedang berupaya lebih banyak mendengarkan, memahami, dan
belajar ketimbang berbicara. Karena berbicara sungguhlah lebih mudah ketimbang
mempraktekkan. Hahaha, oke, oke ucapan barusan boong banget. Seperti biasa saya
bakal tetep cuap-cuap kok di blog ini J.
Jika membaca tulisan-tulisan saya, mungkin sepintas saya nampak
seperti orang baik.
Saya memang orang baik kok. Hehehe, enggak deng. Saya
manusia pada umumnya kok. Yang tentu saja punya segudang salah dan khilaf,
banyak malah, hahaha.
Sebentar lagi saya akan meninggalkan Jatinangor, kota yang
mungkin tidak tersohor, karena bisa dibilang hampir tidak ada tempat rekreasi
di sana.
Oke, ujung-ujungnya saya curhat deh, gak papa kan yah? Kan
ini blog saya J.
Pertama kali menginjakkan kaki di kota ini saya menangis di
kostan. Kalo sekarang dipikir-pikir, hih, sungguh cengeng sekali. Hingga
akhirnya saya menemukan keluarga baru di kostan yang sungguhlah lebih membuat
saya betah ketimbang di rumah sendiri. Nia, teman seangkatan sekaligus
seperjuangan sesama Maba (Mahasiswa Baru) yang tinggal di kamar depan saya.
Saya belum pernah menemui teman sebaik, setulus, serajin, dan sesholehah Nia,
(ini pujian jujur dari lubuk hati terdalam lho). Dan keluarga berikutnya yaitu
kakak-kakak dari berbagai angkatan dan fakultas yang kemudian sudah seperti
kakak kandung sendiri, mereka adalah Teh Feni, Kak Henri, Kak Tri, Kak Seniman,
dan Kak Bakhtiar. Betull, penghuni kostan ini sungguh sedikit, tapi karena
sangat sedikit (3 cewek dan 4 cowok) itulah
yang membuat kami akrab seperti keluarga. Contohnya saja Kak Seniman dan Kak
Tri yang tidak pernah marah meskipun selalu saya dan Nia jahili. Eh tapi mereka
juga jahat sih kadang-kadang, para lelaki itu tidak mau mengajak saya dan Nia
jalan-jalan ke Bukit Bintang di Bandung meskipun kami merengek-rengek. “Itu tuh
tempat mesum”alasan mereka. Hih, lantas mereka ngapain ke sana dong kalo gitu??
Dan yang semakin bikin muka ditekuk tau-tau pulangnya mereka pamer bill makan
di Gampung Aceh. Iya, mereka pun jahat selayaknya kakak kandung juga. Saya berkali-kali merayakan pergantian tahun
di Jatinangor ketimbang di rumah. Acara sederhana, hanya bakar-bakaran dan
nyewa infocus buat nonton layaknya nonton layar tancep. Padahal saya dan Nia
ujung-ujungnya gak ikutan nonton, karena banyakan tutup mata, ataupun kabur ke
kamar, karena film yang mereka sewa ternyata genrenya horror…semua!! Ngeselin
kan? Tapi saya kangen masa-masa itu L.
To be continue, lanjut ke Part 2 kalo saya sempet, ingat dan….mood
nulisnya J.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar