Bakalan jarang ngeblog untuk
dua bulan ke depan, ada kewajiban yang harus dikerjakan, alhamdulillah, hehe.
Sering gak sih terbesit di
pikiran kalian "seandainya bla, bla, bla..."? Pasti sering yah, baik
disadari atau gak disadari. kata 'seandainya' menurut saya bisa berarti 2
makna, yang pertama bisa memiliki arti berharap, pengharapan, contoh
sederhananya "andai saya seorang pilot". Sedangkan yang kedua bisa
bermakna rasa penyesalan terhadap hal lampau, contohnya "andai saya
kemarin saya datang ke acara tersebut". Yang sering terbesit di pikiran
kalian yang mana?. Kalau saya mungkin yang kedua. Penyesalan? Hehe, iya sih,
ada beberapa hal yang sangat saya sesalkan, entah itu hal yang pernah saya
perbuat ataupun keputusan yang ternyata kurang tepat. Tapi setiap kali terpikir
banyak penyesalan, saya sekarang ini mulai mencoba berpikir positif, ketetapan
Tuhan pasti selalu indah, kan? Ketetapan Tukan tentu adalah yang terbaik untuk
kita. Jadi jalani saja keputusan yang telah diambil dengan sebaik mungkin. Seandainya
nasi sudah jadi bubur, namun bubur pun masih bisa diolah jadi makanan yang
tidak kalah lezat dibanding nasi kan ;).
Oh iya, saya pernah baca
sebuah kisah menarik, berikut ceritanya :
Ada seorang petani miskin memiliki seekor kuda putih
yang sangat cantik dan gagah. Suatu hari, seorang saudagar kaya ingin membeli
kuda itu dan menawarkan harga yang sangat tinggi. Sayang si petani miskin itu
tidak mau menjualnya. Teman-temannya menyayangkan dan mengejek dia karena tidak
menjual kudanya.
Keesokan
harinya, kuda itu hilang dari kandangnya. Maka teman-temannya berkata,
"sungguh malang nasibmu, seandainya kemarin kuda tersebut kamu jual kamu
akan kaya, sekarang kudamu hilang". Si petani miskin hanya diam saja.
Beberapa
hari kemudian, kuda si petani kembali bersama 5 ekor kuda lainnya. Lalu
teman-temannya berkata "wah beruntung sekali nasibmu, ternyata kudamu
membawa keberuntungan. Si petani hanya diam saja.
Beberapa
hari kemudian, anak si petani yang sedang melatih kuda-kuda baru mereka
terjatuh dan kakinya patah. Teman-temannya berkata, "rupanya kuda-kuda itu
membawa sial, seandainya kuda-kuda itu tidak datang ke sini, kaki anakmu tidak
akan patah"
Si
petani hanya diam saja.
Seminggu
kemudian terjadi peperangan di desa itu. Semua anak muda di desa dipaksa untuk
berperang, kecuali si anak petani karena tidak bisa berjalan. Teman-temannya
mendatangi si petani sambil menangis "beruntung sekali nasibmu karena
anakmu tidak ikut berperang, sedangkan kami harus kehilangan anak-anak kami".
Si
petani akhirnya berkomentar, "janganlah terlalu cepat mengambil kesimpulan
dengan mengatakan menyesal dengan nasib buruk, ‘seandainya demikian dan
demikian’, semuanya adalah suatu rangkaian proses”. Syukuri dan terima keadaan
yang terjadi saat ini, apa yang keliatan baik hari ini belum tentu baik untuk
hari esok. Pun apa yang buruk hari ini belum tentu buruk untuk hari esok.
Tetapi Tuhan paling tau yang terbaik untuk kita. Bagian kita adalah mengucap
syukur dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Tuhan dalam hidup kita.
Saat muda, adalah hal yang
wajar membuat kesalahan-kesalahan kecil, dari sanalah kita dapat belajar, mana
yang benar dan mana yang salah, agar lebih bijak dalam mengambil keputusan di
waktu yang akan datang. Seperti kata pak dahlan iskan, habiskan jatah gagalmu!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar