“Bekasi rasa puncak” itulah status yang teman
saya unggah beberapa waktu lalu. Memang saya akui beberapa hari ini hujan deras
nampaknya tidak bosan untuk hadir setiap
hari. Bahkan Jakarta sudah seperti lautan. Untung tahun ini Alhamdulillah rumah
saya tidak kebagian jatah banjir J. Saat musim hujan
begini, rasa-rasanya segelas bandrek hangat akan nikmat diseruput di malam
hari. Segelas bandrek hangat yang saya nikmati mengingatkan saya pada CV Cihanjuang
yang dulu pernah saya kunjungi saat mata kuliah konversi energi. CV Cihanjuang
yang terletak di Cimahi Bandung ini terkenal akan Bandrek minuman khas Priangannya.
Namun yang akan saya bahas di postingan kali ini bukanlah bandreknya, melainkan
mengenai mikrohidro yang juga terkenal di Cihanjuang. Mungkin saja artikel ini
bisa menginspirasi teman-teman untuk meneliti ataupun mencari tau lebih dalam
mengenai mikrohidro sehingga bermanfaat.
Sebelumnya apa teman-teman tau atau pernah
dengar apa itu mikrohidro? Saya juga baru tau mikrohidro ini saat kunjungan
langsung ke lapangan. Saat di bangku sekolah pembangkit listrik yang saya
ketahui hanyalah sebatas PLTU, PLTA, dan PLTS saja. Ternyata masih ada beberapa sumber tenaga listrik
yang saya tidak ketahui, yak salah satunya si mikrohidro ini. Kalau dari
namanya yang mengandung kata hidro mungkin teman-teman dapat menebak bahwa
tenaga listrik ini pasti mengandung unsur air. Yup, benar. Lebih tepatnya Mikrohidro atau
yang dimaksud dengan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH), adalah suatu
pembangkit listrik skala
kecil yang menggunakan tenaga air sebagai tenaga penggeraknya seperti, saluran irigasi, sungai atau air terjun alam dengan cara memanfaatkan tinggi terjunan (head) dan
jumlah debit air.
Di jaman
sekarang manusia sudah sangat ketergantungan dengan listrik. Buktinya saja saat
terjadi giliran pemadaman listrik tidak sedikit aktivitas yang menjadi
terganggu, bahkan beberapa perusahaan bisa mengalami kerugian. Mati lampu alias
mati listrik, sudah biasa terjadi bukan? Itulah kondisi kelistrikan di
Indonesia. Meningkatnya kebutuhan akan listrik dan masalah kekurangan pasokan
listrik menjadi biang keladinya. Belum lagi masalah lain diantaranya belum semua daerah dapat menikmati listrik.
Saya pernah baca kalau tidak salah menurut kementrian ESDM pada tahun 2007 masih
ada 105 juta jiwa di Indonesia yang belum menikmati pasokan listrik.
Di tengah
kesulitan masyarakat Indonesia mengenai pasokan listrik, maka Eddy Permadi,
Direktur CV Cihanjuang Inti Teknik (Cintek), menciptakan pembangkit listrik
mikrohidro. Beliau melihat potensi tenaga air tersebar hampir di seluruh
Indonesia. Rupanya Direktur CV Cintek ini terinspirasi untuk memanfaatkan air
menjadi sumber tenaga listrik setelah beliau berkunjung ke sebuah museum energi
di Zurich, Swiss. Di sana, Pegunungan Alpen besar sekali potensi airnya, mikro
hidro menjadi salah satu sumber energi masyarakatnya. Indoneseia, sebagai
negara yang memiliki potensi air yang melimpah, seharusnya bisa seperti Swiss,
itulah yang ada di benak Pak Eddy yang juga menjabat sebangai anggota Dewan
Pakar Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia (METI).
Masyarakat Cihanjuang
kini tak perlu lagi membeli listrik dari PT PLN, karena sudah tersedia listrik
dari PLTMH milik Cintek. Proses instalasinya kurang lebih dijabarkan seperti
berikut. Aliran air
dengan kapasitas dan ketinggian tertentu di salurkan menuju rumah instalasi
(rumah turbin). Selanjutnya instalasi air tersebut akan menabrak turbin, lalu
mengubahnya menjadi energi mekanik berupa berputamya poros turbin. Poros yang
berputar tersebut lalu dihubungkan ke generator dengan mengunakan kopling.
Generator akan dihasilkan energi listrik yang akan masuk ke sistem kontrol arus
listrik sebelum dialirkan ke rumah-rumah atau keperluan lainnya (beban).
Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) dibawah ukuran 200
KW digolongkan sebagai Mikrohidro. Secara teknis Mikrohidro terdiri dari tiga komponen utama yaitu air, turbin
dan generator. Perusahaan yang
didirikan pada 1999 ini, hingga tahun 2007 telah berhasil memasok turbin untuk
Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) ke lebih dari 200 lokasi di Tanah
Air. Mulai dari Tanah Rencong hingga Bumi Cendrawasih. Turbin air buatan Pak Eddy ini tak hanya diminati di Tanah
air, tetapi juga pasar luar negeri, termasuk negara maju seperti Swiss. Sebagian dari PLTMH itu bahkan dibangun
sendiri oleh Cintek, mulai dari konstruksi sipil, perlengkapan elektromekanik,
transmisi dan distribusi listriknya ke masyarakat sekitar, hingga instalasi ke
rumah-rumah. Kini desain produk turbin
listrik PLTMH produksi Cintek sudah dipatenkan di Ditjen Hak Kekayaan
Intelektual Departemen Hukum dan HAM dengan nama Hanjuang. Yang menarik,
keberhasilannya di bisnis produksi turbin air mendorongnya untuk menekuni
bisnis baru yaitu minuman khas Jawa Barat, bandrek dan semacamnya. Adapun merek
yang diusung sama yaitu Hanjuang. Kini bisnis minuman bandreknya menunjukkan
kinerja yang luar biasa. Untuk yang tertarik membaca artikel info tentang
mikrohidro ini dapat mengunjungi link berikut. 1, 2, 3, 4.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar