Saat perjalanan menuju Jatinangor kemarin, hujan turun
dengan derasnya, alhasil saya tidak bisa melihat pemandangan di luar karena
kaca bus primajasa penuh tertutupi derasnya hujan. Di sebelah saya duduklah
seorang bapak yang nampaknya hampir seusia dengan ayah saya. Karena cuaca yang
sangat dingin serta ditambah ac bus yang dinginnya menusuk badan saya pun
mengambil jaket di ransel yang saya bawa. Tidak lupa pula saya mengambil
headset karena saat itu saya kurang mood mendengarkan lagu yang diputar oleh sang
kondektur bus.
Saat sedang asik mendengarkan alunan musik yang
dinyanyikan vertical horizon, bapak yang duduk disebelah saya melemparkan
senyum. "Mau kemana?" Ucap beliau membuka percakapan. Mau tidak mau
saya melepas headset saya dan seperti biasa yang pernah saya tulis di blog ini
saya pun akhirnya diajak ngobrol. Rupanya beliau dulu seorang dosen di itb
namun mengambil pensiun muda, dan sekarang menjalankan usaha kecil kecilan.
Beliau banyak memberi nasihat kepada saya, salah
satunya yang saya ingat beliau menyarankan saya lebih baik membuka lapangan
pekerjaan saja ketimbang menjadi pns, seperti jalan yang dipilih beliau. Bukan
tanpa sebab, menurut beliau manusia yang baik yaitu manusia yang bermanfaat
bagi orang lain, salah satunya dengan berwirausaha. Dengan berwirausaha kita
membuka jalan rezeki bagi orang lain, selain itu kita dapat mengembangkan ilmu
sesuai dengan kemampuan yang kita miliki. Tapi semua kembali lagi ke pilihan
masing-masing pribadi yang penting semua yang kita lakukan didasarkan atas
pengabdian, loyalitas. Dengan loyalitas sepenuh hati semua pekerjaan akan
terasa menyenangkan, tidak memberatkan. Perkataan bapak ini mengingatkan saya
akan kisah hidup almarhum bob sadino.
Bapak tersebut memang tidak menceramahi saya mengenai
agama secara gamblang, 'ceramah'nya mengenai agama hanya tersirat dari
cerita-cerita di obrolan semata. Sebenarnya ada banyak perjalanan hidup bapak
tersebut yang beliau ceritakan hanya saja terlalu banyak untuk saya tulis. Ah
iya beliau juga menunjukkan foto putrinya yang cantik berjilbab. Beliau bahkan
meminta saya foto bersama, untuk kenang-kenangan. "Kalau saja anak saya
laki-laki, akan saya jodohkan dengan anda" demikian ucap beliau. Saya pun
menimpali, "jodohin sama mahasiswanya bapak juga gak apa-apa pak"
kami pun tertawa. Beliau memberikan nomornya pula untuk saya hubungi jika saya
bersedia menerima tawarannya untuk memberikan penyuluhan kepada 90 ibu rumah
tangga petani, mengenai pemanfaatan wortel hasil penelitian saya. Seperti
biasa, sebuah obrolan ringan di bus sering menambah 'ilmu' baru dalam hidup
saya, juga bertemu dengan orang-orang baru.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar