Pergi kerja hari masih gelap pulang juga udah gelap, jadi belum sempet nulis nulis buat blog 😢. Lingkungan kerjanya dan orang-orangnya sebenernya menyenangkan, tapii namanya juga hidup, tiap hal pasti ada dukanya ya kan?
Pas awal masuk kerja, kebetulan saya gak sendirian, ada 3 anak baru lainnya yaitu Adi, Hasni, dan Supandi (yupp! Saya satu-satunya cewek😂😊) terus kita dikenalin sama pegawai-pegawai divisi DPOL (seluruh ruangan di lantai 16). Orangnya banyak banget, mana hapal lah yaa cyiin.
Oiya di divisi DPOL ini dibagi jadi 2 sub divisi yaitu SPO dan SSP. Saya sendiri adalah sekretaris di subdiv SPO. Nah, di subdiv SPO masih terbagi lagi jadi 4 biro yang dikepalai oleh team leader diantaranya bpo1, bpo2, pac, dan bln. Adi ada di divisi bln, hasni ada di divisi bpo2, sedangkan supandi kalo gak salah dia anak SSP. Pasti kalian bingung kan dengan istilah-istilah yang baru saya jelasin? Hahaha sama kok, saya juga masih belum ngerti sebenernya 😂.
Saat tau keterima kerja di bank, awalnya saya ngira bakal ketemu nasabah gitu, eh ternyata kerja di kantorannya, bener-bener jauh deh dari bayangan saya sebelumnya.
Sekilas saat ikut meeting kemarin, akhirnya saya ngerti dikit-dikit mengenai gambaran divisi DPOL (Divisi Pengembangan Operasi Layanan). Secara garis besar, menurut saya divisi ini kalo dalam perusahan mungkin mirip RnD (Research and Development) yang tugasnya untuk selalu menciptakan inovasi baru, mungkin bedanya kalau di perusahaan inovasinya berupa produk yang bakalan di sales atau dipasarkan, nah sedangkan di DPOL ini inovasinya bisa berupa sistem maupun aplikasi yang kelak disosialisasikan atau di aplikasikan ke bank-bank cabang maupun kcu (kantor cabang utama). Udah ah pengenalannya, saya juga gak belum ngerti-ngerti amat sebetulnya.
Jadi gini, kemarin saya ikut meeting dengan team bpo2 atas mandat ibu bos. Terus ikutlah saya, dengan deg-degan tentunya. Nervous. Kata mba metty salah satu anggota team kita rapat di ruang meeting di ruang papua. Saya ngikut aja deh akhirnya, ternyata ruang meeting papua ada di lantai 12. Sampai di ruang meeting saya cukup amazed dengan waiter-waiternya yang seragamnya rapi ala ala bartender gitu, hahaha iya saya norak deh, haha. Setelah ngumpul rapat dimulai. Ternyataaa, jreng jeng jeng rapatnya jauh banget dari kata formil kebanyakan bercandanya, pokoknya fuuun bingits 😊. Karena di situ ada dua anak baru, saya dan Hasni, jadi kita disuruh perkenalan diri di depan mereka. Sumpah koplak banget, mana pertanyaannya ngaco-ngaco😂 sampai ditanya status dan kriteria idaman 😅. Oiya Hasni ini sebagai design grafis di team, kebetulan doi emang lulusan design grafis dari Trisakti. Kebanyakan di team tim tuh yang suka ngelucu adalah koko acay (mungkin karena chinnese jadi dipanggilnya koko alias kak). Anak-anak team secara langsung nanyain agama saya dan Hasni (oiya kita berdua muslim) mereka nasehatin sambil ketawa tentunya, hati-hati kalo dapet makanan dari ko acay, kalo makanan halal belum tentu halal, mau itu cuma pie sekalipun 😂.
Karena baru pertama kali ikut rapat sama team bpo2 saya masih awam dengan beberapa project mereka. Begitupun Hasni, jadinya kita banyakan ngobrol berdua udah kayak pacaran aja *ehh hahaha. Beres meeting dapet nasi box, kan lumayan banget menghemat duit makan siang ye kan? Hihihi 😆. Oiyaa ada satu hal lagi yang bikin saya happy..kemarin ko acay nanyain apa saya udah punya paspor atau belum, karena di dpo2 suka pergi tugas gitu kan, sekitar dua bulan yang lalu team bpo2 ke Bangkok. Aak mata saya langsung belo, nan berbinar-binar. Saya Seneng bangget. Hehehe. Mudah-mudahan meeting dengan biro team lain juga seasyik ini yak, amiiin 😊.
Sabtu, 05 Desember 2015
Jumat, 13 November 2015
"untuk selamanya"
Bagi sebagian pria, gombalan
mungkin sudah seperti jadwal makan yang wajib dilakukan minimal 3 kali sehari.
Gak semua sih, tapi mayoritas demikian.
Hey tuan, jangan terlalu
gegabah menjanjikan kata 'selamanya' padaku. Masih untung engkau melontarkan
kata-kata keramat itu padaku, karena aku tidak pernah mengambil serius
kata-katamu. Terlalu banyak asam garam yang kutelan hingga perutku kembung.
Gombalanmu itu bahkan tidak ada seujung kukunya. Jadi tenang saja aku tidak
akan menganggapnya sebagai janji yang harus kau tepati, sebagaimana layaknya
janji adalah hutang yang akan ditagih di akhirat nanti.
Namun coba engkau pikirkan,
bagaimana dengan gadis-gadis lugu nan naif yang mendengarnya? Engkau membunuh
sesuatu yang disebut harapan, kebahagiaan, yang mungkin nampak sepele di
matamu. Jangan, jangan hancurkan hidup mereka sayang, dengan segala janji
manismu. Setidaknya ingatlah ibumu. Engkau dilahirkan dari rahim seorang wanita
pula bukan?
Aku serius.
Aku jujur.
Itu katamu.
Ah sayang, andai engkau tau
betapa inginnya aku percaya pada pernyataanmu, melebihi kepercayaanku pada
sejumlah fakta yang ada di ponselku, bukti nyata yang dapat mengubah senyum di
wajahmu menjadi pucat pasi seketika.
Oh ya, penasaranku belum
terjawab.
Jadi, aku adalah targetmu
yang nomor ke berapa?
Ehehehe, aku bukannya skeptis
memandang istilah cinta. Demikian pula aku melihatmu, bagiku kamu bukan orang
jahat. Sedikit banyak kamu mirip denganku. Kita serupa.
Aku, pun kamu, hanya belum
menemukan seseorang yang menyadarkan kita untuk terus komit dengan komitmen.
Seseorang yang membuat kita bersedia dengan tulus memberi, kendati kita tidak
menerima apa-apa darinya.
Kudoakan dengan tulus agar
engkau segera menemukan orang yang kau butuhkan dan inginkan. Sesuai keinginan
dan harapanmu.
Meski sosok itu bukan aku :).
Karena tipemu adalah wanita
yang nampak jelita dengan jilbabnya.
Karena tipeku adalah dia yang
hanya menjadikanku sebagai satu-satunya, bukan sebagai pilihan, pun cadangan.
Karena tipeku adalah dia yang
menyukai wajah bangun tidurku yang tentu saja tanpa riasan make up.
Karena tipeku adalah dia yang
mau sama-sama belajar bersamaku mencintai Tuhan, bukan dia yang mencari wanita
dengan segala kesempurnaan.
Karena tipeku adalah dia yang
mungkin tidak bisa menjanjikan jaminan kebahagiaan, namun selalu bersedia setia
di sampingku saat senang dan sedih.
Karena semua sifat itu tidak dapat
aku lihat dalam dirimu.
Meski sejujurnya aku
berbunga-bunga setiap mengobrol denganmu.
Meski senyumku mengembang
setiap melihat namamu tertera saat ada pesan masuk di ponselku.
Meski tidak dapak dipungkiri,
aku tetap jatuh cinta, meski kutepis kuat-kuat perasaanku.
Ya, aku jatuh hati kepadamu.
Padahal bukan cuma kamu satu-satunya yang mendekatiku.
Padahal aku tau kata-katamu hanya gombalan belaka.
Padahal aku tau, aku bukanlah satu-satunya.
Senin, 09 November 2015
Impian
A : hmm...gimana kalo
sekarang aku udah gak punya impian?
B : emang kamu gak kepingin
nikah? (Sambil ketawa sampe keselek)
A : ih, aku serius lho, ini
bukan soal masalah cinta cintaan, aku yang sekarang udah engga punya impian.
Wisuda pun aku ngerasa datar, gak ada bahagia-bahagianya.
B : (masih sambil ketawa) gak
ada asep kalo gak ada api, emang kenapa sih tiba-tiba bilang gitu?
A : gak apa-apa
B : kalimat "gak
apa-apa" nya cewek itu lebih nyeremin dari film horor lho.
A : elah, kayak yang iya aja
nonton film horor, palingan juga nonton bokep, hahaha
B : naah itu tau, hahahaha
Teman, emang sih obrolannya
sungguh tidak mutu, juga gak bikin pertanyaan saya terjawab, pun tidak serta
merta menyelesaikan persoalan saya. Tapi satu hal, mereka selalu berhasil membuat
saya tersenyum di hidup yang sedang berat-beratnya. :)
Berjuang, Memperjuangkan
Ada satu adegan di sebuah drama korea yang cukup saya
ingat Dream High judulnya, dikisahkan ada tokoh wanita bernama Pil Sook dan
tokoh pria Jason. Pil Sook adalah gadis gemuk namun pandai bernyanyi serta
bersuara merdu yang mengagumi Jason si Mr Perfect. Suatu hari Pil Sook
menyatakan cinta ke Jason, yang ditolak Jason dengan alasan menganggap Pil Sook
sebagai teman. Kemudian Pil Sook bilang begini, aku akan berdiet 100 hari, lalu
aku akan menyatakan cinta padamu. Perlahan waktu pun berlalu hingga lewat seratus
hari, Pil Sook juga sudah bermetamorfosa menjadi gadis cantik, dan tentu saja,
langsing. Jason mulai jatuh cinta pada Pil Sook, berawal dari penampilan,
hingga akhirnya Jason menyukai semua hal tentang Pil Sook, termasuk kecantikan
hatinya. Jason pun menunggu-nunggu pernyataan cinta yang telah dijanjikan Pil
Sook. Sayangnya, pernyataan cinta itu tidak kunjung muncul dari mulut Pil Sook.
Hingga akhirnya Jason habis sabar dan menanyakan langsung pada Pil Sook mengapa
Pil Sook mengingkari janjinya dan tidak jadi membuat pernyataan cinta.
Inilah jawaban Pil Sook seingat saya.
"Kau tau aku berjuang keras diet hingga seperti
mau mati rasanya, namun aku selalu mengingatkan diriku untuk berjuang demi
Jason. Tapi sekarang aku sadar kau tidak seberharga itu untuk kuperjuangkan.
Jadi aku menyerah."
Kok malah cerita sinopsis drama gini sih Na? Apa
maksudnya?
Justru inilah maksud yang mau saya sampaikan. Silakan
pembaca berinterpretasi sendiri yaa ;)
:
:
:
Krik
Krik
Krik
Mmm, nggak gitu deh sebenernya.
Saya pernah begitu memperjuangkan seseorang hingga
saya mengabaikan diri saya sendiri, hidup saya.
Hingga akhirnya saya sadar, bahwa kamu, lautan kata,
ternyata tidak selayak itu untuk saya perjuangkan. Bukan, bukan menyesal, lebih
tepatnya saya menyerah.
Kemarin, saat semua orang bahagia dengan kesakralan
prosesi wisuda. Saya hanya memandang kosong ke depan. Ke depan?? Bukan, saya
memandang kehidupan saya ke belakang. Iya, saya teringat kamu. Kamu yang
terlalu cepat menyerah untuk memperjuangkanku.
Minggu, 08 November 2015
Nostalgia
Pikiran lagi sungguh semrawut belakangan ini, saking
bingungnya mau cerita apa hingga akhirnya saya memutuskan lebih baik diam. Oh,
ya, kabar baiknya saya baru saja menuntaskan satu daftar ceklis kebahagiaan…mereka.
Tidak apa, toh kebahagiaan mereka adalah kebahagiaan saya juga.
Saat senggang saya membaca postingan-postingan (yang
syukurnya) yang belum saya hapus dari
blog. Sungguh tidak berbobot, tidak seperti blog-blog pada umumnya. Tidak apa J.
Saya tidak berbakat menulis. Namun saya sangat suka menulis.
“I write to express, not to impress”, mengutip kata dari
akang senior saya di kampus. Itulah kurang lebih yang saya rasakan saat
menulis.
Hhhmm, sedang tidak semangat untuk berpuisi, menyanyi,
berargumentasi.
Sedang berupaya lebih banyak mendengarkan, memahami, dan
belajar ketimbang berbicara. Karena berbicara sungguhlah lebih mudah ketimbang
mempraktekkan. Hahaha, oke, oke ucapan barusan boong banget. Seperti biasa saya
bakal tetep cuap-cuap kok di blog ini J.
Jika membaca tulisan-tulisan saya, mungkin sepintas saya nampak
seperti orang baik.
Saya memang orang baik kok. Hehehe, enggak deng. Saya
manusia pada umumnya kok. Yang tentu saja punya segudang salah dan khilaf,
banyak malah, hahaha.
Sebentar lagi saya akan meninggalkan Jatinangor, kota yang
mungkin tidak tersohor, karena bisa dibilang hampir tidak ada tempat rekreasi
di sana.
Oke, ujung-ujungnya saya curhat deh, gak papa kan yah? Kan
ini blog saya J.
Pertama kali menginjakkan kaki di kota ini saya menangis di
kostan. Kalo sekarang dipikir-pikir, hih, sungguh cengeng sekali. Hingga
akhirnya saya menemukan keluarga baru di kostan yang sungguhlah lebih membuat
saya betah ketimbang di rumah sendiri. Nia, teman seangkatan sekaligus
seperjuangan sesama Maba (Mahasiswa Baru) yang tinggal di kamar depan saya.
Saya belum pernah menemui teman sebaik, setulus, serajin, dan sesholehah Nia,
(ini pujian jujur dari lubuk hati terdalam lho). Dan keluarga berikutnya yaitu
kakak-kakak dari berbagai angkatan dan fakultas yang kemudian sudah seperti
kakak kandung sendiri, mereka adalah Teh Feni, Kak Henri, Kak Tri, Kak Seniman,
dan Kak Bakhtiar. Betull, penghuni kostan ini sungguh sedikit, tapi karena
sangat sedikit (3 cewek dan 4 cowok) itulah
yang membuat kami akrab seperti keluarga. Contohnya saja Kak Seniman dan Kak
Tri yang tidak pernah marah meskipun selalu saya dan Nia jahili. Eh tapi mereka
juga jahat sih kadang-kadang, para lelaki itu tidak mau mengajak saya dan Nia
jalan-jalan ke Bukit Bintang di Bandung meskipun kami merengek-rengek. “Itu tuh
tempat mesum”alasan mereka. Hih, lantas mereka ngapain ke sana dong kalo gitu??
Dan yang semakin bikin muka ditekuk tau-tau pulangnya mereka pamer bill makan
di Gampung Aceh. Iya, mereka pun jahat selayaknya kakak kandung juga. Saya berkali-kali merayakan pergantian tahun
di Jatinangor ketimbang di rumah. Acara sederhana, hanya bakar-bakaran dan
nyewa infocus buat nonton layaknya nonton layar tancep. Padahal saya dan Nia
ujung-ujungnya gak ikutan nonton, karena banyakan tutup mata, ataupun kabur ke
kamar, karena film yang mereka sewa ternyata genrenya horror…semua!! Ngeselin
kan? Tapi saya kangen masa-masa itu L.
To be continue, lanjut ke Part 2 kalo saya sempet, ingat dan….mood
nulisnya J.
Sabtu, 03 Oktober 2015
Somewhere Only We Know
Kepada engkau yang selalu
berkata menyukai hujan
Meskipun kulihat dimatamu ada cemas takut kebasahan
Selalu kusajikan senyum tulus
terhangatku
Engkau takkan pernah tau
Karena tangisku tak membahana
Hanya isak tanpa suara
Tidak apa
Begitu banyak lagu yang
kulantunkan tanpa gema
Mereka bilang alunannya
menyesakkan jiwa
Namun engkau selalu
mendengarkannya dengan terpana
Berulang kulantunkan meskipun
terasa luka
Ajak aku tuan
Ke tempat dimana hanya ada
bahagia
Mungkin di sana ada penawar
duka
Kan kupersembahkan lagu
jenaka
Tentu saja tanpa cerita
tentang dia
Sabtu, 26 September 2015
Sia Sia
Tolong jangan besar kepala
Kepada kata yang menjelma kita
Ada gores luka
Di pohon yang kau sayat dulu kala
Sudah lupa?
Andai kau tau pedihnya tak terkira
Mencintaimu itu sia sia
Karena segala ingin dan anganmu adalah sempurna
Aku terlalu biasa
Upaya upaya terkerasku pun dimatamu adalah biasa
Aku bisa apa
Jadi tolong, bisakah kau pergi saja?
Kamis, 17 September 2015
Things Money Can't Buy (Yuk Bersyukur)
Ada hal hal yang gak bisa dibeli dengan uang. Pasti
kalimat ini terdengar klise banget ya? Terutama untuk yang belum pernah
merasakan kehilangan, dan memang semoga jangan sampai kehilangan. Saya sering
banget bilang gini, 'Suka sebel deh sama orang yang gak bersyukur', padahal
tanpa disadari saya sendiri juga masih suka ngeluh dan kurang bersyukur.
Saya selalu gak suka sama bulan ulang tahun saya,
Agustus. Entah kenapa, selalu banyak sekali cobaan yang harus dihadapi pada
bulan ini ketimbang bulan bulan lainnya. Pada ulang tahun kemarin ada banyak
hal yang cukup menyita pikiran, entah salah paham dengan ortu, dan lain lain.
Saya yang udah berusaha keras susah payah ternyata hasilnya gak sebanding
dengan beberapa teman saya yang leha leha. Pokoknya sempet bener bener kesel.
Dunia rasanya gak adil deh pokoknya. Akhirnya? Yah cuma bisa nangis.
Tapi, ternyata Allah memang Maha Adil, serta Maha Tau
hal yang terbaik untuk kita. Rupanya
ujian yang Tuhan berikan, pastilah ada tujuan, ya salah satunya untuk
mendewasakan. Perlahan tapi pasti, satu persatu hikmah dari setiap kesedihan
yang saya alami terungkap, ajaib rasanya, seperti sihir. Mungkin itulah kuasa
Tuhan. Bahkan diberi bonus kebahagiaan begitu berlimpah.
Ada satu kejadian yang membuat saya menyadari betapa
tidak bersyukurnya diri ini, yaitu kejadian yang menimpa sahabat baik adik
saya. Usianya baru 15 tahun, tapi begitu banyak ujian yang menimpa keluarganya,
kakaknya yang kuliah di Jogja tiba tiba pulang ke rumah dengan membawa bayi
laki laki tanpa ayah, tidak lama setelah kejadian tersebut ibunya kabur dari
rumah dengan laki laki lain, dan kemarin ayahnya meninggal dunia. Kalau saya
ada di posisi anak itu entahlah apa saya bisa sekuat itu. Tapi sahabat adik
saya ini begitu tegar, subhanallah. Padahal saya ingat betul sebelum ayahnya meninggal anak ini pernah berkata "Seneng deh kalo libur sekolah, bisa masak sarapan buat keluarga". Saya cuma bisa ikutan menangis begitu tau kini ayahnya meninggal dunia. Hal hal yang terlihat sepele yang bisa saya dapati setiap hari bisa jadi merupakan kebahagiaan yang berharga bagi orang lain. Saya baru saja disadarkan bahwa ternyata punya orang tua yang baik dan masih
lengkap itu ternyata anugerah yang berharga.
Keluarga, kesehatan, kebahagiaan, kesempatan hidup,
adalah hal hal yang terlihat begitu sepele yang seringkali kita abaikan. Saat
kehilangan? Barulah terasa begitu berharga. Jagalah apa yang masih bisa
dipertahankan, selagi mampu dan masih diberiNya waktu.
Satu hal lagi yang baru saya sadari, saya sungguh
pamrih dalam berbuat kebaikan. Saat melakukan hal (yang saya anggap) baik,
ternyata saya masih berharap dibalas kebaikan pula oleh Allah. Ternyata saya
belum bisa sepenuhnya ikhlas berbuat baik, tanpa mengharapkan apapun dari
Allah. Ikhlas dan Ridho lillahita'ala (semata mata diniatkan untuk Allah) belum
bisa saya lakukan ternyata.
Berikut ada video menarik untuk ditonton untuk
menginspirasi kita agar selalu berbuat baik tanpa mengharap apapun, kendati
tidak dapat apapun, kecuali kebahagiaan.
Minggu, 30 Agustus 2015
Lets Get Married
Usia
25, umur dimana perempuan mulai diberondong dengan pertanyaan kapan nikah.
Teman-teman SMA saya banyak yang sudah menikah, bahkan memiliki anak yang
lucu-lucu. Lantas, apa saya tidak punya keinginan bisa seperti mereka?
Siapa
sih di dunia ini yang gak mau menikah? Jadi tentu saja saya pun ingin menikah.
Hanya saja memang belum jodoh, dan saya belum siap. Jodoh, saya aja masih
bingung dengan definisi ini. Ada sih beberapa yang ngedeketin (sok iya banget
sih na, hahaha), mulai dari teman saat sekolah dulu sampe tetangga segala. Temen dari orang tua pun ada yang mulai mengenalkan anaknya (berasa jomblo menyedihkan amat yak, hiks *cry*). Kecengan
mah jangan ditanya, ada banyak, lumrah kan kalo cewek cewek suka ngecengin
cowok-cowok lucu, hehehehe. Cuma ya itu, Cuma sebatas deket aja, gak serius.
Ada sih sebenernya satu yang mulai serius. Orangnya islami gitu, jadi doi minta
langsung dikenalin ke ortu, mungkin bisa dibilang semacam ta’aruf gitu deh. Pas
nonton film Aku, Kau, dan KUA, saya sukaaaa banget sama beberapa kisah cintanya
yang menikah tanpa pacaran. Tapi pas ngalamin sendiri dideketin dengan cara
gini kok saya malah gak suka ya? Dasar Cewek, hhihi *nyengir lebar*.
Saya akan geleng
kepala kuat-kuat kalo ada yang bilang saya terlalu picky, pilih-pilih, tentu
engga bener. Saya bahkan gak punya kriteria tipe idaman, meskipun kalo kecengan
sih ada banyak, hehehe. Hayo jujur-jujuran saya yakin setiap orang maunya kelak
nikah sama orang yang dicinta kan? Pun saya juga. Kelak saya pengennya nikah
sama orang yang saya cinta dan tentu saja bisa saya percayai. Nah itu dia yang
susahnya, mau nyari dimana? Seandainya ada yang jual di toko online, hehe.
Kelihatannya
saya ini adalah korban cerita-cerita dongeng, makanya jadi kepengen punya
pasangan yang sayangnya bener-bener
tulus. Ketulusan, hal yang gak saya rasakan saat deket dengan beberapa cowok
yang saat ini lagi deket. Setiap orang punya alasan masing-masing untuk menikah
diantaranya dikarenakan alasan ibadah, ada yang karena takut umurnya terlalu tua dan dibilang gak laku, ada yang karena cinta, ada yang biar
bisa having sex tanpa dosa, dan ada pula hanya karena biar ada yang ngurus
(masa istri disamaain sama nanny?). Pengen deh punya pasangan yang bener-bener
sayang, tanpa ada embel-embel alasan, apalagi karena physicly. Penampilan akan
pudar seiring usia.
Oke,
maaf curhatnya jadi ngalor kidul gini, lanjut ke cerita yang tadi ya, jadi cowok
yang tadi adalah teman saat SMA dulu, makanya saya minta pendapat sahabat saya
Ayu. Ayu ini sahabat saya dari SMP, kebetulan kami satu SMP dan SMA juga. Ayu
juga kenal dengan si cowok X ini. Saya minta pendapat Ayu tentang X, apa
sebaiknya saya kenalin ke ortu atau tidak. Pendapat Ayu ternyata sama seperti
Ibu saya, kalo saya belum siap ya mending jangan. Kalo dia sayang pasti dia mau
nunggu. Kalo engga ya berarti bukan jodoh. Jangan menjadikan nikah seperti semacam target yang harus dikejar. Mendadak saya jadi inget dulu ada
yang pernah bilang mau nunggu saya sampai kapan pun sampe bikinin lagu dengan
nama saya segala eh sekarang udah happy banget sama istrinya *abaikan curhatan
colongan ini, hahaha*. Bener apa yang dibilang Ayang Afgan (Ayang???) Jodoh
Pasti Bertemuuu~~~. Berikut saya sertakan link yang cukup menarik untuk dibaca.
Sabtu, 29 Agustus 2015
Judging easily
Apa sih definisi orang baik dan
orang jahat? Kenapa orang begitu mudahnya mencap seseorang bahwa dia baik, dia
gak bener? Orang bertato dan Pemabuk adalah orang gak bener, itukan pemahaman
yang mayoritas ditanamkan para orang tua?
Saya punya
seorang kenalan, mas T. Ayah dan Ibu saya tidak suka kalau saya berteman dengan
mas T ini, salah satunya karena dia bertato. Saya bisa memahami kekhawatiran orang tua saya akan anaknya. Sepengetahuan saya, mas T ini
sebenernya orang yang baik, saat saya cerita bahwa saya sedang belajar
menyetir, dia menawarkan diri mengajari saya tanpa imbalan. Mas T ini tipe
orang yang senang bercerita. Menurut ceritanya, sejak kecil dia tidak suka
belajar, orang tuanya memiliki anak yang cukup banyak, sehingga kesulitan
ekonomi. Sedari sd dia sudah menjadi kuli bangunan, dari upah sebagai kuli itu
dia sisihkan untuk modal usaha membuka warung tenda pecel lele. Hingga kini
usahanya sudah sangat lumayan menghasilkan, bahkan dia sudah tidak perlu
bekerja, karena sudah punya pegawai. Meskipun gayanya slengean dan urakan, saya
percaya mas T ini orang yang baik, kendati orang lain mencapnya orang gak
bener.
Saya suka
mengobrol dengan siapa pun. Kendati orang lain bilang mereka anak nakal atau
orang gak bener. Ada banyak hal yang bisa saya pelajari dari mereka. Saya rasa
mereka hanya kurang beruntung, dilahirkan di lingkungan yang tidak ‘nyaman’. Betapa
beruntungnya kita memiliki orang tua yang peduli jikalau anaknya berbuat salah
dan selalu mengarahkan pada hal-hal baik.
Jumat, 28 Agustus 2015
25
Semoga akan lebih banyak senyuman di tahun ini, amin. Aku percaya Engkau Maha Baik. Selalu ada pelangi indah diakhir badai.
Sabtu, 01 Agustus 2015
Song Cover (1) by Me
1. LDR
2. Cinta dan Rahasia
3. Teka Teki
4. Someone Like You
2. Cinta dan Rahasia
3. Teka Teki
4. Someone Like You
5. Mantan Terindah
6. When You Love Someone
Minggu, 28 Juni 2015
Tuhan dan Keyakinan
Bagi
beberapa orang yang sering membaca tulisan-tulisan blog saya, tentu tau saya
sering meluapkan curhatan-curhatan di blog ini, meskipun tidak jarang kemudian
saya hapus lagi dari blog, hehe. Saya pernah beberapa kali menuangkan isi hati
saya mengenai keyakinan yang saya anut, contohnya saya pernah bercerita bahwa saya
pernah melewati fase fase tidak percaya Tuhan hingga akhirnya saya meyakini
Islam. Beberapa sahabat saya sampai menangis saat itu ketika membacanya. Dengan
beberapa pertimbangan, akhirnya saya hapus artikel tersebut dari blog.
Saya
aneh. Dari kecil saya merasa saya banyak sifat saya yang aneh. Salah satunya,
saat anak-anak lain diminta orang tuanya untuk melakukan sesuatu, mereka
cenderung akan patuh. Sedangkan saya? Saya akan terus menerus penasaran kenapa
sesuatu itu harus saya patuhi, harus dilakukan, saya akan terus bertanya kenapa
hingga keingintahuan saya terjawab. Dan sifat tersebut tidak juga hilang hingga
saat ini. Kenapa saya harus patuh pada Tuhan? Kenapa harus Islam agama yang
saya peluk? Itulah pikiran yang saat itu pernah memenuhi kepala saya.
Setelah
bertahun-tahun masa pencarian Tuhan, setelah kejadian-kejadian yang terjadi
dalam hidup saya, yang terjadi tidak dalam waktu yang singkat, akhirnya saya
menemukan jawaban, labuhan akhir.
Saya mencintai Allah.
Saya mencintai Islam.
Saya meyakini Tuhan bukan karena konsep surga neraka.
Saya mencintai Islam bukan karena saya lahir di keluarga yang menganut agama Islam.
Semua yang saya yakini saat ini adalah buah dari pemikiran dan pengalaman yang
panjang. Memang sulit untuk menjelaskan pada theis mengenai apa yang tidak
dirasakan oleh atheis. Sesulit theis menjelaskan pada atheis bahwa Tuhan itu
sesungguhnya ada dan maha baik.
Saya
bisa memahami pemikiran orang-orang yang tidak percaya Tuhan, karena saya
pernah merasakannya. Saya juga sangaaat menghargai orang yang beribadah pada
Tuhan dengan cara yang berbeda dengan saya (re:beda agama).
Ada orang yang
suka music dangdut, jazz, hip hop, maupun music klasik. Semua masalah selera,
apa yang disukai, berbeda beda, tapi pada hakikatnya semua music itu indah bagi
penikmatnya. Pun dengan agama, ada yang meyakini begini dan begitu. Adalah HAK
setiap manusia untuk memilih apa yang diyakininya.
Ngomong-ngomong
soal keyakinan, saya pernah baca blog berikut ini. Blog mas pandji ini sukses
bikin saya mewek tersedu-sedu. Saya suka dengan pemikiran-pemikirannya yang
dituangkan dalam blognya. Meskipun tidak jarang pula saya tidak sependapat
dalam beberapa artikelnya. Saya sangaat hargai. Manusia itu diciptakan
berbeda-beda. Orang kembar saja tidak identik sama, iya bukan?. Apalagi soal
pemikiran, tentu berbeda-beda pula. Pola pikir yang beragam, justru itu yang
membuat manusia unik dan berbeda. Seperti Bhineka tunggal ika, keberagaman itu
indah J.
Rabu, 20 Mei 2015
Manusia Berencana, Tuhan Menentukan
Manusia adalah pribadi yang tak
pernah jera dengan ekspetasi, sungguh
berbeda dengan bola Kristal yang jatuh lantas tidak dapat kembali utuh.
Ekspetasi-kecewa-ekspetasi-kecewa-ekspetasi seperti siklus yang tidak pernah
ada habisnya. Kata ekspetasi sebenarnya merupakan salah satu serapan dari
bahasa asing, yang kurang lebih bisa diartikan harapan atau pengharapan.
Tanpa kita sadari dalam kehidupan
sehari-hari kita sering berekspetasi. Contoh sederhananya saat kita melihat
iklan mie instant di televisi maka kita berekspetasi akan tampilan wah seperti
yang kita lihat di tivi, namun saat pesan di warteg ternyata tampilannya jauh
berbeda, hehehe. Itulah salah satu contoh sederhana dari ekspetasi yang
berakhir dengan kekecewaan.
Setiap manusia tentu memiliki
banyak keinginan, itu merupakan hal yang lumrah. Namun tidak jarang hal yang
terjadi berjalan tidak sesuai dengan apa yang direncanakan maupun diharapkan.
Kecewa? Oo, bukan sekali dua kali saja tentu pernah merasakannya. Pada kenyataannya tidak jarang misalnya suatu
ketika meski kita sudah berupaya sekeras mungkin, sematang-matangnya rencana
kita, tetap saja tidak bisa melawan kehendak Tuhan. Lantas apa sih sebenarnya
rencana Tuhan dengan menggagalkan planning yang sudah matang terencana? Tentu
ada hikmahnya kan ;)?
“Siapa pun berhak kecewa manakala
keinginan dan cita-citanya tidak tercapai. Perasaan kecewa adalah bagian dari
gharizatul baqa (naluri mempertahankan diri)yang Allah ciptakan pada manusia. “
demikian kutipan kata-kata yang pernah saya baca. Setelah membaca kalimat ini
saya yang akhir-akhir ini memang sedang dilanda rasa kecewa jadi merasa sedikit
terhibur. Ternyata rasa kecewa pun adalah bagian dari sifat manusia yang
merupakan selingan antara rasa gembira dan rasa senang yang dikaruniakan oleh
Allah.
Mengapa rasa kecewa bisa hadir? Manusia
bisa merasa kecewa apabila terlalu yakin apa yang ia harapkan maupun rencanakan
akan terkabul (over self confident)
tanpa dibentengi dengan kata “siap gagal” .
Perasaan kecewa sebenarnya
bukanlah salah satu hal negatif. Dari perasaan kecewa kita bisa belajar
memahami ekspetasi-ekspetasi orang lain pula. Memahami ekspetasi orang lain,
inilah hal yang sulit kita pahami dan rasakan. Contoh sederhananya? Dalam
beberapa situasi, misalnya untuk keberlangsungan suatu acara kadang kita
berharap agar tidak hujan. Sementara di sisi lain banyak pula orang yang
berharap diturunkan hujan, karena hujan merupakan sumber rejekinya (misal penjual
payung dan jas hujan). See? Terkadang apa yang kita harapkan bertentangan atau
justru malah menghambat keinginan orang lain yang lebih membutuhkan. Dengan
belajar memahami bahwa ‘harapan/ekspetasi yang tidak terkabul’ bisa jadi itu
merupakan hal yang terbaik bagi semua. Tentu kelak jika mengalami ‘harapan/ekspetasi
yang tidak terkabul’ lagi kita tidak akan terlalu kecewa hingga berlarut-larut.
Dengan siap gagal, saat kecewa karena harapan yang tidak terkabul, maka akan
muncul keikhlasan disertai dengan hati yang lapang. Lalu bagaimana jika harapan
justrU terkabul? Pun kita harus lebih bijak menyikapinya dengan bersyukur dan
tidak disalurkan dengan sikap meledak-ledak pula.
Bersyukur saat kecewa merupakan
sikap mengakui bahwa kita adalah manusia yang tidak lepas dari takdir Allah SWT.
Man Propose, Allah Dispose.
Rabu, 22 April 2015
Kamis, 09 April 2015
Dia Dian
Menyesap pahit perlahan
Bagai butiran nila jatuhi susu
Perlahan tapi pasti, berubah, merubah
Kutelan dalam dalam segala rasa
Engkau dian
Dian yang tak kunjung padam di kala senja menutup
Meski aku melantunkan nada nada dengan bibir mengatup
Tak pedulikah kau walau bibirku mulai bergemelutup?
Bagaimana mungkin bisa setenang air
Saat minyak dan panas berebut menunjukkan gaharnya
Perciknya hanya melukai
Bagai butiran nila jatuhi susu
Perlahan tapi pasti, berubah, merubah
Kutelan dalam dalam segala rasa
Engkau dian
Dian yang tak kunjung padam di kala senja menutup
Meski aku melantunkan nada nada dengan bibir mengatup
Tak pedulikah kau walau bibirku mulai bergemelutup?
Bagaimana mungkin bisa setenang air
Saat minyak dan panas berebut menunjukkan gaharnya
Perciknya hanya melukai
Kamis, 26 Maret 2015
Que Sera Sera
Dulu sewaktu kecil saya pernah berpikiran
seperti Dipo seperti yang ditulis Bang Pandji dalam blognya. “Ayah selalu
berdoa semoga aku jadi anak yang penurut dan pintar. Tapi seandainya aku gak
pintar gimana yah? “
Dari kecil kita diberi wejangan “belajar
yang rajin yah nak, supaya pintar”. Nah, kalau sudah rajin belajar tapi tak
kunjung pintar-pintar gimana? Hehehe. Entahlah sampai saat ini saya percaya
bahwa kepintaran maupun kecerdasan setiap orang berbeda beda. Bagi saya di
dunia ini tidak ada orang yang bodoh. Semua yang diciptakan Allah tentu ada
manfaatnya, sekalipun seekor semut. Saya rasa yang namanya pintar maupun cerdas
gak melulu mengenai nilai akademis. Orang yang nilai akademisnya anjlok saya
rasa bukan berarti dia bodoh, seperti kata bang Pandji dalam stand up comedynya
yang berjudul Mesakkke Bangsaku. Seseorang tidak pandai dalam satu hal, contoh
dalam akademis, bukan berarti dia bodoh, mungkin kepintarannya ada di bidang
lain, misalnya entah itu gambar, olahraga, presentasi, nyanyi, nulis, maupun
lainnya. Contohnya saya, kendati tidak pintar dalam hal nulis maupun nyanyi, entah
kenapa saya tetap keukeuh hobbbbby postingin entah itu coveran lagu, maupun
tulisan artikel meskipun trafficnya gak tinggi, hahaha, bisa dibilang over
pede. Kenapa saya tetap keukeuh dan pede posting ? hmmm kenapa yah? saya rasa di dunia ini banyak hal yang awalnya kita tidak bisa akhirnya kita penjadi pandai asal mau di-giat-i dengan usaha, toh kita terlahir ke dunia saat bayi dalam keadaan tidak bisa apa-apa, hingga akhirnya kita bisa beraktivitas ini dan itu. Guru paling berharga adalah pengalaman, hal yang tidak selalu didapat dari bangku sekolah. Semua hal bisa dipelajari, itulah hal yang saya coba yakini, seperti contohnya video di bawah ini.
Berikut di bawah ini saya copykan
isi artikelnya falla adinda, tentang harapan seorang ibu tentang anaknya saat
sudah besar kelak. Di dunia ini mana ada ibu yang gak pingin anaknya jadi anak
yang pintar. Namun ada satu lagi yang diinginkan setiap orang tua, yakni
melihat anaknya bahagia dengan keputusan yang diambilnya J :).
Content Blog Falla Adinda
memiliki suami pintar memang berkah tersendiri sih. Track record
suami ketika SMA yang juara olimpiade matematika dan fisika tingkat nasional
membuatku lega kalau-kalau suatu hari nanti Kakak tidak mengerti mengenai
pelajaran sekolahnya. Aa berhasil lulus SPMB dan masuk ke salah satu fakultas
terbaik di Indonesia, lulus tepat waktu dan masuk residensi pun tepat waktu.
Lega? iya. Karena saya tau, anak saya punya sosok Romo yang bisa ia andalkan.
..
Sebentar, saya mau bercerita mengenai diri saya terlebih dahulu. Saya ini adalah pelajar biasa-biasa saja dari segi akademis. Saya tidak pernah maju dipanggil guru untuk mendapat penghargaan, sayapun kurang menyukai berada di kelas untuk memecahkan masalah menggunakan rumus. Waktu yang paling saya tunggu ketika sekolah hanyalah waktu istirahat dan waktu pulang.
Namun, didikan orang tua saya adalah 'bertanggung jawab', artinya saya harus tetap lulus dari sekolah dengan nilai baik. Terakhir saya cek di ijazah sih, rata-rata 8.8 berhasil saya dapatkan.
Hal tersebut berlanjut hingga saya kuliah. Jurusan saya adalah minat saya sendiri, tapi sebagai seorang pelajar yang sadar diri dengan kemampuan akademis yang cenderung tidak super cemerlang, saya lebih memilih menjadi mahasiswa santai tapi serius. Saya tidak pernah mengejar kesempurnaan cum laude. Saya menolak ikut remedial bila mendapat nilai B di mata kuliah berat. (saya menolak remedial untuk pelajaran biomedik 1 dan berujung nilai C di KHS akhir, iya saking susahnya untuk saya...)
Saya memilih menjadi mahasiswa santai. Datang beberapa menit sebelum bel, keluar tepat setelah bel. Berkumpul dengan gank selepas kelas, main ke mall di tengah mata pelajaran membosankan. Mengikuti berbagai kegiatan di luar kampus yang tak ada hubungannya dengan kedokteran dansibuk pacaran.
Saya lulus bukan sebagai mahasiswa terbaik, boro-boro maju ke depan karena
dianggap sebagai mahasiswa berprestasi, bahkan foto saya ketika tali toga
dipindahkanpun tak ada dokumentasi. Tapi saya tau kewajiban saya, nilai KHS
saya tidak buruk kok, setidaknya untuk syarat administrasi pendidikan dokter
spesialis; semua bisa saya lampaui. Untuk ditunjukkan depan calon mertua pun
tidak memalukan.
Ya.. Intinya sih, saya ini adalah perempuan dengan kemampuan akademis biasa-biasa saja yang jauh dari cemerlang apalagi jenius.
--
"Kak Kiko..... Jadi anak pinter ya, Nak.. Kaya Romo.." Begitu doa hampir sebagian besar orang yang mengusap kepala anak saya. Alih-alih disebut seperti ibunya (tunggu, memang Ibunya seperti apa?). Semua doa tersebut saya aminkan dengan baik, siapa sih Ibu yang tidak senang melihat anaknya mendapat gelar akademik membanggakan?
...
Tapi bagaimana jika tidak? bagaimana bila ternyata....
Kiko mewarisi kemampuan persis seperti saya?
Apa artinya anak saya telah gagal?
---
Sebelum dilanjutkan, saya mau cerita mengenai seorang kenalan saya, sebut saja ia Rafi.
Rafi ini 2x tidak naik kelas di SMA. Iya, bukan sekali, namun 2x. Lulus SMA dengan susah payah, Rafi melanjutkan kuliah di salah satu universitas swasta di Jakarta, mengambil mata kuliah komunikasi. Dengan susah payahpun, akhirnya ia lulus dari kampus tersebut.
Tapi percayalah, Rafi adalah satu dari kenalan yang sangat saya kagumi kepintaran dan wawasannya. Rafi bisa bercerita 24 jam penuh mengenai banyak hal, mengenai mimpi, mengenai sejarah, mengenai isu politik, mengenai faham dan dialektika, mengenai dunia, mengenai hampir apapunkecuali akademis.
Rafi hanya memiliki 1 kekurangan, ia tak sanggup mengikuti pelajaran ilmu pasti dan semua cabang ilmu yang diajarkan di bangku sekolah formal. Bukan saja karena ia tak mau, tapi juga karena ia tak bisa.
Lalu, Rafi jadi apa?
Rafi hari ini adalah jajaran eligible bachelor di Indonesia, ia memilih karir sesuai yang ia ingin yang jauh dari sisi akademis ilmu pasti. Ia jauh lebih mapan dari kakaknya yang seorang dokter. Sosoknya juga sering wara wiri di televisi dan berbagai forum. Hebatnya, Rafi beberapa kali didaulat sebagai dosen di universitas ternama di Indonesia. Bisa bayangkan ada seorang dengan nilai akademis super jelek mengajar anak-anak dengan nilai akademis SMA super baik? :)
dan yang terpenting, ia bahagia.
Ia tidak gagal.
dan ia tidak bodoh.
---
Kembali ke Kak Kiko.
Apabila suatu hari nanti didapati ia tak sepintar Romonya dan memilih menjadi mirip Rafi yang suka sekali hore-hore, ku pastikan ia bukan gagal. Pintar secara akademis itu penting, tapi ada yang lebih penting lagi..
Kiko harus tumbuh menjadi anak yang bahagia, bebas dan merdeka. Ia tidak boleh memiliki perasaan terkekang melihat orang tuanya yang seprofesi. Ia tidak boleh terbebani oleh puja puji orang-orang terhadap Romonya.
Kiko harus menjadi seorang anak yang merdeka. Ku pastikan ia akan menjadi apapun yang ia mau, sejauh ia bertanggung jawab dan bisa menjelaskan secara sempurna mengapa ia memilih jalan itu.
Kiko harus menjadi anak yang tumbuh tanpa beban dan bayang-bayang orang tuanya, tak apa tak dianggap pintar,
yang terpenting bukan seberapa pintar nilai di atas kertas,
tapi seberapa kaya kepala akan pengetahuan, hal umum juga pemikiran berkembang.
Bukan nilai di atas kertas yang akan menjadi penentu,
tapi bagaimana Kiko bisa bermanfaat bagi sekitarnya.
Bagaimana Kiko bisa berdiri tegap tentang apa yang dipilihnya,
walau ia tak mirip Romonya, maupun Ibunya.
..
Sebentar, saya mau bercerita mengenai diri saya terlebih dahulu. Saya ini adalah pelajar biasa-biasa saja dari segi akademis. Saya tidak pernah maju dipanggil guru untuk mendapat penghargaan, sayapun kurang menyukai berada di kelas untuk memecahkan masalah menggunakan rumus. Waktu yang paling saya tunggu ketika sekolah hanyalah waktu istirahat dan waktu pulang.
Namun, didikan orang tua saya adalah 'bertanggung jawab', artinya saya harus tetap lulus dari sekolah dengan nilai baik. Terakhir saya cek di ijazah sih, rata-rata 8.8 berhasil saya dapatkan.
Hal tersebut berlanjut hingga saya kuliah. Jurusan saya adalah minat saya sendiri, tapi sebagai seorang pelajar yang sadar diri dengan kemampuan akademis yang cenderung tidak super cemerlang, saya lebih memilih menjadi mahasiswa santai tapi serius. Saya tidak pernah mengejar kesempurnaan cum laude. Saya menolak ikut remedial bila mendapat nilai B di mata kuliah berat. (saya menolak remedial untuk pelajaran biomedik 1 dan berujung nilai C di KHS akhir, iya saking susahnya untuk saya...)
Saya memilih menjadi mahasiswa santai. Datang beberapa menit sebelum bel, keluar tepat setelah bel. Berkumpul dengan gank selepas kelas, main ke mall di tengah mata pelajaran membosankan. Mengikuti berbagai kegiatan di luar kampus yang tak ada hubungannya dengan kedokteran dan
Ya.. Intinya sih, saya ini adalah perempuan dengan kemampuan akademis biasa-biasa saja yang jauh dari cemerlang apalagi jenius.
--
"Kak Kiko..... Jadi anak pinter ya, Nak.. Kaya Romo.." Begitu doa hampir sebagian besar orang yang mengusap kepala anak saya. Alih-alih disebut seperti ibunya (tunggu, memang Ibunya seperti apa?). Semua doa tersebut saya aminkan dengan baik, siapa sih Ibu yang tidak senang melihat anaknya mendapat gelar akademik membanggakan?
...
Tapi bagaimana jika tidak? bagaimana bila ternyata....
Kiko mewarisi kemampuan persis seperti saya?
Apa artinya anak saya telah gagal?
---
Sebelum dilanjutkan, saya mau cerita mengenai seorang kenalan saya, sebut saja ia Rafi.
Rafi ini 2x tidak naik kelas di SMA. Iya, bukan sekali, namun 2x. Lulus SMA dengan susah payah, Rafi melanjutkan kuliah di salah satu universitas swasta di Jakarta, mengambil mata kuliah komunikasi. Dengan susah payahpun, akhirnya ia lulus dari kampus tersebut.
Tapi percayalah, Rafi adalah satu dari kenalan yang sangat saya kagumi kepintaran dan wawasannya. Rafi bisa bercerita 24 jam penuh mengenai banyak hal, mengenai mimpi, mengenai sejarah, mengenai isu politik, mengenai faham dan dialektika, mengenai dunia, mengenai hampir apapunkecuali akademis.
Rafi hanya memiliki 1 kekurangan, ia tak sanggup mengikuti pelajaran ilmu pasti dan semua cabang ilmu yang diajarkan di bangku sekolah formal. Bukan saja karena ia tak mau, tapi juga karena ia tak bisa.
Lalu, Rafi jadi apa?
Rafi hari ini adalah jajaran eligible bachelor di Indonesia, ia memilih karir sesuai yang ia ingin yang jauh dari sisi akademis ilmu pasti. Ia jauh lebih mapan dari kakaknya yang seorang dokter. Sosoknya juga sering wara wiri di televisi dan berbagai forum. Hebatnya, Rafi beberapa kali didaulat sebagai dosen di universitas ternama di Indonesia. Bisa bayangkan ada seorang dengan nilai akademis super jelek mengajar anak-anak dengan nilai akademis SMA super baik? :)
dan yang terpenting, ia bahagia.
Ia tidak gagal.
dan ia tidak bodoh.
---
Kembali ke Kak Kiko.
Apabila suatu hari nanti didapati ia tak sepintar Romonya dan memilih menjadi mirip Rafi yang suka sekali hore-hore, ku pastikan ia bukan gagal. Pintar secara akademis itu penting, tapi ada yang lebih penting lagi..
Kiko harus tumbuh menjadi anak yang bahagia, bebas dan merdeka. Ia tidak boleh memiliki perasaan terkekang melihat orang tuanya yang seprofesi. Ia tidak boleh terbebani oleh puja puji orang-orang terhadap Romonya.
Kiko harus menjadi seorang anak yang merdeka. Ku pastikan ia akan menjadi apapun yang ia mau, sejauh ia bertanggung jawab dan bisa menjelaskan secara sempurna mengapa ia memilih jalan itu.
Kiko harus menjadi anak yang tumbuh tanpa beban dan bayang-bayang orang tuanya, tak apa tak dianggap pintar,
yang terpenting bukan seberapa pintar nilai di atas kertas,
tapi seberapa kaya kepala akan pengetahuan, hal umum juga pemikiran berkembang.
Bukan nilai di atas kertas yang akan menjadi penentu,
tapi bagaimana Kiko bisa bermanfaat bagi sekitarnya.
Bagaimana Kiko bisa berdiri tegap tentang apa yang dipilihnya,
walau ia tak mirip Romonya, maupun Ibunya.
Belajar [lebih] Bersyukur
Kadang suka
sebel juga sih kalo ada orang yang hidupnya (tanpa dia sadari) tergolong
beruntung tapi kerjaannya ngeluh melulu, bawaannya pengen dijitak aja, hahaha.
Banyak berita duka di sekitar saya akhir-akhir ini, akhirnya jadi ikut-ikutan
baper mellow dan sensitive. Emang dasar sayanya aja yang cengeng sih itu mah,
hehe. Sempat baca link berikut ini. Isinya kurang lebih menceritakan sisi lain
dari kemeriahan konser One Direction. Ada sebagian orang yang nangis dan
ngambek karena gak berhasil melihat personil boyband kesayangannya lantaran
kehabisan tiket. Ternyata di balik kemegahan konser tersebut terselip kisah
yang kalau menurut saya pribadi sih lebih sedih.
(kutipan berita dari Tempo.coonline)
Adalah Pak Rohmana, 56 tahun, pedagang musiman. Dengan
lutut gemetaran, ia berjalan perlahan sambil menjajakan dagangannya. Saat
seseorang membelikan air minum kemasan botol dan bakpao, ia langsung menangis.
Sejak datang dari Ciamis pukul 06.00 pagi, ia belum
makan apa pun. “Perut cuma saya minumin terus. Kalau makan sayang, minum paling
Cuma Rp 2 ribu. Di sini semua mahal,” kata dia.
Cukup
miris kan? Tapi pemandangan seperti ini sudah tidak asing tentu bagi kita,
setidaknya di sekitar saya. Contohnya seperti kisah Almarhum Pak Toha penjualtali sepatu di gerbang lama Unpad. Teman-teman alumni Unpad pasti sudah tidak
asing dengan Pak Toha ini.
Saya jadi ingat
saat kemarin ada penjual keripik yang menawarkan dagangannya pada saya. Karena
saya lihat keripiknya masih banyak, jadi akhirnya saya beli. Pengen nangis
rasanya saat saya membayar keripik itu, sang bapak mendoakan saya, salah
satunya semoga saya jadi orang yang sukses. Padahal harga keripik yang saya beli
tidak seberapa dibandingkan harga jajanan heits masa kini seperti kue cubit
matcha, es krim mochi, pie susu, dll. Jika dagangan keripik seperti yang dijual
bapak tersebut mulai ditinggalkan oleh masyarakat dikarenakan kalah ngetren
dibanding jajanan heits, kelak pedagang-pedagang tradisional ini mau mencari nafkah dengan cara apalagi
yah?
Harga air minum
mineral yang dijajakan di pinggir jalan yang mungkin bagi sebagian orang
terlihat lebih mahal seribu dua ribu rupiah dibanding mini market tanpa kita
sadari dari sanalah pedagang asongan mendapat pundi rupiah untuk makan dan anak
sekolah. Tapi gak bisa disalahin juga sih yang takut beli makanan atau minuman
di jalan, mungkin karena berita di tivi jaman sekarang juga banyak yang
serem-serem entah minuman dibius lah, minuman teh kemasan palsu lah, allahu’alam.
Tanpa kita
sadari ada begitu banyak diantara kita, termasuk saya sendiri, kurang
mensyukuri apa yang kita miliki. Padahal di luar bisa hidup nyaman seperti yang
biasa kita jalani, bagi mereka adalah ‘hal-hal mewah’. Ada sepasang suami istri
yang berdoa minta diberi keturunan bertahun tahun namun belum juga dikabulkan
sementara di sisi lain ada yang diberi rejeki keturunan malah disia-siakan,
bahkan tidak sedikit pula yang digugurkan. Ada yang merasa kurang senang dengan hidungnya yang kurang mancung, kulit kurang putih, mata kurang belo, dsb padahal bayangkan betapa berbesar hatinya orang-orang yang dilahirkan dengan fisik tidak lengkap
Seperti itu mungkin yah sifat manusia kebanyakan, saat kekurangan atau tidak lagi memiliki, barulah terasa penting hal-hal yang sepele tadi. Aaah jadi mellooow, yuk ah semangaat, karena setiap detik kita bernafas, selalu ada hal yang dapat kita syukuri, contohnya waktu yang dihabiskan bersama orang-orang tersayang.
Seperti itu mungkin yah sifat manusia kebanyakan, saat kekurangan atau tidak lagi memiliki, barulah terasa penting hal-hal yang sepele tadi. Aaah jadi mellooow, yuk ah semangaat, karena setiap detik kita bernafas, selalu ada hal yang dapat kita syukuri, contohnya waktu yang dihabiskan bersama orang-orang tersayang.
kisah hidup menarik dari Choi Sung Bong
Jumat, 20 Maret 2015
Senin, 09 Maret 2015
"Belum makan kalau belum ketemu nasi"
Belakangan ini di berita tv marak sekali blow up kasus KPK vs Kapolri serta
masalah Ahok vs DPRD, saya sampai jenuh banget ngedengerinnya. Untuk tagline berita di situs online,
berita-berita sering saya skip saja, akhirnya
lanjut baca berita yang lain. Ada satu berita yang cukup bikin saya geregetan
pengen bikin artikel di sini. Yak, tentang impor beras dan ketersediaan bulog
untuk pangan nasional. Karena kebetulan saya paham sedikit mengenai teknologi industry
pertanian.
Pada situs harian Viva online berikut ini
disebutkan bahwa Presiden Jokowi kukuh tidak akan impor beras. Beliau
memerintahkan melepas stok beras di bulog untuk disalurkan di pasar. Beliau
juga menambah alat dan kebutuhan produksi pertanian di daerah agar petani lebih
produktif dalam menghasilkan beras.
Saat pemilu sejujurnya saya tidak sreg dengan kedua kandidat presiden.
Namun beberapa kinerja Pak Jokowi ini dalam memperbaiki Indonesia perlahan menurut
saya berangsur-angsur lebih baik. Yak salah satu contohnya dalam bidang
pertanian seperti yang saya sebutkan di atas. Saya setuju kok jika impor beras
dihentikan dengan beberapa alasan yang akan saya paparkan.
“Orang Indonesia meskipun sudah makan roti
belum makan namanya kalau belum makan nasi”. Sering mendengar ungkapan ini?.
Budaya makan pokok adalah makan nasi sudah mengakar kuat sepertinya di Indonesia.
Entah siapa yang awalnya memperkenalkan kebiasaan makan nasi di Indonesia
hingga kini menjadi budaya turun temurun.
Konon para
pedagang dari Cina yang membawa budaya makan nasi ini masuk ke Indonesia. Sejak
tahun 2300 SM penghuni negeri ini telah mulai mengenal nasi sebagai produk
olahan dari beras melalui para pedagang Cina tersebut. Dan entah apa yang
menjadi alasan utama nenek moyang kita terdahulu sehingga akhirnya memilih nasi
ini sebagai makanan pokok favorit. Seiring bergulirnya waktu tanpa
disadari kesukaan ini terwariskan kepada generasi demi generasi selanjutnya
untuk kemudian akhirnya menjadi makanan pokok sebagian besar penduduk negeri
Indonesia saat ini. Menggeser keberadaan ragam makanan pokok lain yang telah
ada sebelumnya. Padahal dulu makanan pokok orang Indonesia sangaaat
beragam, tidak melulu nasi, misalnya Singkong, Ubi, Sagu, Pisang, dll. Sebagai
contoh, sekarang masyarakat Irian Jaya yang dulunya menjadikan sagu sebagai
makanan pokok pun mulai beralih mengkonsumsi nasi sebagai makanan pokok. Jagung
yang diidentikan sebagai makanan pokok daerah Madura pun perlahan bergeser
menjadi nasi. Namun (sekali
lagi) entah mengapa pada akhirnya masyarakat Indonesia hampir seluruhnya kini
sangat menggemari nasi sebagai makanan pokoknya. Akibatnya? Kebutuhan beras
kian meningkat tiap tahunnya bahkan negeri ini nyaris keteteran menanggulangi
masalah tersebut yang berakhir dengan impor
beras.
Maka dari itu
salah satu usaha untuk menanggulangi persoalan, untuk mengurangi bahkan
mencegah terjadinya impor beras, adalah dilakukannya sosialisasi diversifikasi
makanan pokok. Mengedukasi masyarakat bahwa sumber makanan pokok bukan melulu
hanyalah nasi. Tentunya usaha ini harus didukung penuh oleh pemerintah sehingga
masyarakat bisa mulai terbiasa menjadikan selain nasi sebagai sumber
karbohidrat utamanya. Diharapkan tidak ada lagi terjadi fenomena yang dianggap
lazim ketika piring makan siang kita berisi menu seperti ini : nasi putih,
perkedel kentang dan tumis jagung. Yang ternyata seluruhnya terdiri dari
karbohidrat. Makanan pokok semua!
Membutuhkan kebiasaan baru yang mesti
dilatih untuk menggantikan kebiasaan lama yang sudah mengakar. Ini bukan
perkara mudah dan merupakan pekerjaan rumah bagi pemerintah bukan hanya sekedar
menggembar-nggemborkan kebijakan diversifikasi pangan. Butuh upaya keras untuk
melatih masyarakat indonesia mengubah budaya makan nasi ke makanan yang lain.
Seperti gerakan “Sehari Tanpa Nasi” yang dikampanyekan oleh Walikota Depok. Gerakan One
Day no Rice merupakan program yang telah digulirkan
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian beberapa tahun lalu. Namun,
program ini seperti mendapat momentum ketika Pemkot Depokmulai mengkampanyekan
program tersebut pada 22 April 2012. Gerakan One
Day no Rice adalah gerakan untuk mencerdaskan
bangsa karena karbohidrat tidak hanya bersumber dari nasi saja. Gerakan ini
mengajarkan kita untuk berkreasi dalam menyajikan pangan pengganti beras.
Sumber Referensi:
1. http://kisuta.com/20130517-budaya-makan-nasi-bisa-membuat-indonesia-bangkrut
2. http://megapolitan.kompas.com/read/2013/11/18/0750036/Gerakan.dari.Kantin.Balaikota.Depok
3. http://ketahananpangannunukan.blogspot.com/
4. http://risablogedia.blogspot.com/2012/06/tipikal-indonesia-belum-kenyang-kalau.html
5. http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2012/06/10/bisakah-sehari-tanpa-nasi-468767.html
Sumber Referensi:
1. http://kisuta.com/20130517-budaya-makan-nasi-bisa-membuat-indonesia-bangkrut
2. http://megapolitan.kompas.com/read/2013/11/18/0750036/Gerakan.dari.Kantin.Balaikota.Depok
3. http://ketahananpangannunukan.blogspot.com/
4. http://risablogedia.blogspot.com/2012/06/tipikal-indonesia-belum-kenyang-kalau.html
5. http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2012/06/10/bisakah-sehari-tanpa-nasi-468767.html
Rabu, 25 Februari 2015
If We Were A Movie
Drama playfull kiss ditayangin lagi di tv, waaah jadi
inget jaman kkn deh. Drama ini adalah versi koreanya dari drama Itazura na Kiss
yang diangkat dari komik Jepang. Dulu sewaktu kkn hampir tiap hari anak2 satu
kkn nonton drama ini, abis ceritanya lumayan bikin senyum-senyum geregetan liat
kisahnya oh hani sama baek seung jo. Bahkan yang cowok-cowok juga ikutan
nonton. Baek Seung Jo si Mr. Perfect yang super jutek dan cuek dikisahkan
sebenarnya juga suka sama oh Hani yang gak punya kelebihan. Hanya saja rasa
suka Seung Jo baru diungkap di akhir-akhir cerita. Hayoo, siapa yang punya
kisah serupa?
Ajaib atau entah keberuntungan saya juga gak ngerti,
hihihi agak sulit dipercaya sih, pernah ada seseorang, yang menurut saya sih sangat sempurna, ya
ganteng, ya pinter, ya baik, pokoknya sempurna banget di mata saya, anehnya mau
maunya jadi pacar saya yang hampir ga ada kelebihannya ini, mungkin doi khilaf
kali yaak, hahaha. Yah sayangnya tapi itu duluu wahai sodara sodara. Kisah
sweet happy ending mungkin cuma ada di drama drama aja seperti kata Hannah Montana di lagu If We were a Movie (Miss our old Hannah, eh Milley). Di kehidupan nyata
pasti kebanyakan akan milih tipe wanita seperti Hera di Drama Playfull Kiss,
wanita yang charming, nyaris sempurna. Mungkin gak semua orang sih, tapi hayoo
jujur siapa sih yang gak mau nyari pasangan terbaik? hehehe iya kan?
Tapi yang namanya perasaan suka ataupun sayang
kadang-kadang memang gak masuk akal sih yah. Terkadang kita sendiri juga gak
tau kenapa tiba-tiba bisa berdebar-debar atau girang dalam hati, padahal cuma
karena liat orang yang disuka. Mungkin itu kuasa Tuhan, yang jago
membolak-balik hati manusia. Kita tentu bisa milih dengan siapa kita menikah,
tapi kita gak pernah bisa mengelak kepada siapa kita jatuh hati, kurang lebih
itu quotes yang pernah saya baca. Seperti kita yang bisa sayang sama orang tua
kendati cerewet dan galak, hahaha. Seperti halnya kita yang sayang sama adik
atau kakak meskipun berantem tiap hari, betul kan? Perasaan manusia susah ditebak,
dan kadang gak berjalan sesuai logika.
Pernah saat fieldtrip ke Malang, saat nginep, malam
harinya kita para cewek-cewek seperti biasa curhat-curhatan. Kebetulan saat itu
ada satu teman yang sudah menikah, sebut saja C. Ada satu orang yang nanya ke C
gini, "kok waktu itu lo milih laki lo yang sekarang sih, dan jujur deh,
waktu itu lo cinta sama dia gak?"
Jawaban teman saya si C cukup bikin saya ingat sampai
sekarang, soalnya jawabannya diluar perkiraan saya. Selama ini saya pikir
seseorang bakal nikah yak kalo dia suka, terlalu naif yah?
Si C jawab
gini. Waktu itu sih sebenernya ada 2 kandidat misal A dan B (suami C sekarang).
"Gue dan A saling cinta, saling sayang, cuma sifat kita berdua banyak
cekcoknya, kalau berharap berubah, dan gak ada cekcok lagi yah gak mungkin,
makanya walau pun gue gak terlalu cinta B, tapi gatau kenapa gue yakin aja gue
bakal bahagia dan akur sampai kakek nenek sama B. Lo nikah cuma pengen satu
kali seumur hidup. Kalau banyak sifatnya yang lo gak suka, secinta apapun lo sekarang,
yak sulit banget buat diubah, akan ada nanti saatnya di suatu titik lo bakalan
ngerasa capek dan milih berakhir aja, nah itu yang bahaya, bisa cerai. Mending
sakit hatinya sekarang sebelum ada korban, yaitu anak. Dan terbukti sekarang
gue malah cinta banget sama laki gue. Cinta bakal tumbuh dengan sendirinya
setelah nikah kok. Percaya deh." Kata teman saya C dengan yakin. Well ada
benernya juga sih apa yang dibilang teman saya ini, toh agama juga menyarankan
begitu bukan? Cinta yang baik itu adalah cinta setelah akad nikah, karena
halal. Saya jadi inget ada seorang sahabat saya yang bentar lagi mau nikah,
tapi masih sempet-sempetnya minta tolong saya buat kepo-in mantannya, bahkan
minta saran saya, soalnya dia pengen ketemu sekaliii aja, pengen ketemu mantannya
itu. Jodoh memang misteri Tuhan yang sulit diterka yah?
Dari ngomongin drama korea lho kok malah jadi
ngelantur gini, hahaha.
Yang jelas drama Playfull Kiss ini recommend banget
buat ditonton terutama kalo lagi males nonton drama yang bikin kesel karena
banyak pemeran antagonis jahat-jahatannya. Selamat menonton.
Sabtu, 21 Februari 2015
Jumat, 20 Februari 2015
Mikrohidro
“Bekasi rasa puncak” itulah status yang teman
saya unggah beberapa waktu lalu. Memang saya akui beberapa hari ini hujan deras
nampaknya tidak bosan untuk hadir setiap
hari. Bahkan Jakarta sudah seperti lautan. Untung tahun ini Alhamdulillah rumah
saya tidak kebagian jatah banjir J. Saat musim hujan
begini, rasa-rasanya segelas bandrek hangat akan nikmat diseruput di malam
hari. Segelas bandrek hangat yang saya nikmati mengingatkan saya pada CV Cihanjuang
yang dulu pernah saya kunjungi saat mata kuliah konversi energi. CV Cihanjuang
yang terletak di Cimahi Bandung ini terkenal akan Bandrek minuman khas Priangannya.
Namun yang akan saya bahas di postingan kali ini bukanlah bandreknya, melainkan
mengenai mikrohidro yang juga terkenal di Cihanjuang. Mungkin saja artikel ini
bisa menginspirasi teman-teman untuk meneliti ataupun mencari tau lebih dalam
mengenai mikrohidro sehingga bermanfaat.
Sebelumnya apa teman-teman tau atau pernah
dengar apa itu mikrohidro? Saya juga baru tau mikrohidro ini saat kunjungan
langsung ke lapangan. Saat di bangku sekolah pembangkit listrik yang saya
ketahui hanyalah sebatas PLTU, PLTA, dan PLTS saja. Ternyata masih ada beberapa sumber tenaga listrik
yang saya tidak ketahui, yak salah satunya si mikrohidro ini. Kalau dari
namanya yang mengandung kata hidro mungkin teman-teman dapat menebak bahwa
tenaga listrik ini pasti mengandung unsur air. Yup, benar. Lebih tepatnya Mikrohidro atau
yang dimaksud dengan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH), adalah suatu
pembangkit listrik skala
kecil yang menggunakan tenaga air sebagai tenaga penggeraknya seperti, saluran irigasi, sungai atau air terjun alam dengan cara memanfaatkan tinggi terjunan (head) dan
jumlah debit air.
Di jaman
sekarang manusia sudah sangat ketergantungan dengan listrik. Buktinya saja saat
terjadi giliran pemadaman listrik tidak sedikit aktivitas yang menjadi
terganggu, bahkan beberapa perusahaan bisa mengalami kerugian. Mati lampu alias
mati listrik, sudah biasa terjadi bukan? Itulah kondisi kelistrikan di
Indonesia. Meningkatnya kebutuhan akan listrik dan masalah kekurangan pasokan
listrik menjadi biang keladinya. Belum lagi masalah lain diantaranya belum semua daerah dapat menikmati listrik.
Saya pernah baca kalau tidak salah menurut kementrian ESDM pada tahun 2007 masih
ada 105 juta jiwa di Indonesia yang belum menikmati pasokan listrik.
Di tengah
kesulitan masyarakat Indonesia mengenai pasokan listrik, maka Eddy Permadi,
Direktur CV Cihanjuang Inti Teknik (Cintek), menciptakan pembangkit listrik
mikrohidro. Beliau melihat potensi tenaga air tersebar hampir di seluruh
Indonesia. Rupanya Direktur CV Cintek ini terinspirasi untuk memanfaatkan air
menjadi sumber tenaga listrik setelah beliau berkunjung ke sebuah museum energi
di Zurich, Swiss. Di sana, Pegunungan Alpen besar sekali potensi airnya, mikro
hidro menjadi salah satu sumber energi masyarakatnya. Indoneseia, sebagai
negara yang memiliki potensi air yang melimpah, seharusnya bisa seperti Swiss,
itulah yang ada di benak Pak Eddy yang juga menjabat sebangai anggota Dewan
Pakar Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia (METI).
Masyarakat Cihanjuang
kini tak perlu lagi membeli listrik dari PT PLN, karena sudah tersedia listrik
dari PLTMH milik Cintek. Proses instalasinya kurang lebih dijabarkan seperti
berikut. Aliran air
dengan kapasitas dan ketinggian tertentu di salurkan menuju rumah instalasi
(rumah turbin). Selanjutnya instalasi air tersebut akan menabrak turbin, lalu
mengubahnya menjadi energi mekanik berupa berputamya poros turbin. Poros yang
berputar tersebut lalu dihubungkan ke generator dengan mengunakan kopling.
Generator akan dihasilkan energi listrik yang akan masuk ke sistem kontrol arus
listrik sebelum dialirkan ke rumah-rumah atau keperluan lainnya (beban).
Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) dibawah ukuran 200
KW digolongkan sebagai Mikrohidro. Secara teknis Mikrohidro terdiri dari tiga komponen utama yaitu air, turbin
dan generator. Perusahaan yang
didirikan pada 1999 ini, hingga tahun 2007 telah berhasil memasok turbin untuk
Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) ke lebih dari 200 lokasi di Tanah
Air. Mulai dari Tanah Rencong hingga Bumi Cendrawasih. Turbin air buatan Pak Eddy ini tak hanya diminati di Tanah
air, tetapi juga pasar luar negeri, termasuk negara maju seperti Swiss. Sebagian dari PLTMH itu bahkan dibangun
sendiri oleh Cintek, mulai dari konstruksi sipil, perlengkapan elektromekanik,
transmisi dan distribusi listriknya ke masyarakat sekitar, hingga instalasi ke
rumah-rumah. Kini desain produk turbin
listrik PLTMH produksi Cintek sudah dipatenkan di Ditjen Hak Kekayaan
Intelektual Departemen Hukum dan HAM dengan nama Hanjuang. Yang menarik,
keberhasilannya di bisnis produksi turbin air mendorongnya untuk menekuni
bisnis baru yaitu minuman khas Jawa Barat, bandrek dan semacamnya. Adapun merek
yang diusung sama yaitu Hanjuang. Kini bisnis minuman bandreknya menunjukkan
kinerja yang luar biasa. Untuk yang tertarik membaca artikel info tentang
mikrohidro ini dapat mengunjungi link berikut. 1, 2, 3, 4.
Langganan:
Postingan (Atom)