Sebagai
orang Indonesia, kurang afdol rasanya kalau belum mbahas tentang euforia pesta
17-an. Meskipun kenyataannya di gang perumahan saya sih adem ayem saja, tidak
ada sedikitpun ramai ramai, karena beberapa tahun belakangan ini di Rt tempat
tinggal saya memang tidak pernah diadakan lomba 17-an lagi. Kangen juga sih
sejujurnya sama perlombaan perlombaan 17-an semasa kecil. Mungkin karena
penghuni gang di tempat tinggal saya anaknya sudah beranjak dewasa, jadi
kalaupun mau diadakan lomba kemungkinan tidak akan ada lagi pesertanya :').
Jadi
bahas apa dong di postingan ini? Sabar, sabar, hehe. Di TV biasanya menjelang
17-an ramai mewacanakan bahwa "Indonesia belum merdeka, masih banyak bla
bla bla, dan bla bla bla". Sebenernya kalau dipikir-pikir ada benarnya
juga sih, contohnya dalam hal pendidikan yang masih belum merata. Untuk
kota-kota yang sudah maju, seperti Kota Bekasi, dimana saya tinggal, akses
pendidikan sudah sangat mudah dijangkau.
Kebetulan
tahun ini adik saya masuk SMA, yang saya rasakan pendaftaran masuk SMA begitu
mudah, berbeda sekali dengan jaman saya dulu, semuanya sekarang bisa diakses
dari internet di rumah. Tidak perlu mondar mandir ke sekolah yang dituju.
Sungguh keadaan yang drastis sekali bila dibandingkan dengan desa tempat saya
bertugas sewaktu kegiatan KKN (Kuliah, Kerja Nyata) yaitu di daerah Desa
Darmacaang, Kecamatan Cikoneng, Kabupaten Ciamis.
Jangankan
akses internet, akses menuju sekolah saja sudah sangat sulit, perlu jalan kaki
berkilo-kilometer untuk menuju sekolah. Kendati demikian tidak menyurutkan semangat
anak-anak di sana untuk menuntut ilmu. Ada beberapa cerita yang cukup menyentuh
hati saya waktu itu.
Saat
itu kelompok mahasiswa KKN akan mengadakan penyuluhan menyikat gigi di SD,
penyuluhan akan diadakan esok hari sementara kami belum mengabari anak-anak SD
untuk membawa perlengkapan menyikat gigi. Akhirnya atas inisiatif ketua
koordinator desa (kordes), saya dan kedua teman saya ditugaskan untuk
silaturahmi ke rumah anak-anak SD untuk memberi info. Saya sungguh tidak
menyangka ternyata rumah anak-anak itu sungguh jauh-jauh. Untungnya ada anak SD
yang semangat sekali membantu kami untuk menunjukkan rumah siswa-siswa lain.
Saya sungguh tidak menyangka ternyata rumah anak-anak itu sungguh jauh-jauh. Di
sana jarang ada angkot, sehingga kebanyakan harus ditempuh dengan berjalan
kaki. Tapi anak SD itu tetap dengan senang hati dan ceria membantu kami
keliling desa mengunjungi seluruh rumah temannya.
Kami
mahasiswa KKN saat itu diberi kesempatan oleh Pak Lurah untuk belajar bersama
adik-adik SD Darmacaang selama dua minggu. Selama kegiatan belajar mengajar,
ada beberapa teman saya yang bertugas menerangkan pelajaran di depan kelas.
Sedangkan saya berkeliling untuk membantu yang kesulitan mengerjakan tugas.
Saat saya lewat banyak diantara siswa yang menutup tugas yang dikerjakan dengan
tangan. Ternyata tidak sedikit siswa kelas 5 yang belum bisa mengerjakan soal
perkalian yang mudah. Lalu saya ajak mengobrol mereka, saya tanyakan "kenapa tidak belajar kelompok, dek? Supaya bisa pintar sama-sama semuanya".
Jawabannya saya rasa sangat membuat sedih siapa pun yang mendengar. "Si x
rumahnya jauh banget kak, pulang sekolah ga bisa belajar karena harus bantu
bantu di kebun". Ternyata Indonesia belum sepenuhnya merdeka yah? Hanya
saja bentuk penjajahannya tidak lagi oleh kompeni. Dirgahayu wahai Negeriku,
semoga kedepannya membuat nyaman siapa pun yang mencintaimu, Indonesiaku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar