Saya
selalu tertarik dengan menu cemilan atau kuliner yang terbuat dari bahan hasil
pertanian khas Indonesia, itung-itung mengurangi konsumsi bahan hasil pertanian
impor. Saat mampir ke toko roti langganan dekat rumah, hari itu ada promo cake
varian baru. Langsung saja saya beli satu karena kebetulan sedang diskon, hehe
:p. Sebenarnya ada banyak varian rasanya, strawberry, durian, dll. Awalnya saya
mengincar yang rasa green tea, namun karena stocknya habis akhirnya saya
membeli varian rasa tiramisu. Saya sempat mengira cake ini adalah brownies, karena kemasannya mirip sekali dengan kemasan brownies langganan saya yang berada di seberang kampus IPDN Jatinangor. Sebelum dibuka saya sempat mengamati kemasannya
terlebih dulu. Sudah ada sertifikasi halalnya ternyata. Sewaktu pelajaran
kuliah, setau saya membuat sertifikasi halal itu agak sulit minimal dibutuhkan
jangka waktu satu tahun, agak salut juga saya dengan brand roti satu ini.
Lalu
kemudian hal yang membuat saya tertarik membeli cake ini yaitu komposisinya,
yaitu terdiri dari tepung talas, tepung nangka, dan tepung labu. Wah, saya
bersyukur sekali semakin lama masyarakat menjadi modern semakin meningkat pula
edukasi pemanfaatan bahan-bahan lokal yang mengandung zat gizi yang cukup
tinggi, tidak kalah dengan produk import. Saya merasa senang karena hal-hal
seperti ini berkaitan dengan yang saya pelajari ilmunya sewaktu kuliah.
Memang
sih, di komposisinya masih mencantumkan bahan baku terigu pula. Tapi saya yakin
kok komposisinya jauuh lebih sedikit ketimbang pembuatan cake pada umumnya.
Sekedar informasi untuk pembaca. Bahwa sampai saat ini jumlah konsumsi terigu
di Indonesia masih sangat tinggi. Sedangkan bahan baku terigu adalah gandum, yang
tidak dapat tumbuh baik di iklim Indonesia, sehingga masih harus diimpor dari
luar negeri. Padahal karbohidrat kan tidak melulu dari gandum, banyak bahan
lain sebagai pengganti karbohidrat diantaranya umbi seperti talas, ubi, dan
ketela. Selain itu umbi-umbian juga mengandung zat gizi yang lebih tinggi.
Sebagai
perumpamaan dalam pembuatan satu buah cake pada umumnya digunakan 100 gram
terigu, sedanghkan pada cake talas, penggunaan terigu dapat diminimalisir
sampai 50%. Cukup mengurangi konsumsi terigu bukan? Mungkin di antara
teman-teman bertanya-tanya mengapa penggunaan tepung talasnya tidak 100% saja? Kelemahan
penggunaan tepung dari umbi yaitu tidak memiliki daya emulsi sebaik tepung dari
serealia seperti gandum (tepung terigu). Alih-alih bukannya menjadi roti atau
cake nanti malah menjadi kue talam, hehe :D. Semoga kelak ada adik-adik atau teman-teman ada yang tertarik untuk meneliti tepung subtitusi pengganti terigu yah ;). Udah ah kebanyakan penjelasannya, saya udah keburu kehabisan cakenya sama orang serumah nih :’)
Sedikit review testimonial untuk urusan rasa, rasanya sangat enak menurut saya. manisnya pas. Tekstur cakenya cukup moist, tidak 'kempes' seperti halnya chiffon cake. Saya kira rasanya akan seperti kue lapis surabaya ternyata tidak, karena teksturnya lebih mirip ke butter cake. Saat melihat topping bagian atasnya mungkin sebagian orang akan mengira ada parutan keju di atasnya. Ternyata topping diatasnya adalah cappucino cream yang terlebih dulu dibekukan, kemudian diparut di atas cake sehingga crunchy namun meleleh saat di kunyah, nyumm!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar