Tadi malam 2 orang sahabat
saya curhat sampai nangis-nangis tentang kerjaannya, kebetulan mereka berdua
bekerja di perusahaan yang sama, hanya saja berbeda divisi, yang satu bagian
keuangan, yang satunya lagi hrd. Sebenarnya ini bukan pertama kalinya mereka cerita
tentang 'ketidaksehatan' lingkungan kerja di sana, baik dalam hal
profesionalitas pekerjaan maupun hal pribadi. Kali ini yang membuat mereka
menangis yaitu karena di fitnah. Saya bahkan sampai benar-benar ikut kesal
mendengar cerita mereka. Bayangkan saja praktek korupsi kecil-kecilan masa
dianggap lumrah sih? Sahabat saya yang justru berusaha jujur malah seakan-akan
berada di posisi salah. Lagi-lagi kalau dimintai saran saya juga bingung. Jujur
resign merupakan pilihan akhir, tapi saya rasa kali ini lingkungan kerja
sahabat saya ini memang benar-benar parah.
Ngomongin pekerjaan, dan
lingkungan kerja yang penuh intrik dan bikin emosi jadi ingat suatu film, Devil
Wears Prada deh. Film ini menceritakan kisah seorang jurnalis muda (diperankan
oleh Anne Hathaway sebagai Andy), yang cerdas, berprestasi, lulusan universitas
ternama. Dia melamar pekerjaan di sebuah perusahaan majalah fashion bonafid,
sebagai sekretaris. Selama ini dengan idealismenya dia berpikiran, bahwa
fashion, kecantikan adalah hal yang tidak penting, prestasi adalah segalanya.
Selama masa jabatan si bos, dia selalu mempekerjakan 'Barbie hidup' kali ini
dia memberikan kesempatan kepada Andy yang sama sekali tidak mengerti seluk
beluk fashion, sang boss ingin melihat kinerja Andy.
Andy mengalami masa-masa sulit
selama bekerja, bahkan sampai putus asa dan ingin berhenti. Andy berpikir bahwa
tempat bekerjanya, terutama sang boss memperlakukannya sangat kejam, tidak
adil, padahal dia sudah bekerja keras namun tidak dihargai, sedangkan saat dia
membuat kesalahan kecil si bos langsung marah besar. Hingga rekan kerjanya,
seorang designer, nigel, secara tidak langsung 'menasehatinya' bahwa kalau Andy
mau berhenti yah silahkan saja, tapi satu hal yang harus dia ingat, ada jutaan
gadis yang rela saling membunuh demi posisi kerjanya sekarang.
Nigel pun bertanya bagaimana
mungkin Andy menganggap remeh majalah
fashion, dunia fashion? Bahkan mungkin
menganggap sampah?. Nigel pun menjelaskan bahwa majalah fashion dan dunia
fashion yang selama ini dia anggap sampah, adalah hasil kerja keras dari
sekumpulan pekerja, penjahit, designer, sekumpulan orang, sekumpulan ide
kreatif. Bahkan fashion menginspirasi jutaan gadis di dunia, meskipun di
pelosok desa, fashion menjadi cita-cita yang diam-diam dipendam gadis muda di
desa yang bahkan diam-diam belajar menjahit contoh baju seperti di majalah.
Masihkah menganggap sepele? Andy merasa tidak enak hati mendengar ucapan Andy,
bahkan dia jadi sangat semangat untuk melanjutkan pekerjaannya. Tidak seperti
sebelumnya, Andy yang sekarang berusaha sangat keras tanpa rasa terpaksa untuk
beradaptasi dengan fashion. Dengan bantuan nigel, Andy berubah menjadi sosok
yang fashionable, cantik, peduli penampilan, dan sangat profesional. Prada,
Loubotin, Gucci, sudah semakin akrab ditelinganya. Bosnya bahkan mulai menyukai
kinerja Andy, dan membawanya ke fashion week di Paris.
Semakin lama, Andy mengetahui
dunia kerja yang penuh intrik dan tipu muslihat, dalam profesi tidak mengenal
siapa kawan siapa lawan, kita bahkan bisa disingkirkan oleh teman. Hal ini
tentu membuat Andy tidak mampu bertahan lagi. Bosnya menyatakan Andy mirip
dengan dirinya saat muda dulu, workaholic, menyingkirkan segalanya, semua itu
adalah pilihan hidup yang dipilih sendiri, ditentukan sendiri. Andy bukannya
tersanjung, malah merasa kesal, dia memutuskan berhenti saat itu juga. Kini ia
melamar pekerjaan jurnalis di sebuah surat kabar. Memang tidak sebonafid
pekerjaan lamanya, hanya saja kali ini dia bisa lebih merasa lega, dan sangat
menikmati pekerjaan barunya, dan dia mendapatkan kembali kehidupan lamanya yang
hilang terbengkalai selama ia sibuk dengan pekerjaannya. Bagaimanapun juga, hidup adalah pilihan, bukan?
Saya sukaa sekali film ini.
Ada banyak pelajaran yang bisa dipetik penontonnya. Bahwa tidak pernah ada hal
yang remeh di dunia ini. Mempertahankan prinsip selalu ada tantangannya
ternyata. Idealisme kadang-kadang harus 'dinego' dengan proses 'adaptasi'.
Eiits, idealisme beda dengan prinsip yah, kejujuran itu mutlak dan tidak bisa
ditawar, sedangkan idealisme itu batasan-batasan nilai ketetapan ideal yang
kita buat sendiri, patokan yang menurut kita ideal (cmiiw). Have a seat, take
your popcorn, and enjoy the movie fellas! :D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar