Tuhan selalu meletakkan
jangkar kapalku di setiap koordinat yang tepat. Sama seperti yang sudah-sudah,
ini hanya persinggahan, bukan labuhan akhir. Ada suatu koordinat yang hampir
membuatku tenggelam, curam, lautan kata, ada koordinat yang lautnya tenang, yang
sekarang sedang saya rasakan. Apapun koordinatnya, saya akui sama sekali tidak
ada yang buruk, pun yang tercuram, semuanya memberikan pembelajaran. Terima
kasih Sang Penulis Skenario terbaik, Engkau menyambungkan benang merah tiada
mungkin tanpa sebab. Koordinat baru, bagiku kamu pulau, pulau indah yang
kukagumi dari kejauhan, bukan karena parasnya. Semua tipeku nampaknya serupa,
entah mengapa selalu luluh pada kebijaksanaan.
Jujur aku akui kepadamu aku jatuh hati, kagum.. Kamu baik, tidak seperti lautan kata. Tapi entah mengapa lautan kata tetap tidak terganti, aneh yah? hehe. Mungkin benar, "luka tersakitlah yang menggoreskan bekas yang mendalam hingga sulit hilang".
Sama seperti halnya kamu, pun bagiku keyakinan dan keimanan adalah harga mati, komitmen. Hal yang tidak mungkin. Jadi, anggap saja keberadaanku seperti
bintang meski kadang terlihat, kadang tidak, tapi yakinlah selalu ada, melihat
dari kejauhan, mengagumi dari kejauhan. :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar