Sabtu, 04 Oktober 2014

"seandainya, ....."

Bakalan jarang ngeblog untuk dua bulan ke depan, ada kewajiban yang harus dikerjakan, alhamdulillah, hehe.

Sering gak sih terbesit di pikiran kalian "seandainya bla, bla, bla..."? Pasti sering yah, baik disadari atau gak disadari. kata 'seandainya' menurut saya bisa berarti 2 makna, yang pertama bisa memiliki arti berharap, pengharapan, contoh sederhananya "andai saya seorang pilot". Sedangkan yang kedua bisa bermakna rasa penyesalan terhadap hal lampau, contohnya "andai saya kemarin saya datang ke acara tersebut". Yang sering terbesit di pikiran kalian yang mana?. Kalau saya mungkin yang kedua. Penyesalan? Hehe, iya sih, ada beberapa hal yang sangat saya sesalkan, entah itu hal yang pernah saya perbuat ataupun keputusan yang ternyata kurang tepat. Tapi setiap kali terpikir banyak penyesalan, saya sekarang ini mulai mencoba berpikir positif, ketetapan Tuhan pasti selalu indah, kan? Ketetapan Tukan tentu adalah yang terbaik untuk kita. Jadi jalani saja keputusan yang telah diambil dengan sebaik mungkin. Seandainya nasi sudah jadi bubur, namun bubur pun masih bisa diolah jadi makanan yang tidak kalah lezat dibanding nasi kan ;).

Oh iya, saya pernah baca sebuah kisah menarik, berikut ceritanya :

Ada seorang petani miskin memiliki seekor kuda putih yang sangat cantik dan gagah. Suatu hari, seorang saudagar kaya ingin membeli kuda itu dan menawarkan harga yang sangat tinggi. Sayang si petani miskin itu tidak mau menjualnya. Teman-temannya menyayangkan dan mengejek dia karena tidak menjual kudanya.

Keesokan harinya, kuda itu hilang dari kandangnya. Maka teman-temannya berkata, "sungguh malang nasibmu, seandainya kemarin kuda tersebut kamu jual kamu akan kaya, sekarang kudamu hilang". Si petani miskin hanya diam saja.

Beberapa hari kemudian, kuda si petani kembali bersama 5 ekor kuda lainnya. Lalu teman-temannya berkata "wah beruntung sekali nasibmu, ternyata kudamu membawa keberuntungan. Si petani hanya diam saja.

Beberapa hari kemudian, anak si petani yang sedang melatih kuda-kuda baru mereka terjatuh dan kakinya patah. Teman-temannya berkata, "rupanya kuda-kuda itu membawa sial, seandainya kuda-kuda itu tidak datang ke sini, kaki anakmu tidak akan patah"
Si petani hanya diam saja.

Seminggu kemudian terjadi peperangan di desa itu. Semua anak muda di desa dipaksa untuk berperang, kecuali si anak petani karena tidak bisa berjalan. Teman-temannya mendatangi si petani sambil menangis "beruntung sekali nasibmu karena anakmu tidak ikut berperang, sedangkan kami harus kehilangan anak-anak kami".

Si petani akhirnya berkomentar, "janganlah terlalu cepat mengambil kesimpulan dengan mengatakan menyesal dengan nasib buruk, ‘seandainya demikian dan demikian’, semuanya adalah suatu rangkaian proses”. Syukuri dan terima keadaan yang terjadi saat ini, apa yang keliatan baik hari ini belum tentu baik untuk hari esok. Pun apa yang buruk hari ini belum tentu buruk untuk hari esok. Tetapi Tuhan paling tau yang terbaik untuk kita. Bagian kita adalah mengucap syukur dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Tuhan dalam hidup kita.


Saat muda, adalah hal yang wajar membuat kesalahan-kesalahan kecil, dari sanalah kita dapat belajar, mana yang benar dan mana yang salah, agar lebih bijak dalam mengambil keputusan di waktu yang akan datang. Seperti kata pak dahlan iskan, habiskan jatah gagalmu!