Rabu, 25 Februari 2015

If We Were A Movie

Drama playfull kiss ditayangin lagi di tv, waaah jadi inget jaman kkn deh. Drama ini adalah versi koreanya dari drama Itazura na Kiss yang diangkat dari komik Jepang. Dulu sewaktu kkn hampir tiap hari anak2 satu kkn nonton drama ini, abis ceritanya lumayan bikin senyum-senyum geregetan liat kisahnya oh hani sama baek seung jo. Bahkan yang cowok-cowok juga ikutan nonton. Baek Seung Jo si Mr. Perfect yang super jutek dan cuek dikisahkan sebenarnya juga suka sama oh Hani yang gak punya kelebihan. Hanya saja rasa suka Seung Jo baru diungkap di akhir-akhir cerita. Hayoo, siapa yang punya kisah serupa?

Ajaib atau entah keberuntungan saya juga gak ngerti, hihihi agak sulit dipercaya sih, pernah ada seseorang,  yang menurut saya sih sangat sempurna, ya ganteng, ya pinter, ya baik, pokoknya sempurna banget di mata saya, anehnya mau maunya jadi pacar saya yang hampir ga ada kelebihannya ini, mungkin doi khilaf kali yaak, hahaha. Yah sayangnya tapi itu duluu wahai sodara sodara. Kisah sweet happy ending mungkin cuma ada di drama drama aja seperti kata Hannah Montana di lagu If We were a Movie (Miss our old Hannah, eh Milley). Di kehidupan nyata pasti kebanyakan akan milih tipe wanita seperti Hera di Drama Playfull Kiss, wanita yang charming, nyaris sempurna. Mungkin gak semua orang sih, tapi hayoo jujur siapa sih yang gak mau nyari pasangan terbaik? hehehe iya kan?




Tapi yang namanya perasaan suka ataupun sayang kadang-kadang memang gak masuk akal sih yah. Terkadang kita sendiri juga gak tau kenapa tiba-tiba bisa berdebar-debar atau girang dalam hati, padahal cuma karena liat orang yang disuka. Mungkin itu kuasa Tuhan, yang jago membolak-balik hati manusia. Kita tentu bisa milih dengan siapa kita menikah, tapi kita gak pernah bisa mengelak kepada siapa kita jatuh hati, kurang lebih itu quotes yang pernah saya baca. Seperti kita yang bisa sayang sama orang tua kendati cerewet dan galak, hahaha. Seperti halnya kita yang sayang sama adik atau kakak meskipun berantem tiap hari, betul kan? Perasaan manusia susah ditebak, dan kadang gak berjalan sesuai logika.

Pernah saat fieldtrip ke Malang, saat nginep, malam harinya kita para cewek-cewek seperti biasa curhat-curhatan. Kebetulan saat itu ada satu teman yang sudah menikah, sebut saja C. Ada satu orang yang nanya ke C gini, "kok waktu itu lo milih laki lo yang sekarang sih, dan jujur deh, waktu itu lo cinta sama dia gak?"

Jawaban teman saya si C cukup bikin saya ingat sampai sekarang, soalnya jawabannya diluar perkiraan saya. Selama ini saya pikir seseorang bakal nikah yak kalo dia suka, terlalu naif yah?
 Si C jawab gini. Waktu itu sih sebenernya ada 2 kandidat misal A dan B (suami C sekarang). "Gue dan A saling cinta, saling sayang, cuma sifat kita berdua banyak cekcoknya, kalau berharap berubah, dan gak ada cekcok lagi yah gak mungkin, makanya walau pun gue gak terlalu cinta B, tapi gatau kenapa gue yakin aja gue bakal bahagia dan akur sampai kakek nenek sama B. Lo nikah cuma pengen satu kali seumur hidup. Kalau banyak sifatnya yang lo gak suka, secinta apapun lo sekarang, yak sulit banget buat diubah, akan ada nanti saatnya di suatu titik lo bakalan ngerasa capek dan milih berakhir aja, nah itu yang bahaya, bisa cerai. Mending sakit hatinya sekarang sebelum ada korban, yaitu anak. Dan terbukti sekarang gue malah cinta banget sama laki gue. Cinta bakal tumbuh dengan sendirinya setelah nikah kok. Percaya deh." Kata teman saya C dengan yakin. Well ada benernya juga sih apa yang dibilang teman saya ini, toh agama juga menyarankan begitu bukan? Cinta yang baik itu adalah cinta setelah akad nikah, karena halal. Saya jadi inget ada seorang sahabat saya yang bentar lagi mau nikah, tapi masih sempet-sempetnya minta tolong saya buat kepo-in mantannya, bahkan minta saran saya, soalnya dia pengen ketemu sekaliii aja, pengen ketemu mantannya itu. Jodoh memang misteri Tuhan yang sulit diterka yah?

Dari ngomongin drama korea lho kok malah jadi ngelantur gini, hahaha.

Yang jelas drama Playfull Kiss ini recommend banget buat ditonton terutama kalo lagi males nonton drama yang bikin kesel karena banyak pemeran antagonis jahat-jahatannya. Selamat menonton.

Jumat, 20 Februari 2015

Mikrohidro

“Bekasi rasa puncak” itulah status yang teman saya unggah beberapa waktu lalu. Memang saya akui beberapa hari ini hujan deras nampaknya tidak bosan untuk hadir  setiap hari. Bahkan Jakarta sudah seperti lautan. Untung tahun ini Alhamdulillah rumah saya tidak kebagian jatah banjir J. Saat musim hujan begini, rasa-rasanya segelas bandrek hangat akan nikmat diseruput di malam hari. Segelas bandrek hangat yang saya nikmati mengingatkan saya pada CV Cihanjuang yang dulu pernah saya kunjungi saat mata kuliah konversi energi. CV Cihanjuang yang terletak di Cimahi Bandung ini terkenal akan Bandrek minuman khas Priangannya. Namun yang akan saya bahas di postingan kali ini bukanlah bandreknya, melainkan mengenai mikrohidro yang juga terkenal di Cihanjuang. Mungkin saja artikel ini bisa menginspirasi teman-teman untuk meneliti ataupun mencari tau lebih dalam mengenai mikrohidro sehingga bermanfaat.

Sebelumnya apa teman-teman tau atau pernah dengar apa itu mikrohidro? Saya juga baru tau mikrohidro ini saat kunjungan langsung ke lapangan. Saat di bangku sekolah pembangkit listrik yang saya ketahui hanyalah sebatas PLTU, PLTA, dan PLTS saja. Ternyata masih ada beberapa sumber tenaga listrik yang saya tidak ketahui, yak salah satunya si mikrohidro ini. Kalau dari namanya yang mengandung kata hidro mungkin teman-teman dapat menebak bahwa tenaga listrik ini pasti mengandung unsur air. Yup, benar. Lebih tepatnya Mikrohidro atau yang dimaksud dengan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH), adalah suatu pembangkit listrik skala kecil yang menggunakan tenaga air sebagai tenaga penggeraknya seperti, saluran irigasi, sungai atau air terjun alam dengan cara memanfaatkan tinggi terjunan (head) dan jumlah debit air.

Di jaman sekarang manusia sudah sangat ketergantungan dengan listrik. Buktinya saja saat terjadi giliran pemadaman listrik tidak sedikit aktivitas yang menjadi terganggu, bahkan beberapa perusahaan bisa mengalami kerugian. Mati lampu alias mati listrik, sudah biasa terjadi bukan? Itulah kondisi kelistrikan di Indonesia. Meningkatnya kebutuhan akan listrik dan masalah kekurangan pasokan listrik menjadi biang keladinya. Belum lagi masalah lain diantaranya  belum semua daerah dapat menikmati listrik. Saya pernah baca kalau tidak salah menurut kementrian ESDM pada tahun 2007 masih ada 105 juta jiwa di Indonesia yang belum menikmati pasokan listrik.

Di tengah kesulitan masyarakat Indonesia mengenai pasokan listrik, maka Eddy Permadi, Direktur CV Cihanjuang Inti Teknik (Cintek), menciptakan pembangkit listrik mikrohidro. Beliau melihat potensi tenaga air tersebar hampir di seluruh Indonesia. Rupanya Direktur CV Cintek ini terinspirasi untuk memanfaatkan air menjadi sumber tenaga listrik setelah beliau berkunjung ke sebuah museum energi di Zurich, Swiss. Di sana, Pegunungan Alpen besar sekali potensi airnya, mikro hidro menjadi salah satu sumber energi masyarakatnya. Indoneseia, sebagai negara yang memiliki potensi air yang melimpah, seharusnya bisa seperti Swiss, itulah yang ada di benak Pak Eddy yang juga menjabat sebangai anggota Dewan Pakar Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia (METI).

Masyarakat Cihanjuang kini tak perlu lagi membeli listrik dari PT PLN, karena sudah tersedia listrik dari PLTMH milik Cintek. Proses instalasinya kurang lebih dijabarkan seperti berikut. Aliran air dengan kapasitas dan ketinggian tertentu di salurkan menuju rumah instalasi (rumah turbin). Selanjutnya instalasi air tersebut akan menabrak turbin, lalu mengubahnya menjadi energi mekanik berupa berputamya poros turbin. Poros yang berputar tersebut lalu dihubungkan ke generator dengan mengunakan kopling. Generator akan dihasilkan energi listrik yang akan masuk ke sistem kontrol arus listrik sebelum dialirkan ke rumah-rumah atau keperluan lainnya (beban).


Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) dibawah ukuran 200 KW digolongkan sebagai Mikrohidro. Secara teknis Mikrohidro terdiri dari  tiga komponen utama yaitu air, turbin dan generator. Perusahaan yang didirikan pada 1999 ini, hingga tahun 2007 telah berhasil memasok turbin untuk Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) ke lebih dari 200 lokasi di Tanah Air. Mulai dari Tanah Rencong hingga Bumi Cendrawasih. Turbin air buatan Pak Eddy ini tak hanya diminati di Tanah air, tetapi juga pasar luar negeri, termasuk negara maju seperti Swiss. Sebagian dari PLTMH itu bahkan dibangun sendiri oleh Cintek, mulai dari konstruksi sipil, perlengkapan elektromekanik, transmisi dan distribusi listriknya ke masyarakat sekitar, hingga instalasi ke rumah-rumah. Kini desain produk turbin listrik PLTMH produksi Cintek sudah dipatenkan di Ditjen Hak Kekayaan Intelektual Departemen Hukum dan HAM dengan nama Hanjuang. Yang menarik, keberhasilannya di bisnis produksi turbin air mendorongnya untuk menekuni bisnis baru yaitu minuman khas Jawa Barat, bandrek dan semacamnya. Adapun merek yang diusung sama yaitu Hanjuang. Kini bisnis minuman bandreknya menunjukkan kinerja yang luar biasa. Untuk yang tertarik membaca artikel info tentang mikrohidro ini dapat mengunjungi link berikut. 1, 2,  3, 4.

Kamis, 12 Februari 2015

Brondong Story


Kalo liat muka unyu-unyu Yoseob di video clip ini, kadang jadi suka inget brondong-brondong pas masa SMA deh, eiits bukan brondong jagung yak ;p. Jadi gini ceritanya saat SMA saya dan beberapa sahabat saya punya kebiasaan aneh, kami suka ngeceng adik kelas yang mukanya unyu-unyu. Salah satunya ada yang mirip Yoseob ini. Bahkan setiap salah satu dari mereka lewat sering kita suit-suitin panggil-panggil, duh kasian yak anak orang, hahaha L.

Suatu ketika sahabat saya ulang tahun sweet seventeen, saya pun iseng inisiatif mau bikin kado special yang bakal diinget. Jadi saat itu saya pura-pura mewawancara adik-adik kelas unyu itu (cita-cita jurnalis yang gak kesampaian J))) bahkan memfoto mereka juga untuk dijadikan kado ultah untuk sahabat saya ;D, kebayang banget kan betapa nekatnya? Hahaha memang.


Rupanya saya dibalas oleh sahabat-sahabat saya saat ulang tahun. Saat ulang tahun ada berondong (adik kelas kecengan saya) yang membawakan kue ulang tahun. Waaaah, saat itu bener-bener speechless dan malu. Lebih speechless lagi saat buka kado ultah di rumah. Hadiah ultah saya berupa binder strawberry pink cantik yang berisi foto plus surat cinta dari adik kelas. Bener-bener kado paling diinget lah, hahaha. Saya jadi agak nyesel, kenapa saat itu saya gak ngasih tau sahabat-sahabat saya aja yah kecengan saya yang sebenernya (*ngelunjak*), yah setidaknya orang itu bakal tau kalo saya pernah ngefans dan kagum gitu, yasudahlah, hehehe.

Selasa, 10 Februari 2015

Pendidikan yang Mencerdaskan

Saya kurang setuju dengan stigma yang belakangan beredar di masyarakat kurang lebih seperti ini “untuk apa belajar pinter-pinter toh banyak orang bisa sukses meskipun gak pinter seperti Ibu menteri Susi dan Bob Sadino”. Umumnya orang yang melontarkan pernyataan seperti ini hanyalah sebagai excuse. Karena alasan permisif jadi punya alasan untuk ngeles, sehingga malas-malasan  pun diperbolehkan karena alasan di atas.

Bob Sadino dikenal sebagai orang yang selalu menyebut dirinya goblok. Honestly, I think He is not into it. Menurut saya dia justru sangat brilian dalam pola pikir, cerdas (kapan-kapan akan saya bahas di blog tentaang Bob Sadino juga yah ;D). Cerdas menurut saya pribadi berbeda dengan pintar. Mau penggambaran lebih jelas mengenai perbedaan cerdas dan pintar? Saya sarankan untuk menonton film India yang berjudul 3 Idiot dengan pemeran utama Amiir Khan sebagai Rancho. Dalam film ini digambarkan secara pengkarakteran bahwa si cerdas ada dalam karakter Rancho. Sedangkan si pintar digambarkan dalam karakter Chatur.

Dikisahkan Seorang Profesor Guru Besar di Universitas, yaitu Virus, memiliki murid kesayangan yang pintar dan rajin belajar, murid itu adalah Chatur. Ada seorang murid yang pola pikirnya cukup nyeleneh namun selalu memiliki prestasi tertinggi di kampus, dialah Rancho. Rancho bukanlah tipe orang yang kutu buku, ataupun “belajar textbook”. Hal ini tergambar dari sebuah scene saat seorang professor bertanya apa arti mesin. Rancho menjawab dengan sederhana, sementara Chatur menjawab dengan penjelasan panjang yang rupanya merupakan jawaban hapalan yang sama persis seperti di buku. Rancho dimarahi oleh dosen tersebut karena jawaban yang diutarakan tidak sama seperti buku. Saya hapal dan ingat sekali dengan scene ini. Itulah pendidikan yang banyak terjadi di sekolah-sekolah bukan? Kebanyakan pendidikan di sekolah-sekolah mengarahkan kita textbook, pintar secara hapalan, bukan logika dan pemikiran sederhana. Dan mungkin itu pula lah salah satu penyebab mengapa Indonesia memiliki banyak siswa-siswa yang berprestasi dalam bidang pelajaran, contohnya olimpiade fisika, matematika, di luar negeri, bahkan mengalahkan negara-negara lain. Namun sayang yang bisa menemukan inovasi baru, pembaruan yang belum ada, paten,  hanya segelintir saja seperti Pak Habibie.

Jangan salahkan anaknya maupun gurunya, saya rasa system pendidikannya yang harus mulai dibenahi, patokan kompetensi keberhasilan guru dalam mendidik siswanya sudah sepatutnya tidak berdasarkan patokan ujian nasional. Ujian nasional hanya berupa angka, bagaimana jika angka tersebut tidak mewakili ilmu-ilmu yang sudah didapat selama pengajaran. Tidak semua anak mahir dan pintar di semua mata pelajaran. Setiap anak diciptakan dengan keunikan dan keahlian masing-masing, passion yang berbeda-beda pula. Ada yang mahir bahasa, berhitung, seni, olahraga. Jika siswa lemah di mata pelajaran lantas apa anak tersebut dinilai bodoh? Tentu saja tidak kan? Mungkin cara belajar di sekolahnya yang tidak sesuai, bukan siswanya yang bodoh. Saya setuju sekali dengan pendapat Bang Pandji dalam blognya berikut ini.



Saya suka dengan tema yang pernah diangkat di acara Mata Najwa 24 Desember 2014, saat roadshow di Aceh dengan tema Pesan untuk Negeriku. Di sana dihadirkan bintang tamu yang konon katanya dulu saat masa sekolah malas sekolah namun sekarang menjadi sosok yang sukses, diantaranya Dahlan Iskan, menteri Susi, Faisal Basri, dan Penyanyi Tompi. Bu Susi bahkan mengatakan bahwa memiliki ilmu yang banyak itu bagus, salah satunya belajar di sekolah, “hanya saja saya saat itu merasa bahwa saya tidak suitable dengan sekolah” demikian yang diucapkan bu Susi, seperti hal yang pernah diucapkan pula oleh Eistein. Satu hal yang sama yang saya tangkap dari rahasia kesuksesan mereka, kendati mereka tidak menyukai ilmu yang diajarkan di sekolah, mereka tetap giat belajar dan berusaha keras. Mereka sangaaat suka membaca. Bukan hanya belajar apa yang diajarkan di sekolah, mereka banyak membaca buku, entah itu tentang budaya, perekonomian, social, dll. Ada peribahasa yang mengatakan tuntutlah ilmu sampai ke negeri Cina. Sungguh peribahasa yang bagus, coba jika peribahasanya begini, “sekolahlah setinggi mungkin”, maka orientasinya yang dikejar bukan lagi ilmunya melainkan angka, nilai saja, entah bagaimana pun caranya. Ilmu adalah sesuatu yang bermanfaat yang tidak mesti diperoleh di bangku sekolah saja bukan?






Quotes : Somebody That I Used To Know


Senin, 09 Februari 2015

Use Somebody (cover)

Akhir-akhir ini lagi sukaaa banget nyanyi-nyanyi gak jelas. Akhirnya daripada mubazir, jadi saya pikir mending iseng-iseng di upload saja ke blog. Jujur saja walaupun suaranya fals, tapi semoga lumayan bisa menghibur yah ;D

.

Libuuuran

Alhamdulillah akhirnya liburaan jadi bisa sekalian refreshing.

Villa yang kali ini disewa agak unik, saya suka interriornya yang serba kayu semua, mengingatkan saya pada rumah adat Palembang. Dalam postingan ini saya sertakan beberapa foto-foto, mungkin ada diantara teman-teman yang tertarik untuk membuat interior serupa :D

kamar tidur terletak di lantai atas, mungkin sengaja diletakkan di atas agar bisa melihat pemandangan dari atas.


tampak luar dari jendela kamar


lampu di dalam kamar nampaknya sengaja didesign temaram, tidak terlalu terang, mungkin agar istirahat menjadi lebih rileks


ini adalah view dari jendela kamar yang saya foto sewaktu bangun pagi, bikin seger mata


meski designnya sangat sederhana tapi balkon ini cukup membuat betah. Dari sini kita dapat melihat aktivitas dari atas, seperti orang-orang yang sedang jogging, senam pagi, maupun anak-anak yang sedang main di taman


pemandangan taman dari atas balkon


selain kamar di atas juga terdapat ruang keluarga




sedangkan di ruang bawah dipenuhi kursi kursi untuk kumpul-kumpul. Bentuk kursinya juga unik-unik. Ruang bagian bawah ini dibatasi oleh kaca-kaca jadi bisa leluasa melihat pemandangan.





Jika dilihat dari luar, bangunan villa ini cukup menarik





di bagian luar juga terdapat gazebo

dan terakhir sebagai pelengkap tentu sajaaa.... selfie!!!
Belum afdol rasanya bila belum berselfie ria ;p





Rabu, 04 Februari 2015

Obrolan Singkat

Saat perjalanan menuju Jatinangor kemarin, hujan turun dengan derasnya, alhasil saya tidak bisa melihat pemandangan di luar karena kaca bus primajasa penuh tertutupi derasnya hujan. Di sebelah saya duduklah seorang bapak yang nampaknya hampir seusia dengan ayah saya. Karena cuaca yang sangat dingin serta ditambah ac bus yang dinginnya menusuk badan saya pun mengambil jaket di ransel yang saya bawa. Tidak lupa pula saya mengambil headset karena saat itu saya kurang mood mendengarkan lagu yang diputar oleh sang kondektur bus.

Saat sedang asik mendengarkan alunan musik yang dinyanyikan vertical horizon, bapak yang duduk disebelah saya melemparkan senyum. "Mau kemana?" Ucap beliau membuka percakapan. Mau tidak mau saya melepas headset saya dan seperti biasa yang pernah saya tulis di blog ini saya pun akhirnya diajak ngobrol. Rupanya beliau dulu seorang dosen di itb namun mengambil pensiun muda, dan sekarang menjalankan usaha kecil kecilan.

Beliau banyak memberi nasihat kepada saya, salah satunya yang saya ingat beliau menyarankan saya lebih baik membuka lapangan pekerjaan saja ketimbang menjadi pns, seperti jalan yang dipilih beliau. Bukan tanpa sebab, menurut beliau manusia yang baik yaitu manusia yang bermanfaat bagi orang lain, salah satunya dengan berwirausaha. Dengan berwirausaha kita membuka jalan rezeki bagi orang lain, selain itu kita dapat mengembangkan ilmu sesuai dengan kemampuan yang kita miliki. Tapi semua kembali lagi ke pilihan masing-masing pribadi yang penting semua yang kita lakukan didasarkan atas pengabdian, loyalitas. Dengan loyalitas sepenuh hati semua pekerjaan akan terasa menyenangkan, tidak memberatkan. Perkataan bapak ini mengingatkan saya akan kisah hidup almarhum bob sadino.


Bapak tersebut memang tidak menceramahi saya mengenai agama secara gamblang, 'ceramah'nya mengenai agama hanya tersirat dari cerita-cerita di obrolan semata. Sebenarnya ada banyak perjalanan hidup bapak tersebut yang beliau ceritakan hanya saja terlalu banyak untuk saya tulis. Ah iya beliau juga menunjukkan foto putrinya yang cantik berjilbab. Beliau bahkan meminta saya foto bersama, untuk kenang-kenangan. "Kalau saja anak saya laki-laki, akan saya jodohkan dengan anda" demikian ucap beliau. Saya pun menimpali, "jodohin sama mahasiswanya bapak juga gak apa-apa pak" kami pun tertawa. Beliau memberikan nomornya pula untuk saya hubungi jika saya bersedia menerima tawarannya untuk memberikan penyuluhan kepada 90 ibu rumah tangga petani, mengenai pemanfaatan wortel hasil penelitian saya. Seperti biasa, sebuah obrolan ringan di bus sering menambah 'ilmu' baru dalam hidup saya, juga bertemu dengan orang-orang baru.

Selasa, 03 Februari 2015

One Last Cry Cover


Musik Korea

Demam korea lagi merajalela dimana mana sepertinya. Televisi lokal pun sepertinya berlomba-lomba untuk menayangkan drama yang berasal dari negeri gingseng ini. Tidak sedikit pula budayawan yang mengomentari invasi budaya korea yang mulai mewabah di Indonesia. Korean wave, istilah masuknya budaya korea dimana mana.

Jujur, saya kurang suka dengan tayangan sinetron Indonesia saat ini, ceritanya kurang mendidik (ini pendapat saya pribadi lho :p). Kalau lagi mau nonton drama untuk mengisi waktu senggang akhirnya saya lebih memilih menonton drama luar, misalnya Jepang, India, maupun korea. Namun akhir-akhir ini saya jadi suka nonton beberapa drama korea, beberapa ceritanya cukup bagus dan mendidik. Kadang saya prihatin juga kenapa Indonesia kok gak bikin sinetron dengan tujuan untuk mengubah pola pikir masyarakatnya yah? bukan melulu meikirkan rating semata demi tujuan komersial seperti GGS misalnya.

Saat streaming di youtube biasanya saya lebih suka mendownload musik. Kegemaran saya akan musik ini mungkin karena yai (sebutan kakek) juga sangat menyukai musik. Hanya saja beliau berbakat di musik, sedangkan saya tidak. Beliau bahkan merupakan salah satu dosen seni musik di salah satu universitas negeri di Jakarta. 

Seperti halnya drama korea, awalnya saya memandang music korea tidak ada apa-apanya dibanding penyanyi dan musisi Amerika. Ternyata saya salah besar, music korea tidak melulu digandrungi karena tarian unyu-unyu dan penyanyi yang tampan dan cantik. Ada beberapa penyanyi yang cukup bagus pula ternyata, apalagi jika kita menonton ajang pencarian bakat musiknya, saya acungi jempol. Ada beberapa pula yang pandai sekali mengaransemen music sehingga asik didengar. Bahkan penyanyi Indonesia Gammaliel dan Audrey pun pernah mengcover lagu korea Heaven yang dinyanyikan oleh Ailee.

Hal yang saya kagumi dari Korea salah satunya adalah kegigihan. Untuk mempersiapkan debut mereka bahakan melakukan persiapan latihan yang cukup lama (bahkan bertahun-tahun). Mungkin kegigihan dalam berusaha inilah salah satu hal yang patut di contoh Indonesia jika ingin semaju Korea (cmiiw). Meskipun ada pula yang memang murni memiliki bakat seperti Choi Sung Bong. Saya ikut terharu membaca riwayat hidupnya, yang besar di jalanan.

Berikut saya sertakan link beberapa video yang saya sukai. Selamat menonton ;D 

Audisi Choi Bong Sun




Video Clip Yoseob dan Eunji


 Audisi Kpop Star

Akdong Musician  (Rolling in the deep cover mix)


Audisi Shin Jihun
(fall too deep with her voice :D)



Lee Hi in Kpop Star





Senin, 02 Februari 2015

Rumah


Kalau melihat kemacetan di Bekasi dan Jakarta yang selalu dijumpai dulu saya sempat terpikir suatu saat nanti rasa rasanya ingin deh punya rumah di desa. Namun pemikiran saya berubah saat saya benar-benar merasakan sendiri tinggal di desa saat KKN di kecamatan Cikoneng, dan PKL di dalam perkebunan di Jawa Barat.

Fasilitas kesehatan di sana masih begitu minim. Di Desa Cikoneng, jalanan besarnya masih berbatu kasar berundak-undak bahkan sangat sulit untuk dilewati angkot. Di kecamatan seluas itu pun hanya tersedia satu perawat, bukan dokter. Boro-boro memikirkan KJS sebagai jaminan kesehatan. Bagaimana kelak jika tiba-tiba anggota keluarga ada yang sakit berat ataupun hendak melahirkan?

Di sana saya merasakan sendiri betapa pembangunan kesejahteraan belum merata di Indonesia contohnya bidang pendidikan. Tenaga pengajar dirasa masih sangat minim, bahkan akses menuju sekolah terbilang sangat jauh, ada yang menempuh perjalanan kaki 2 jam untuk menuju sekolah. Saya bahkan sedih saat mendengar cerita adik-adik di sana yang bekerja membantu orang tua di kebun serta masih meluangkan waktu untuk mengaji pula, subhanallah.

Tapi desa yang pernah saya kunjungi masih lebih baik ketimbang yang pernah dikunjungi adik saya, setidaknya beberapa warga di desa yang saya kunjungi sudah memiliki wc meskipun kebanyakan masih buang hajat di jamban di empang. Sewaktu adik saya praktek di salah satu di Jawa Tengah, saking banyaknya orang yang BAB sembarangan, bahkan sampai di tulis di papan dilarang BAB di sini.

Saat tinggal di dalam perkebunan Malabar untuk menuju pasar harus ditempuh waktu satu jam menggunakan motor ataupun kendaraan untuk keluar dari kebun. Jadi saya dan kedua teman saya membeli kebutuhan makanan dan minum sehari hari seminggu sekali, karena tidak ada pasar, toko, maupun warung di dalam perkebunan. Bahkan saat malam hari jalanan besar menuju keluar kebun sama sekali tidak dilengkapi oleh lampu jalan, benar-benar gelap.

Namun demikian di sisi lain saya juga sangaat senang tinggal di sana, keramahan dan kebaikan hati masyarakatnya akan membuat siapapun betah. Adik saya bahkan saat pulang ke rumah diberikan dua dus oleh-oleh dari warga desa tersebut.

Seandainya saja pemerintah tidak hanya memajukan pembangunan di kota saja yah. Maka masyarakat desa pun dapat merasakan kemudahan fasilitas seperti yang kita dapatkan di kota, contohnya fasilitas kesehatan, pendidikan, sarana umum. Ternyata saya harus tetap bersyukur meskipun di jejaring sosial Bekasi dibully karena jarak tempuhnya yang jauh, udaranya yang panas, dan kemacetannya.

Rumah.
Adalah tempat berpulang.
Kemanapun jauhnya pergi, rumah akan selalu dirindukan.
Seberapa nyamannya tempat-tempat yang dikunjungi, rumah adalah tempat ternyaman.
Rumah tidak melulu berupa kata benda yang berarti tempat tinggal yang dihuni.
Rumah tidak selalu berarti sebuah bangunan.
Bagi saya pribadi rumah dapat diartikan orang-orang tersayang.
Seburuk apapun hal yang saya lakukan, mereka masih berharap saya 'pulang' dan masih menerima saya dengan uluran tangan kasih sayang.
Rumah bagi saya adalah keluarga yang saya miliki baik kini dan nanti, serta sahabat-sahabat yang begitu tulus yang saya miliki, yang saling mencintai karena Allah.

Rumah, tidak penting dimana pun lokasinya, di desa, di kota, di dekat pantai, maupun di pegunungan, semua bukan masalah lokasinya maupun besar kecilnya, yang terpenting, melainkan dengan siapa kita meninggali 'rumah' tersebut.