Sabtu, 20 September 2014

Challenges


How many times you felt really bad because you suddenly encountered a tough life challenge? Challenges exist for a reason. Can you imagine  a life free of challenges?  We humans like stability and we all prefer to live a life that doesn’t have tough challenges but do you know that your self esteem can be reduced if you didn’t face such challenges?

You can’t stop the waves, but you can learn to surf – John Kabat-Zin


Challenges help shape our character, round out any rough edges, give us lessons we need for our future success and most importantly allow us to realize that we can manage anything that comes our way. And do you know that life challenges can be source of growth and even happiness?  

Because life is a challenge. Challenge to against every temptation in ourselves, to fight every obstacle that comes, to be patience for doing hardship to Allah. So, no matter how difficult your challenges may get, The Creator of the Universe desires to walk with you along life’s journey.. J
Lets keep moving forward !



Jumat, 19 September 2014

“Indonesia Punya Kopi, Starbucks Punya Nama”


Judul yang saya tulis di artikel kali ini saya peroleh dari artikel berikut ini. Sebenarnya saya sudah pernah juga diceritakan kisah ini sewaktu kuliah Manajemen Operasional. Indonesia kaya akan Sumber Daya Alam yang begitu melimpah, salah satunya tanaman penghasil kopi. Bukan hanya ketersediaan bahan baku kopi saja yang berlimpah namun juga kualitas kopi yang unik, khas, dan bermutu tinggi dibandingkan dengan kopi dari negara lain. Lagi-lagi permasalahannya di keterbatasan Fasilitas serta Sumber Daya Manusia yang kompeten untuk mengolah kopi yang sampai saat ini masih terbatas. Pemerintah pun rasanya tidak ikut campur tangan untuk meningkatkan nilai ekonomi dari komoditas kopi ini.
Taukah kalian bahwa kopi sumatera dari Indonesia sangat dihargai tinggi di dunia, seperti Amerika? (terdapat dalam artikel berikut). Indonesia merupakan salah satu pemasok bahan baku kopi Starbucks. Howard Schultz (Pemilik Starbucks) bahkan selalu mengawali paginya dengan meminum kopi arabika Sumatera (kisah ini tercantum dalam bukunya yang berjudul Put Your Heart Into It : How Starbucks Built a Company One Cup at a Time).
Indonesia memiliki bahan baku kopi yang sangat baik. Pun juga sudah banyak penelitian yang dilakukan para ahli (contohnya Puslitkoka, Pusat Penelitian Kopi dan Kakao) maupun mahasiswa Indonesia untuk meningkatkan kualitas cita rasa kopi. Dengan berbekal modal seperti itu apa yang masih kurang untuk menciptakan produk sekelas Starbucks? Sampai saat ini Indonesia terkenal hanya mengekspor biji kopi kering, dimana biji kopi kering adalah ‘barang setengah jadi’. Coba bayangkan jika ada badan maupun pemerintah yang mau berinvestasi besar-besaran, dengan membangun sebuah branding cafĂ© ternama khusus produk olahan kopi? Masa kalah sama produk Hokben ataupun Jco yang juga sama-sama produk lokal? Ah lagi-lagi saya berandai-andai :D. Dengan Manajemen pemasaran brand yang baik, maka saya sangat yakin Indonesia juga bisa punya kafe kopi sekelas Starbucks, tapi yah itu tadi harus banyak campur tangan orang-orang yang peduli terhadap kebelangsungan kopi Indonesia.


Rabu, 17 September 2014

Yuk, Belajar Melawan Mental Block!

Pernah dengar istilah mental block? Mental block adalah istilah untuk hambatan mental yang meyelubungi pikiran seseorang, Arti simpelnya yaitu bisikan-bisikan hati kita yang mengajak untuk meragukan kemampuan diri sendiri. Mental block ini bisa disebabkan karena beberapa macam hal diantaranya sisa traumatik masa lalu atau sisa pengalaman yang tidak mengenakkan ketika kecil maupun karena ketidaktepatan cara pandang terhadap cara belajar yang menyebabkan ketidak percayaan diri di masa sekarang seperti kecanggungan bertindak, sulit mengaktualisasikan diri (walau kenyataannya memiliki berbagai kelebihan) atau sindrom rendah diri.
Untuk pembahasan lebih detil mengenai mental blog bisa diliat di blognya @shitlicious berikut ini. Saya kagum sekali sama Alit yang sudah berhasil melawan mental block selama hidupnya, terutama tulisan-tulisan dalam blognya yang selalu membuat saya termotivasi. Bayangkan saja seorang siswa STM anak penjual jamu keliling yang selama ini dicap orang ga punya masa depan (Alit sering kecelakaan motor, ngobat, tindik dan tato, bahkan nyuri demi ngobat) sekarang jadi orang yang berguna bagi banyak orang dan membanggakan ibunya. Saya selalu tersenyum membaca cerita-ceritanya yang kocak namun sebenarnya penuh haru didalamnya. :’) Gara-gara tulisannya alit juga saya ikut membuat Dream Note. Mirip dengan apa yang ditulis alit tentang perjuangannya menjadi penulis di sini, saya benar-benar terinspirasi untuk kembali punya impian salah satu impian kecil saya ga jauh-jauh dari seputar menulis, yaitu jurnalis. Ah jadi inget kata-kata bagus dari lirik lagu River-nya JKT48 yang selalu diputer sama adik saya yang fans berat garis keras JKT48 :’) ( ((GARIS KERAS)) ) *ditimpuk Alia*. Hahaha, tapi serius lirik dan musiknya bagus, kalau gak percaya silakan cari di google.
Seperti yang pernah saya tulis, untuk menanggapi komentar negative, atau bahkan mental block yang justru berasal dari orang-orang sekitar kita itu sulit. “Anjing menggonggong, Kafilah berlalu” itu mudah diucapkan tapi pada kenyataannya susah  diterapkan. Mayoritas akan down duluan, iya kan?. Tapi harus selalu kita ingat bahwa bagaimana pun hidup adalah tentang bergerak, berjuang, moving on, moving forward.


Cuma ikan mati yang bergerak mengikuti arus


Sabtu, 13 September 2014

Being Mature



Manusia datang dan pergi. Perlahan tapi pasti kita akan kehilangan orang-orang yang disayangi, entah karena masalah entah karena Tuhan memanggil. Pemikiran yang sungguh belum dewasa bukan? Saya pun  merasa bahwa saya tidak dapat berpikiran dewasa. Tapi entah mengapa para sahabat dan teman-teman saya selalu bilang bahwa pola pikir saya sungguh dewasa, mereka bilang awal melihat saya pasti akan langsung menebak bahwa saya 'anak manja' tapi akan berubah pikiran setelah kenal jauh. Ah entahlah, saya tetap anak biasa yang manja pada ibunya.


Saat menjadi dewasa kita merasa harus bersikap begini begitu. Tidak boleh begini dan begitu. Saat kecil saya selalu menangis di depan pintu menghalangi ibu saya yang mau berangkat kerja. Saya rasa bukan hanya saya saja kan yang demikian (karena kedua adik saya tidak demikian)? Ibu saya pernah cerita teman sekantornya X pernah membawa anaknya euis ke kantor, ibu X ini selalu bilang ke anaknya bahwa bahwa ibu kerja buat jajan euis. Saat dimomong oleh teman-teman ibunya anaknya cerita begini "euis gak apa-apa kok kalo gak boleh jajan asal bunda di rumah aja terus, kayak mamanya teman-teman is di rumah", celetukan pemikiran jujur anak-anak yang tidak pernah berpikir dari sudut pandang terburuk, celetukan jujur seorang anak yang tidak pernah mau kehilangan orang yang disayang.
 Pagi ini saya terbangun disambut dengan wejangan "kamu itu harus begini dan begitu". Nasihat demi kebaikan tentu saya lakukan, tapi tentu ada kerinduan akan masa-masa bebas, masa kecil. Ah jadi kangen rasanya masa kecil saya yang boleh ini itu, paling-paling hukuman terberat adalah omelan dan cubitan. Saya yang bebas bermain-main dengan anjing milik sahabat saya tanpa peduli liurnya najis atau tidak. Saya yang bebas berlatih taekwondo meski harus merusak pagar rumah yang berakhir dengan omelan ayah saya :p. Saya yang selalu nakal, namun tetap disayang, bahkan dipilih wali kelas Sd untuk menjadi km,ataupun sekretaris, bendahara les, ikut lomba, maupun jadi pemain gamelan. Murid yang dipanggil pak gurunya si cantik, meskipun saya tau, panggilan tersebut bukan karena muridnya berwajah cantik, melainkan panggilan kesayangan, seperti seorang ayah yang selalu membanggakan anaknya.  Saya yang memiliki teman laki-laki lebih banyak daripada teman wanita, karena sifat saya yang jauh sangat tomboy bila dibandingkan dengan sekarang, yang tidak mengenal apa itu istilah muhrim. Saya yang selalu menodong Kakak saya, kak ipan untuk dibelikan petasan air mancur ataupun minta diajak jalan-jalan. Saya yang tidak peduli meski sering dimarahi. Ah rindu masa-masa seperti itu.
Lagi-lagi jiwa sentimentil saya muncul. Hanya karena hal-hal sepele saya bisa jadi cengeng, berbeda dengan sewaktu kecil, anak yang tangguh. Dan karena sifat saya yang sekarang ini, bahkan saat tidak kuat menampung masalah hidup dua tahun terakhir. Saya bukan sekali dua kali mencoba melakukan tindakan bodoh seperti bunuh diri. Ibu saya bahkan membawa saya ke dokter psikiater kenalannya. Saya menulis jurnal harian pun atas dasar 'resep' sang dokter, meskipun mempublish-nya dalam bentuk blog adalah inisiatif saya sendiri. Menulis merupakan salah satu terapi curhat kepada diri sendiri. Dari sana kita bisa mengukur, membaca, dan menilai pola pikir dan diri kita sendiri, sejauh mana kita sudah melangkah.
Saya selalu menjadi 'gudang' curhat orang-orang di sekitar saya. Namun menurut analisa si dokter, saya justru tipe orang yang memendam masalah sendiri, sulit untuk curhat masalah kepada orang lain, tidak dewasa. Dokter  mengatakan bahwa dengan menceritakan masalah kita, memang tidak mungkin serta merta selesai itu masalah begitu saja, namun ada satu hal, akan ada sedikit perasaan lega saat kita bisa menceritakan masalah, itulah gunanya teman curhat. Saya pun bertanya "masa saya dateng ke sini cuma untuk curhat dok, dokter kan sibuk?" Si dokter malah tersenyum menyatakan "tidak ada hal yang 'cuma', itu memang tugas saya". Di sela-sela konsultasi si dokter pernah bilang, kalau saya sepertinya orang yang belum siap menerima fase perpindahan menuju 'kedewasaan'.  Dokter pun bilang saya  seharusnya merasa beruntung karena dipercaya oleh orang-orang untuk menceritakan masalahnya, karena gak semua orang bisa menjadi pendengar curhat yang baik, contohnya kalau kita bilang ke orang depresi "kenapa sedih? dunia penuh hal gembira!" Sama aja kayak ngomong ke pas asma "kenapa sesak? Dunia penuh oksigen!". Bayangkan saja jika orang seperti itu dijadikan tempat curhat? Yang ada malah jadi semakin menambah beban pikiran bukan?

Setelah semua ini sudah siapkah saya untuk menjadi dewasa? Entahlah. Menjadi dewasa adalah suatu keharusan, bukan pilihan. Seperti kata iklan salah satu provider seluler, "menjadi dewasa keliatannya menyenangkan, tapi susah dijalani". Ah peterpan, can you take me to your neverland? 


Singkong, Sumber Bioenergi yang Terabaikan


Singkong identik dengan makanan kampungan.  Bahkan makanan rakyat ini dibuat sebagai kalimat sindiran dengan istilah  "Anak Singkong" yang umumnya ditujukan untuk orang kampung. Ah, andai saja masyarakat tau betapa bermanfaatnya bahan hasil pertanian ini. Selain kaya akan zat gizi, singkong dapat diolah menjadi beberapa produk, diantaranya produk makanan olahan, tepung, bahkan dapat dijadikan sebagai bahan bakar kendaraan.
Dalam rangka peralihan masa kepresidenan SBY, dibumbui isu kelangkaan bahan bakar bersubsidi. Di sisi lain ada penemuan yang cukup membanggakan di bidang energi yaitu ditemukannya bioethanol atau yang disebut Biopremium ramah lingkungan. Uniknya, bahan bakar pengganti bensin tersebut diolah dari tanaman, salah satunya berasal dari umbi singkong.


Bioethanol adalah ethanol yang bahan utamanya dari tumbuhan dan umumnya menggunakan proses fermentasi. Ethanol berupa cairan bening tak berwarna, terurai secara biologis (biodegradable), toksisitas rendah dan tidak menimbulkan polusi udara yg besar bila bocor. Ethanol yg terbakar menghasilkan karbondioksida (CO2) dan air. Ethanol adalah bahan bakar beroktan tinggi dan dapat menggantikan timbal sebagai peningkat nilai oktan dalam bensin. Dengan mencampur ethanol dengan bensin, akan mengoksigenasi campuran bahan bakar sehingga dapat terbakar lebih sempurna dan mengurangi emisi gas buang (seperti karbonmonoksida/CO).
Etanol bisa digunakan dalam bentuk murni atau sebagai campuran untuk bahan bakar bensin maupun hidrogen. Interaksi etanol dengan hidrogen bisa dimanfaatkan sebagai sumber energi sel bahan bakar ataupun dalam mesin pembakaran dalam (internal combustion engine) konvensional. 
Kelebihan dari etanol berbahan singkong ini adalah kandungan alkohol atau etil etanolnya bisa mencapai 96%, bahkan bisa ditingkatkan hingga 99%. Bisa dibandingkan dengan rata-rata kandungan alkohol pada bahan bakar yang ada sekarang, yang hanya sekitar 70%. Dampak positif penggunaan bioethanol berbahan singkong sebagai bahan bakar terhadap perekonomian nasional dan lingkungan adalah Subsidi BBM akan berkurang secara signifikan sehingga bisa dialokasikan ke sektor lain, dan akan mengurangi polusi udara mengingat bioethanol yang ramah lingkungan.
Namun, sampai saat ini, bioetanol belum bisa menggantikan bensin secara penuh. Pertama, perlu biaya yang sangat besar untuk memproduksi bioetanol dalam jumlah yang sangat banyak. Kedua, belum tersedianya pabrik besar yang khusus memproduksi bioetanol. Selama ini bioetanol masih dibuat di rumah-rumah. Itulah kenapa, selama ini peran bioetanol masih sebagai campuran bensin. Tujuannya untuk lebih menghemat penggunaan bensin.
Saya pernah baca di harian online Kompas bahwa sebanyak 4.000 kubik cairan energi alternatif jenis bioetanol Februari 2014 diekspor ke Filipina. Ekspor tersebut disertai keprihatinan, karena energi alternatif tersebut justru tidak laku di negeri sendiri. Bioetanol itu merupakan produk anak usaha PTPN X, yakni PT Energi Agro Nusantara (Enero). Dirut PTPN X, Subiyono, mengaku kecewa dengan respons pasar dalam negeri yang minim terhadap pemanfaatan bioetanol untuk menopang ketahanan energi.
Saat ini, pihaknya juga tengah menjajaki kerja sama ekspor dengan sejumlah pihak lain di luar negeri, di antaranya dari Korea Selatan, Taiwan, dan Belanda.Sangat disayangkan, tidak ada satu pun dari dalam negeri yang melirik produk ini, akhirnya terpaksa diekspor. 
Di Filipina, bioetanol memiliki prospek yang bagus, karena negara itu sedang gencar mencanangkan kewajiban pencampuran 10% bioetanol dalam bahan bakar kendaraan. Untuk keperluan itu, Filipina mengimpor bioetanol. 
Peluang memasok pasar Filipina makin besar, karena Thailand akan mengurangi ekspor bioetanolnya dan akan digunakan sendiri seiring dengan implementasi mandatory blending dari E10 menjadi E20 (kewajiban pencampuran 20 persen bioetanol).
Ah, kita sungguh beruntung hidup di negeri sekaya Indonesia. Kita kaya minyak bumi, sekaligus kaya tanaman penghasil minyak (bensin). Jika bisa memanfaatkannya, kita mungkin bisa menjadi Negara paling kaya di dunia!

Rabu, 10 September 2014

Iman vs Ilmu

Antara kebijakan peraturan dan hati nurani tidak jarang selalu berbenturan. Bukan hanya sekali dua kali namun sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Pernah suatu kali, saat adik saya duduk di kelas 1 smp (kebetulan smp swasta) ada suatu kejadian teman kelasnya, K,  menunggak biaya sekolah berbulan-bulan, sehingga mendapat peringatan dari pihak sekolah untuk dikeluarkan. Melihat hal tersebut, teman-teman sekelas K memutuskan kompak untuk jualan bersama-sama, dengan tujuan dana yang terkumpul akan disumbangkan untuk biaya sekolah K. Sungguh mulia ya hati anak-anak kecil ini? :)
Namun, sayangnya kegiatan jualan ini diketahui pihak yayasan sekolah. Tentu saja pihak yayasan tidak setuju dengan apa yang dilakukan anak-anak kelas 1 ini. Akhirnya anak-anak kelas 1 dilarang berjualan lagi, dan K dikeluarkan dari sekolah. See? Kebijakan tetaplah kebijakan, entah mengapa dalam realita kehidupan 'manusia dewasa', lebih condong pada logika. Mungkin hanya anak-anak lah yang masih melakukan tindakan berdasar atas perasaan, nurani.
Dulu saya punya seorang senior, Akang I, dia pernah cerita pada saya, bahwa impiannya adalah membangun sekolah gratis. Memang impiannya sungguh mulia, tapi semakin lama semakin saya memahami, di dalam dunia, sekedar niat baik tidak cukup, semua hal harus didasari ilmu.
Tentu kita sudah sering mendengar ungkapan lebih baik kita memberi sebuah alat pancing, ketimbang memberi ikan. Dengan memberi ikan orang tersebut akan terus menerus membutuhkan bantuan orang lain seumur hidupnya, sedangkan dengan memberi pancing orang tersebut bukan hanya dapat mencukupi untuk dirinya sendiri, bahkan dia dapat memberi pula untuk orang lain yang membutuhkan, kurang lebih begitulah perumpamaannya.
Kalau dimisalkan dengan bidang pendidikan, saya suka dengan sistem manajemen sekolah yang diberlakukan oleh ustadz yusuf mansyur (saya sangat mengagumi beliau, hehe) yaitu sistem subsidi silang. Sang ustadz memiliki cabang pesantren yang tersebar di seluruh Indonesia, bahkan luar negeri, Daarul Quran namanya. Saya pernah baca, biaya masuk sekolah ini bisa mencapai 20 juta. Jumlah yang fantastis yah untuk anak sekolah SD? Tapi tunggu dulu, beliau memberlakukan harga ini bagi siswa yang 'mampu', bahkan boleh bayar lebih dari biaya tadi. Uang 'lebih'nya dikemanakan? Tentu untuk membiayai yang ingin masuk pesantren namun tidak mampu. Saya suka dengan beliau bukan hanya seperti ustadz kebanyakan yang hanya bisa ceramah. Beliau sungguh cerdas. Tujuan utamanya yaitu ingin membeli kembali Indonesia dari tangan-tangan asing. Beliau bukan sekedar bicara, namun mewujudkan dengan tindakan nyata. Sekarang pembangunannya bukan hanya sekedar meliputi sektor pendidikan namun juga hotel, bisnis, industri kosmetika, dll agar tidak melulu dikuasai pihak asing.
Saya yakin semua agama menghendaki kebaikan untuk seluruh umat manusia, salah satunya yah dengan menuntut ilmu tadi, namun jangan terlalu fokus pada ilmu pula hingga mulai meragukan keberadaan Tuhan, semuanya harus selaras, balance.




Selasa, 09 September 2014

Bolu Lapis Talas

Saya selalu tertarik dengan menu cemilan atau kuliner yang terbuat dari bahan hasil pertanian khas Indonesia, itung-itung mengurangi konsumsi bahan hasil pertanian impor. Saat mampir ke toko roti langganan dekat rumah, hari itu ada promo cake varian baru. Langsung saja saya beli satu karena kebetulan sedang diskon, hehe :p. Sebenarnya ada banyak varian rasanya, strawberry, durian, dll. Awalnya saya mengincar yang rasa green tea, namun karena stocknya habis akhirnya saya membeli varian rasa tiramisu. Saya sempat mengira cake ini adalah brownies, karena kemasannya mirip sekali dengan kemasan brownies langganan saya yang berada di seberang kampus IPDN Jatinangor. Sebelum dibuka saya sempat mengamati kemasannya terlebih dulu. Sudah ada sertifikasi halalnya ternyata. Sewaktu pelajaran kuliah, setau saya membuat sertifikasi halal itu agak sulit minimal dibutuhkan jangka waktu satu tahun, agak salut juga saya dengan brand roti satu ini.


Lalu kemudian hal yang membuat saya tertarik membeli cake ini yaitu komposisinya, yaitu terdiri dari tepung talas, tepung nangka, dan tepung labu. Wah, saya bersyukur sekali semakin lama masyarakat menjadi modern semakin meningkat pula edukasi pemanfaatan bahan-bahan lokal yang mengandung zat gizi yang cukup tinggi, tidak kalah dengan produk import. Saya merasa senang karena hal-hal seperti ini berkaitan dengan yang saya pelajari ilmunya sewaktu kuliah.


Memang sih, di komposisinya masih mencantumkan bahan baku terigu pula. Tapi saya yakin kok komposisinya jauuh lebih sedikit ketimbang pembuatan cake pada umumnya. Sekedar informasi untuk pembaca. Bahwa sampai saat ini jumlah konsumsi terigu di Indonesia masih sangat tinggi. Sedangkan bahan baku terigu adalah gandum, yang tidak dapat tumbuh baik di iklim Indonesia, sehingga masih harus diimpor dari luar negeri. Padahal karbohidrat kan tidak melulu dari gandum, banyak bahan lain sebagai pengganti karbohidrat diantaranya umbi seperti talas, ubi, dan ketela. Selain itu umbi-umbian juga mengandung zat gizi yang lebih tinggi.


Sebagai perumpamaan dalam pembuatan satu buah cake pada umumnya digunakan 100 gram terigu, sedanghkan pada cake talas, penggunaan terigu dapat diminimalisir sampai 50%. Cukup mengurangi konsumsi terigu bukan? Mungkin di antara teman-teman bertanya-tanya mengapa penggunaan tepung talasnya tidak 100% saja? Kelemahan penggunaan tepung dari umbi yaitu tidak memiliki daya emulsi sebaik tepung dari serealia seperti gandum (tepung terigu). Alih-alih bukannya menjadi roti atau cake nanti malah menjadi kue talam, hehe :D. Semoga kelak ada adik-adik atau teman-teman ada yang tertarik untuk meneliti tepung subtitusi pengganti terigu yah ;).  Udah ah kebanyakan penjelasannya, saya udah keburu kehabisan cakenya sama orang serumah nih :’)


Sedikit review testimonial untuk urusan rasa, rasanya sangat enak menurut saya. manisnya pas. Tekstur cakenya cukup moist, tidak 'kempes' seperti halnya chiffon cake. Saya kira rasanya akan seperti kue lapis surabaya ternyata tidak, karena teksturnya lebih mirip ke butter cake. Saat melihat topping bagian atasnya mungkin sebagian orang akan mengira ada parutan keju di atasnya. Ternyata topping diatasnya adalah  cappucino cream yang terlebih dulu dibekukan, kemudian diparut di atas cake sehingga crunchy namun meleleh saat di kunyah, nyumm! 

Minggu, 07 September 2014

Product Review : Hada Labo Gokujyun Alpha Ultimate Milk and Lotion

Saat datang ke sebuah event, kebetulan saya mendapat skincare dari salah satu stand yang berada di pameran tersebut. Hada Labo salah satu brand dari Rohto asal Jepang ini mungkin belum banyak dikenal masyarakat awam karena iklannya yang belum ada di televisi. Namun bagi pecinta skincare, tentu sudah hapal sekali dengan merk skincare satu ini.
Sebelumnya si Hada Labo ini hanya di produksi oleh Rohto Jepang, sehingga banyak pencinta skincare yang harus membeli produk ini dari luar negeri. Penjualan kosmetika ini di Jepang ternyata sangat laris lho, mungkin karena khasiatnya yang bagus kali yah. Oleh sebab itu Rohto Jepang  mengizinkan Rohto yang di Indonesia untuk memproduksi Hada Labo di bawah lisensi Jepang. Bahkan produk Hada labo yang di jual di Indonesia harganya jauh lebih terjangkau dibanding yang di Jepang sana.

Kemasan Hada labo Gokujyun Alpha Ultimate Milk dan Lotion hampir mirip, jadi hati-hati tertukar yah ;)

Dalam kemasannya Hada Labo mengklaim bahwa produknya terjual setiap 2 detik di Jepang. Wah laris sekali yah, ternyata Hada Labo ini dibuat dari hasil penelitian bertahun tahun dan diproduksi dengan standart farmasi yang ketat. Hada Labo menyatakan bahwa hanya menggunakan bahan berkualitas terbaik, jadi tidak seperti kosmetik pada umumnya. Hada Labo tidak megandung zat pewangi, pewarna, atau zat tambahan lain yang tidak dibutuhkan kulit.
Keunggulan produk ini adalah kandungan Improved Hyaluronic Acid yang memiliki kemampuan dua kali daripada Hyaluronic Acid (1 gram Hyaluronic Acid dapat menahan hingga 6 liter air), sehingga kulit akan dapat mempertahankan kelembapan kulit lebih baik. Selain itu juga berupa Nano Hyaluronic Acid, dengan ukuran molekul Nano (15-25 nanometer) yang sangat kecil sehingga dapat dengan mudah menembus permukaan kulit hingga lapisan terdalam.
Hada Labo memiliki 3 series: Hadalabo Gokujyun Ultimate Moisturizing (ini produk yang khusus untuk melembabkan, beberapa review di internet cukup bagus mengenai produk ini, silahkan googling sendiri :D),  Hadalabo Shirojyun Ultimate Whitening (untuk mencerahkan kulit), dan Hadalabo Gokujyun Alpha Ultimate Anti Aging(produk ini untuk kulit dengan masalah penuaan). Kebetulan yang saya dapatkan adalah yang series Gokujyun Alpha Ultimate Anti Aging. “Lho kok anti aging sih?” itu pertanyaan yang pertama muncul di benak saya. Ternyata menurut customer carenya series ini bisa digunakan oleh wanita usia 20-an untuk mencegah early aging.

3        Kandungan Hada Labo Gokujyun Alpha Anti-Aging Lotion:
1.      Retinol Derivate
melawan tanda penuaan seperti garis-garis halus dan noda hitam.
2.      Collagen
mempertahankan struktur dan elastisitas kulit.
3.      Improved Hyaluric Acid (AcHA)
 melembabkan kulit 2x lebih lembab dibandingkan Hyaluric Acid  saja. 1gr Hyaluric Acid biasa dapat menahan hingga 6 liter air.

Tekstur Hada Labo Alpha Gukujyun Ultimate lotion hampir mirip air, mungkin akan lebih teapat sebenarnya jika disebut toner


Tekstur Hada Labo Alpha Gukujyun Ultimate milk lebih kental dibanding lotionnya, sehingga agak sulit menyerap di kulit


Awal pake produk ini rasanya agak takut, karena banyak juga yang breakout setelah pake ini, tapi rasa penasaran mengalahkan segalanya dan akhirnya saya memberanikan diri buat nyoba (agak was was juga sih). Pas awal make biasa aja, tapi beberapa hari kemudian kok muncul beruntusan di jidat, huaaaa kenapa ini??? Sempet takut juga sih tapi karena masih penasaran dan akhirnya saya tetep nerusin make, hihihi. Setelah seminggu pake produk ini, manfaat yang paling terasa adalah kadar kelembaban kulit jadi tambah lembab dibanding biasanya, kulit jadi kenyal dan lembut.

Sabtu, 06 September 2014

Potret Petani Indonesia

          


           “Mau jadi petani yah?” itulah jawaban yang selalu orang-orang lontarkan setiap menanyakan jurusan kuliah saya. Saya sebenarnya berkuliah di Fakultas Teknologi Industri Pertanian, bukan di Fakultas Pertanian, hal yang sejujurnya jelas sangat berbeda. Mata kuliah Manajemen Operasi, Desain Produk, Rancangan Operasional, Manajemen Proyek, Menggambar Teknik, Ekonomi Teknik, Ergonomi, Konversi Energi, adakah yang berkaitan dengan pertanian?
          Apapun yang dikomentarkan, selama itu baik, saya aminkan J. Yang saya tidak sukai dari pendapat orang lain yaitu seakan-akan petani adalah pekerjaan buruh rendahan. Padahal jujur saya menganggap petani adalah salah satu pekerjaan mulia, apalagi bila dibandingkan dengan koruptor. Toh mereka menafkahi keluarga dengan tangannya dengan rejeki yang halal kan? :’). Keadaan yang sungguh berbeda dengan negara luar yang sangat peduli terhadap sektor pertanian seperti Swiss, Turki, Jepang, dll.
 Hanya sekedar segelintir orang yang betul-betul peduli terhadap kesejahteraan petani, sedangakan peranan Negara? Entahlah. Upaya program pemerintah seperti intensifikasi dan ekstensifikasi lahan saya akui memang baik, hanya saja saya rasa harus pula diimbangi dengan ‘meningkatkan edukasi’ petani pula. Upaya  pemerintah seperti memberi harga pupuk yang murah justru malah menguntungkan petani untuk jangka waktu pendek saja, jangka panjangnya? Tanah lama-lama semakin rusak sehingga tidak lagi produktif, belum lagi residu pada hasil pertanian yang tidak baik bagi tubuh. Memang sih ada upaya-upaya kecil contohnya dari teman-teman kalangan mahasiswa seperti yang pernah saya dan teman-teman lakukan pada kegiatan bakti desa, yaitu penyuluhan kepada petani mengenai pembuatan pupuk organik, yang aman bagi lingkungan, hanya saja coba bayangkan rasio pemberi penyuluhan bila dibandingkan dengan jumlah petani di Indonesia, masih sangat timpang,.
Lihat saja realita di pasaran, beras dijual dengan harga tinggi, sedangkan gabah dari petani dihargai sangat rendah. Sadarilah bahwa beras yang kita santap dibumbui dengan ketidak adilan dan kerasnya hidup petani. Dengan langkah menambah edukasi petani diharapkan tidak banyak lagi kasus-kasus “tikus mati di lumbung padi” seperti Kasus yang terjadi di Kota Batu Malang pada Januari 2014. Sejumlah petani wortel Kota Batu, tidak memanen wortelnya, dengan jumlah yang tidak sedikit yaitu 200 Hektar. Hal ini disebabkan lantaran harga wortel yang anjlok yaitu mencapai Rp 700,- /kg. dengan harga jual yang sangat rendah tentu tidak akan menutup biaya produksi yang sudah dikeluarkan. Seandainya ada ‘orang’ atau ’badan’ yang tidak pelit ilmu dan mau turun tangan mau membantu petani-petani tersebut, misalnya mengolah wortel-wortel tersebut menjadi bentu produk olahan yang memiliki nilai ekonomis lebih tinggi seperti diolah menjadi jus kemasan, saus, bubuk wortel, maupun campuran bahan makanan seperti cake.
Untuk kasus-kasus seperti ini peranan pemerintah saya rasa akan sangat membantu, dengan memfasilitasi sarana produksi pengolahan hasil-hasil pertanian. Coba bayangkan harga wortel yang hanya Rp 700,-/ kg apabila diolah menjadi bubuk wortel (carrot powder) harganya mencapai Rp 700.000,-/kg. Lagi-lagi, sayangnya Pasaran luar negeri masih didominasi oleh Negara-negara melek teknologi seperti Cina, Amerika, Austria, dll. Jika keadaan terus menerus seperti ini rasa-rasanya informasi-informasi yang sangat bagus yang diperoleh dari hasil penelitian skripsi rasanya semuanya menguap begitu saja, miris. :’(. 

Flying Without Wings

Kendati tidak punya sayap, aku ingin tetap dapat terbang
Bukan hanya agar dapat menggenggam bintang-bintang impian
Namun juga agar bisa memandang semesta ciptaan Tuhan
Dengan sudut pandang yang lain, berbeda, keindahan kehidupan

Kamis, 04 September 2014

Devil Wears Prada (Sinopsis)

Tadi malam 2 orang sahabat saya curhat sampai nangis-nangis tentang kerjaannya, kebetulan mereka berdua bekerja di perusahaan yang sama, hanya saja berbeda divisi, yang satu bagian keuangan, yang satunya lagi hrd. Sebenarnya ini bukan pertama kalinya mereka cerita tentang 'ketidaksehatan' lingkungan kerja di sana, baik dalam hal profesionalitas pekerjaan maupun hal pribadi. Kali ini yang membuat mereka menangis yaitu karena di fitnah. Saya bahkan sampai benar-benar ikut kesal mendengar cerita mereka. Bayangkan saja praktek korupsi kecil-kecilan masa dianggap lumrah sih? Sahabat saya yang justru berusaha jujur malah seakan-akan berada di posisi salah. Lagi-lagi kalau dimintai saran saya juga bingung. Jujur resign merupakan pilihan akhir, tapi saya rasa kali ini lingkungan kerja sahabat saya ini memang benar-benar parah.

Ngomongin pekerjaan, dan lingkungan kerja yang penuh intrik dan bikin emosi jadi ingat suatu film, Devil Wears Prada deh. Film ini menceritakan kisah seorang jurnalis muda (diperankan oleh Anne Hathaway sebagai Andy), yang cerdas, berprestasi, lulusan universitas ternama. Dia melamar pekerjaan di sebuah perusahaan majalah fashion bonafid, sebagai sekretaris. Selama ini dengan idealismenya dia berpikiran, bahwa fashion, kecantikan adalah hal yang tidak penting, prestasi adalah segalanya. Selama masa jabatan si bos, dia selalu mempekerjakan 'Barbie hidup' kali ini dia memberikan kesempatan kepada Andy yang sama sekali tidak mengerti seluk beluk fashion, sang boss ingin melihat kinerja Andy.


Andy mengalami masa-masa sulit selama bekerja, bahkan sampai putus asa dan ingin berhenti. Andy berpikir bahwa tempat bekerjanya, terutama sang boss memperlakukannya sangat kejam, tidak adil, padahal dia sudah bekerja keras namun tidak dihargai, sedangkan saat dia membuat kesalahan kecil si bos langsung marah besar. Hingga rekan kerjanya, seorang designer, nigel, secara tidak langsung 'menasehatinya' bahwa kalau Andy mau berhenti yah silahkan saja, tapi satu hal yang harus dia ingat, ada jutaan gadis yang rela saling membunuh demi posisi kerjanya sekarang.
Nigel pun bertanya bagaimana mungkin Andy menganggap remeh  majalah fashion, dunia  fashion? Bahkan mungkin menganggap sampah?. Nigel pun menjelaskan bahwa majalah fashion dan dunia fashion yang selama ini dia anggap sampah, adalah hasil kerja keras dari sekumpulan pekerja, penjahit, designer, sekumpulan orang, sekumpulan ide kreatif. Bahkan fashion menginspirasi jutaan gadis di dunia, meskipun di pelosok desa, fashion menjadi cita-cita yang diam-diam dipendam gadis muda di desa yang bahkan diam-diam belajar menjahit contoh baju seperti di majalah. Masihkah menganggap sepele? Andy merasa tidak enak hati mendengar ucapan Andy, bahkan dia jadi sangat semangat untuk melanjutkan pekerjaannya. Tidak seperti sebelumnya, Andy yang sekarang berusaha sangat keras tanpa rasa terpaksa untuk beradaptasi dengan fashion. Dengan bantuan nigel, Andy berubah menjadi sosok yang fashionable, cantik, peduli penampilan, dan sangat profesional. Prada, Loubotin, Gucci, sudah semakin akrab ditelinganya. Bosnya bahkan mulai menyukai kinerja Andy, dan membawanya ke fashion week di Paris.
Semakin lama, Andy mengetahui dunia kerja yang penuh intrik dan tipu muslihat, dalam profesi tidak mengenal siapa kawan siapa lawan, kita bahkan bisa disingkirkan oleh teman. Hal ini tentu membuat Andy tidak mampu bertahan lagi. Bosnya menyatakan Andy mirip dengan dirinya saat muda dulu, workaholic, menyingkirkan segalanya, semua itu adalah pilihan hidup yang dipilih sendiri, ditentukan sendiri. Andy bukannya tersanjung, malah merasa kesal, dia memutuskan berhenti saat itu juga. Kini ia melamar pekerjaan jurnalis di sebuah surat kabar. Memang tidak sebonafid pekerjaan lamanya, hanya saja kali ini dia bisa lebih merasa lega, dan sangat menikmati pekerjaan barunya, dan dia mendapatkan kembali kehidupan lamanya yang hilang terbengkalai selama ia sibuk dengan pekerjaannya. Bagaimanapun juga, hidup adalah pilihan, bukan?

Saya sukaa sekali film ini. Ada banyak pelajaran yang bisa dipetik penontonnya. Bahwa tidak pernah ada hal yang remeh di dunia ini. Mempertahankan prinsip selalu ada tantangannya ternyata. Idealisme kadang-kadang harus 'dinego' dengan proses 'adaptasi'. Eiits, idealisme beda dengan prinsip yah, kejujuran itu mutlak dan tidak bisa ditawar, sedangkan idealisme itu batasan-batasan nilai ketetapan ideal yang kita buat sendiri, patokan yang menurut kita ideal (cmiiw). Have a seat, take your popcorn, and enjoy the movie fellas! :D 

Cuma Tertulis, Unsaid

Tuhan selalu meletakkan jangkar kapalku di setiap koordinat yang tepat. Sama seperti yang sudah-sudah, ini hanya persinggahan, bukan labuhan akhir. Ada suatu koordinat yang hampir membuatku tenggelam, curam, lautan kata, ada koordinat yang lautnya tenang, yang sekarang sedang saya rasakan. Apapun koordinatnya, saya akui sama sekali tidak ada yang buruk, pun yang tercuram, semuanya memberikan pembelajaran. Terima kasih Sang Penulis Skenario terbaik, Engkau menyambungkan benang merah tiada mungkin tanpa sebab. Koordinat baru, bagiku kamu pulau, pulau indah yang kukagumi dari kejauhan, bukan karena parasnya. Semua tipeku nampaknya serupa, entah mengapa selalu luluh pada kebijaksanaan.
Jujur aku akui kepadamu aku jatuh hati, kagum.. Kamu baik, tidak seperti lautan kata. Tapi entah mengapa lautan kata tetap tidak terganti, aneh yah? hehe. Mungkin benar, "luka tersakitlah yang menggoreskan bekas yang mendalam hingga sulit hilang".
Sama seperti halnya kamu, pun bagiku keyakinan dan keimanan adalah harga mati, komitmen. Hal yang tidak mungkin. Jadi, anggap saja keberadaanku seperti bintang meski kadang terlihat, kadang tidak, tapi yakinlah selalu ada, melihat dari kejauhan, mengagumi dari kejauhan. :) 

Rabu, 03 September 2014

Perspective

You used to look at the cloud from down below. Now you can look at the sea from above the cloud. And you already got a new point of view. You know? it's important to see things from different point of view.
"a new perspective will give you a better understanding"


Selasa, 02 September 2014

"Anjing Menggonggong, Kafilah Berlalu"

Sekitar seminggu yang lalu saat blogwalking saya membaca blog seorang teman, di sana dia menuliskan beberapa hal yang tidak diketahui orang, hal hal yang menurut saya merupakan prestasi yang sangat baik. Teman saya ini x, sangat cantik dan populer di angkatan saya. Hal yang saya ketahui dari blognya yaitu salah satu hobby nya adalah mengoleksi sepatu dan memakai make up, selain itu dia suka sekali mencicipi aneka kuliner yang kemudian direview untuk ditulis di blog.
Sejauh ini tidak ada yang salah, di mata saya dia salah satu orang yang sempurna, hampir tidak ada kekurangannya. Di postingan terakhir yang saya baca, dia menuliskan 'kegerahannya' akan pandangan sebelah mata orang-orang akan hobby-hobbynya tersebut. Mungkin dia merasa orang-orang mengenal sosok dia 'hanya sebagai orang yang hobbynya dandan'. Sehingga dia memaparkan begitu detil di blognya mengenai hal-hal yang orang tidak ketahui, yang tidak akan mereka sangka, yaitu prestasi-prestasi tersembunyinya. Mungkin niatannya agar orang-orang tidak lagi memandangnya sebelah mata mengenai hobbynya.
Saya tidak menyangka dibalik kesempurnaan seseorang, ternyata punya permasalahan tersendiri pula.  Pernah denger anekdot yang banyak beredar di internet bahwa apapun yang kita lakukan, orang-orang tidak akan pernah kehabisan kata untuk komentar?


Yup, banyak orang yang dengan mudahnya berkomentar negatif tentang orang lain tanpa memikirkan efek komentar tersebut baik untuk diri sendiri maupun orang lain. Jadi inget kasus Florence tentang masyarakat Jogja. Kembali ke topik, padahal menurut saya hobby-hobby si x ini positif dan gak merugikan orang lain deh, lalu why not? jadi pandangan negatif orang menurut saya sebaiknya yah jangan terlalu diambil pusing. Kadang-kadang suka kepikiran deh kok bisa-bisanya seleb-seleb seperti syahrini, aurell, dan lain-lain kebal kuping dengering komen-komen yang sangat kasar sekali. Menurut saya pribadi sih, komentar orang-orang kalau sifatnya membangun, yah kita dengarkan, tapi kalau menjatuhkan mending pura-pura gak denger aja, "anjing menggonggong, kafilah berlalu".