Sabtu, 13 September 2014

Singkong, Sumber Bioenergi yang Terabaikan


Singkong identik dengan makanan kampungan.  Bahkan makanan rakyat ini dibuat sebagai kalimat sindiran dengan istilah  "Anak Singkong" yang umumnya ditujukan untuk orang kampung. Ah, andai saja masyarakat tau betapa bermanfaatnya bahan hasil pertanian ini. Selain kaya akan zat gizi, singkong dapat diolah menjadi beberapa produk, diantaranya produk makanan olahan, tepung, bahkan dapat dijadikan sebagai bahan bakar kendaraan.
Dalam rangka peralihan masa kepresidenan SBY, dibumbui isu kelangkaan bahan bakar bersubsidi. Di sisi lain ada penemuan yang cukup membanggakan di bidang energi yaitu ditemukannya bioethanol atau yang disebut Biopremium ramah lingkungan. Uniknya, bahan bakar pengganti bensin tersebut diolah dari tanaman, salah satunya berasal dari umbi singkong.


Bioethanol adalah ethanol yang bahan utamanya dari tumbuhan dan umumnya menggunakan proses fermentasi. Ethanol berupa cairan bening tak berwarna, terurai secara biologis (biodegradable), toksisitas rendah dan tidak menimbulkan polusi udara yg besar bila bocor. Ethanol yg terbakar menghasilkan karbondioksida (CO2) dan air. Ethanol adalah bahan bakar beroktan tinggi dan dapat menggantikan timbal sebagai peningkat nilai oktan dalam bensin. Dengan mencampur ethanol dengan bensin, akan mengoksigenasi campuran bahan bakar sehingga dapat terbakar lebih sempurna dan mengurangi emisi gas buang (seperti karbonmonoksida/CO).
Etanol bisa digunakan dalam bentuk murni atau sebagai campuran untuk bahan bakar bensin maupun hidrogen. Interaksi etanol dengan hidrogen bisa dimanfaatkan sebagai sumber energi sel bahan bakar ataupun dalam mesin pembakaran dalam (internal combustion engine) konvensional. 
Kelebihan dari etanol berbahan singkong ini adalah kandungan alkohol atau etil etanolnya bisa mencapai 96%, bahkan bisa ditingkatkan hingga 99%. Bisa dibandingkan dengan rata-rata kandungan alkohol pada bahan bakar yang ada sekarang, yang hanya sekitar 70%. Dampak positif penggunaan bioethanol berbahan singkong sebagai bahan bakar terhadap perekonomian nasional dan lingkungan adalah Subsidi BBM akan berkurang secara signifikan sehingga bisa dialokasikan ke sektor lain, dan akan mengurangi polusi udara mengingat bioethanol yang ramah lingkungan.
Namun, sampai saat ini, bioetanol belum bisa menggantikan bensin secara penuh. Pertama, perlu biaya yang sangat besar untuk memproduksi bioetanol dalam jumlah yang sangat banyak. Kedua, belum tersedianya pabrik besar yang khusus memproduksi bioetanol. Selama ini bioetanol masih dibuat di rumah-rumah. Itulah kenapa, selama ini peran bioetanol masih sebagai campuran bensin. Tujuannya untuk lebih menghemat penggunaan bensin.
Saya pernah baca di harian online Kompas bahwa sebanyak 4.000 kubik cairan energi alternatif jenis bioetanol Februari 2014 diekspor ke Filipina. Ekspor tersebut disertai keprihatinan, karena energi alternatif tersebut justru tidak laku di negeri sendiri. Bioetanol itu merupakan produk anak usaha PTPN X, yakni PT Energi Agro Nusantara (Enero). Dirut PTPN X, Subiyono, mengaku kecewa dengan respons pasar dalam negeri yang minim terhadap pemanfaatan bioetanol untuk menopang ketahanan energi.
Saat ini, pihaknya juga tengah menjajaki kerja sama ekspor dengan sejumlah pihak lain di luar negeri, di antaranya dari Korea Selatan, Taiwan, dan Belanda.Sangat disayangkan, tidak ada satu pun dari dalam negeri yang melirik produk ini, akhirnya terpaksa diekspor. 
Di Filipina, bioetanol memiliki prospek yang bagus, karena negara itu sedang gencar mencanangkan kewajiban pencampuran 10% bioetanol dalam bahan bakar kendaraan. Untuk keperluan itu, Filipina mengimpor bioetanol. 
Peluang memasok pasar Filipina makin besar, karena Thailand akan mengurangi ekspor bioetanolnya dan akan digunakan sendiri seiring dengan implementasi mandatory blending dari E10 menjadi E20 (kewajiban pencampuran 20 persen bioetanol).
Ah, kita sungguh beruntung hidup di negeri sekaya Indonesia. Kita kaya minyak bumi, sekaligus kaya tanaman penghasil minyak (bensin). Jika bisa memanfaatkannya, kita mungkin bisa menjadi Negara paling kaya di dunia!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar