Kamis, 04 September 2014

Devil Wears Prada (Sinopsis)

Tadi malam 2 orang sahabat saya curhat sampai nangis-nangis tentang kerjaannya, kebetulan mereka berdua bekerja di perusahaan yang sama, hanya saja berbeda divisi, yang satu bagian keuangan, yang satunya lagi hrd. Sebenarnya ini bukan pertama kalinya mereka cerita tentang 'ketidaksehatan' lingkungan kerja di sana, baik dalam hal profesionalitas pekerjaan maupun hal pribadi. Kali ini yang membuat mereka menangis yaitu karena di fitnah. Saya bahkan sampai benar-benar ikut kesal mendengar cerita mereka. Bayangkan saja praktek korupsi kecil-kecilan masa dianggap lumrah sih? Sahabat saya yang justru berusaha jujur malah seakan-akan berada di posisi salah. Lagi-lagi kalau dimintai saran saya juga bingung. Jujur resign merupakan pilihan akhir, tapi saya rasa kali ini lingkungan kerja sahabat saya ini memang benar-benar parah.

Ngomongin pekerjaan, dan lingkungan kerja yang penuh intrik dan bikin emosi jadi ingat suatu film, Devil Wears Prada deh. Film ini menceritakan kisah seorang jurnalis muda (diperankan oleh Anne Hathaway sebagai Andy), yang cerdas, berprestasi, lulusan universitas ternama. Dia melamar pekerjaan di sebuah perusahaan majalah fashion bonafid, sebagai sekretaris. Selama ini dengan idealismenya dia berpikiran, bahwa fashion, kecantikan adalah hal yang tidak penting, prestasi adalah segalanya. Selama masa jabatan si bos, dia selalu mempekerjakan 'Barbie hidup' kali ini dia memberikan kesempatan kepada Andy yang sama sekali tidak mengerti seluk beluk fashion, sang boss ingin melihat kinerja Andy.


Andy mengalami masa-masa sulit selama bekerja, bahkan sampai putus asa dan ingin berhenti. Andy berpikir bahwa tempat bekerjanya, terutama sang boss memperlakukannya sangat kejam, tidak adil, padahal dia sudah bekerja keras namun tidak dihargai, sedangkan saat dia membuat kesalahan kecil si bos langsung marah besar. Hingga rekan kerjanya, seorang designer, nigel, secara tidak langsung 'menasehatinya' bahwa kalau Andy mau berhenti yah silahkan saja, tapi satu hal yang harus dia ingat, ada jutaan gadis yang rela saling membunuh demi posisi kerjanya sekarang.
Nigel pun bertanya bagaimana mungkin Andy menganggap remeh  majalah fashion, dunia  fashion? Bahkan mungkin menganggap sampah?. Nigel pun menjelaskan bahwa majalah fashion dan dunia fashion yang selama ini dia anggap sampah, adalah hasil kerja keras dari sekumpulan pekerja, penjahit, designer, sekumpulan orang, sekumpulan ide kreatif. Bahkan fashion menginspirasi jutaan gadis di dunia, meskipun di pelosok desa, fashion menjadi cita-cita yang diam-diam dipendam gadis muda di desa yang bahkan diam-diam belajar menjahit contoh baju seperti di majalah. Masihkah menganggap sepele? Andy merasa tidak enak hati mendengar ucapan Andy, bahkan dia jadi sangat semangat untuk melanjutkan pekerjaannya. Tidak seperti sebelumnya, Andy yang sekarang berusaha sangat keras tanpa rasa terpaksa untuk beradaptasi dengan fashion. Dengan bantuan nigel, Andy berubah menjadi sosok yang fashionable, cantik, peduli penampilan, dan sangat profesional. Prada, Loubotin, Gucci, sudah semakin akrab ditelinganya. Bosnya bahkan mulai menyukai kinerja Andy, dan membawanya ke fashion week di Paris.
Semakin lama, Andy mengetahui dunia kerja yang penuh intrik dan tipu muslihat, dalam profesi tidak mengenal siapa kawan siapa lawan, kita bahkan bisa disingkirkan oleh teman. Hal ini tentu membuat Andy tidak mampu bertahan lagi. Bosnya menyatakan Andy mirip dengan dirinya saat muda dulu, workaholic, menyingkirkan segalanya, semua itu adalah pilihan hidup yang dipilih sendiri, ditentukan sendiri. Andy bukannya tersanjung, malah merasa kesal, dia memutuskan berhenti saat itu juga. Kini ia melamar pekerjaan jurnalis di sebuah surat kabar. Memang tidak sebonafid pekerjaan lamanya, hanya saja kali ini dia bisa lebih merasa lega, dan sangat menikmati pekerjaan barunya, dan dia mendapatkan kembali kehidupan lamanya yang hilang terbengkalai selama ia sibuk dengan pekerjaannya. Bagaimanapun juga, hidup adalah pilihan, bukan?

Saya sukaa sekali film ini. Ada banyak pelajaran yang bisa dipetik penontonnya. Bahwa tidak pernah ada hal yang remeh di dunia ini. Mempertahankan prinsip selalu ada tantangannya ternyata. Idealisme kadang-kadang harus 'dinego' dengan proses 'adaptasi'. Eiits, idealisme beda dengan prinsip yah, kejujuran itu mutlak dan tidak bisa ditawar, sedangkan idealisme itu batasan-batasan nilai ketetapan ideal yang kita buat sendiri, patokan yang menurut kita ideal (cmiiw). Have a seat, take your popcorn, and enjoy the movie fellas! :D 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar