Sabtu, 05 Desember 2015

Happy working 😊

Pergi kerja hari masih gelap pulang juga udah gelap, jadi belum sempet nulis nulis buat blog 😢. Lingkungan kerjanya dan orang-orangnya sebenernya menyenangkan, tapii namanya juga hidup, tiap hal pasti ada dukanya ya kan?

Pas awal masuk kerja, kebetulan saya gak sendirian, ada 3 anak baru lainnya yaitu Adi, Hasni, dan Supandi (yupp! Saya satu-satunya cewek😂😊) terus kita dikenalin sama pegawai-pegawai divisi DPOL (seluruh ruangan di lantai 16). Orangnya banyak banget, mana hapal lah yaa cyiin.

Oiya di divisi DPOL ini dibagi jadi 2 sub divisi yaitu SPO dan SSP. Saya sendiri adalah sekretaris di subdiv SPO. Nah, di subdiv SPO masih terbagi lagi jadi 4 biro yang dikepalai oleh team leader diantaranya bpo1, bpo2, pac, dan bln.  Adi ada di divisi bln, hasni ada di divisi bpo2, sedangkan supandi kalo gak salah dia anak SSP. Pasti kalian bingung kan dengan istilah-istilah yang baru saya jelasin? Hahaha sama kok, saya juga masih belum ngerti sebenernya 😂.

Saat tau keterima kerja di bank, awalnya saya ngira bakal ketemu nasabah gitu, eh ternyata kerja di kantorannya, bener-bener jauh deh dari bayangan saya sebelumnya.

Sekilas saat ikut meeting kemarin, akhirnya saya ngerti dikit-dikit mengenai gambaran divisi DPOL (Divisi Pengembangan Operasi Layanan). Secara garis besar, menurut saya divisi ini kalo dalam perusahan mungkin mirip RnD (Research and Development) yang tugasnya untuk selalu menciptakan inovasi baru, mungkin bedanya kalau di perusahaan inovasinya berupa produk yang bakalan di sales atau dipasarkan, nah sedangkan di DPOL ini inovasinya bisa berupa sistem maupun aplikasi yang kelak disosialisasikan atau di aplikasikan ke bank-bank cabang maupun kcu (kantor cabang utama). Udah ah pengenalannya, saya juga gak belum ngerti-ngerti amat sebetulnya.

Jadi gini, kemarin saya ikut meeting dengan team bpo2 atas mandat ibu bos. Terus ikutlah saya, dengan deg-degan tentunya. Nervous. Kata mba metty salah satu anggota team kita rapat di ruang meeting di ruang papua. Saya ngikut aja deh akhirnya, ternyata ruang meeting papua ada di lantai 12. Sampai di ruang meeting saya cukup amazed dengan waiter-waiternya yang seragamnya rapi ala ala bartender gitu, hahaha iya saya norak deh, haha. Setelah ngumpul rapat dimulai. Ternyataaa, jreng jeng jeng rapatnya jauh banget dari kata formil kebanyakan bercandanya, pokoknya fuuun bingits 😊. Karena di situ ada dua anak baru, saya dan Hasni, jadi kita disuruh perkenalan diri di depan mereka. Sumpah koplak banget, mana pertanyaannya ngaco-ngaco😂 sampai ditanya status dan kriteria idaman 😅. Oiya Hasni ini sebagai design grafis di team, kebetulan doi emang lulusan design grafis dari Trisakti. Kebanyakan di team tim tuh yang suka ngelucu adalah koko acay (mungkin karena chinnese jadi dipanggilnya koko alias kak). Anak-anak team secara langsung nanyain agama saya dan Hasni (oiya kita berdua muslim) mereka nasehatin sambil ketawa tentunya, hati-hati kalo dapet makanan dari ko acay, kalo makanan halal belum tentu halal, mau itu cuma pie sekalipun 😂.

Karena baru pertama kali ikut rapat sama team bpo2 saya masih awam dengan beberapa project mereka. Begitupun Hasni, jadinya kita banyakan ngobrol berdua udah kayak pacaran aja *ehh hahaha. Beres meeting dapet nasi box, kan lumayan banget menghemat duit makan siang ye kan? Hihihi 😆. Oiyaa ada satu hal lagi yang bikin saya happy..kemarin ko acay nanyain apa saya udah punya paspor atau belum, karena di dpo2 suka pergi tugas gitu kan, sekitar dua bulan yang lalu team bpo2 ke Bangkok. Aak mata saya langsung belo, nan berbinar-binar. Saya Seneng bangget. Hehehe. Mudah-mudahan meeting dengan biro team lain juga seasyik ini yak, amiiin 😊.

Jumat, 13 November 2015

"untuk selamanya"

Bagi sebagian pria, gombalan mungkin sudah seperti jadwal makan yang wajib dilakukan minimal 3 kali sehari. Gak semua sih, tapi mayoritas demikian.

Hey tuan, jangan terlalu gegabah menjanjikan kata 'selamanya' padaku. Masih untung engkau melontarkan kata-kata keramat itu padaku, karena aku tidak pernah mengambil serius kata-katamu. Terlalu banyak asam garam yang kutelan hingga perutku kembung. Gombalanmu itu bahkan tidak ada seujung kukunya. Jadi tenang saja aku tidak akan menganggapnya sebagai janji yang harus kau tepati, sebagaimana layaknya janji adalah hutang yang akan ditagih di akhirat nanti.

Namun coba engkau pikirkan, bagaimana dengan gadis-gadis lugu nan naif yang mendengarnya? Engkau membunuh sesuatu yang disebut harapan, kebahagiaan, yang mungkin nampak sepele di matamu. Jangan, jangan hancurkan hidup mereka sayang, dengan segala janji manismu. Setidaknya ingatlah ibumu. Engkau dilahirkan dari rahim seorang wanita pula bukan?

Aku serius.
Aku jujur.

Itu katamu.

Ah sayang, andai engkau tau betapa inginnya aku percaya pada pernyataanmu, melebihi kepercayaanku pada sejumlah fakta yang ada di ponselku, bukti nyata yang dapat mengubah senyum di wajahmu menjadi pucat pasi seketika.

Oh ya, penasaranku belum terjawab.
Jadi, aku adalah targetmu yang nomor ke berapa?

Ehehehe, aku bukannya skeptis memandang istilah cinta. Demikian pula aku melihatmu, bagiku kamu bukan orang jahat. Sedikit banyak kamu mirip denganku. Kita serupa.

Aku, pun kamu, hanya belum menemukan seseorang yang menyadarkan kita untuk terus komit dengan komitmen. Seseorang yang membuat kita bersedia dengan tulus memberi, kendati kita tidak menerima apa-apa darinya.

Kudoakan dengan tulus agar engkau segera menemukan orang yang kau butuhkan dan inginkan. Sesuai keinginan dan harapanmu.
Meski sosok itu bukan aku :).

Karena tipemu adalah wanita yang nampak jelita dengan jilbabnya.

Karena tipeku adalah dia yang hanya menjadikanku sebagai satu-satunya, bukan sebagai pilihan, pun cadangan.

Karena tipeku adalah dia yang menyukai wajah bangun tidurku yang tentu saja tanpa riasan make up.

Karena tipeku adalah dia yang mau sama-sama belajar bersamaku mencintai Tuhan, bukan dia yang mencari wanita dengan segala kesempurnaan.

Karena tipeku adalah dia yang mungkin tidak bisa menjanjikan jaminan kebahagiaan, namun selalu bersedia setia di sampingku saat senang dan sedih.



Karena semua sifat itu tidak dapat aku lihat dalam dirimu.



Meski sejujurnya aku berbunga-bunga setiap mengobrol denganmu.
Meski senyumku mengembang setiap melihat namamu tertera saat ada pesan masuk di ponselku.
Meski tidak dapak dipungkiri, aku tetap jatuh cinta, meski kutepis kuat-kuat perasaanku.

Ya, aku jatuh hati kepadamu.
Padahal bukan cuma kamu satu-satunya yang mendekatiku.
Padahal aku tau kata-katamu hanya gombalan belaka.
Padahal aku tau, aku bukanlah satu-satunya.




Senin, 09 November 2015

Impian

A : hmm...gimana kalo sekarang aku udah gak punya impian?
B : emang kamu gak kepingin nikah? (Sambil ketawa sampe keselek)
A : ih, aku serius lho, ini bukan soal masalah cinta cintaan, aku yang sekarang udah engga punya impian. Wisuda pun aku ngerasa datar, gak ada bahagia-bahagianya.
B : (masih sambil ketawa) gak ada asep kalo gak ada api, emang kenapa sih tiba-tiba bilang gitu?
A : gak apa-apa
B : kalimat "gak apa-apa" nya cewek itu lebih nyeremin dari film horor lho.
A : elah, kayak yang iya aja nonton film horor, palingan juga nonton bokep, hahaha
B : naah itu tau, hahahaha


Teman, emang sih obrolannya sungguh tidak mutu, juga gak bikin pertanyaan saya terjawab, pun tidak serta merta menyelesaikan persoalan saya. Tapi satu hal, mereka selalu berhasil membuat saya tersenyum di hidup yang sedang berat-beratnya. :)

Berjuang, Memperjuangkan

Ada satu adegan di sebuah drama korea yang cukup saya ingat Dream High judulnya, dikisahkan ada tokoh wanita bernama Pil Sook dan tokoh pria Jason. Pil Sook adalah gadis gemuk namun pandai bernyanyi serta bersuara merdu yang mengagumi Jason si Mr Perfect. Suatu hari Pil Sook menyatakan cinta ke Jason, yang ditolak Jason dengan alasan menganggap Pil Sook sebagai teman. Kemudian Pil Sook bilang begini, aku akan berdiet 100 hari, lalu aku akan menyatakan cinta padamu. Perlahan waktu pun berlalu hingga lewat seratus hari, Pil Sook juga sudah bermetamorfosa menjadi gadis cantik, dan tentu saja, langsing. Jason mulai jatuh cinta pada Pil Sook, berawal dari penampilan, hingga akhirnya Jason menyukai semua hal tentang Pil Sook, termasuk kecantikan hatinya. Jason pun menunggu-nunggu pernyataan cinta yang telah dijanjikan Pil Sook. Sayangnya, pernyataan cinta itu tidak kunjung muncul dari mulut Pil Sook. Hingga akhirnya Jason habis sabar dan menanyakan langsung pada Pil Sook mengapa Pil Sook mengingkari janjinya dan tidak jadi membuat pernyataan cinta.
Inilah jawaban Pil Sook seingat saya.
"Kau tau aku berjuang keras diet hingga seperti mau mati rasanya, namun aku selalu mengingatkan diriku untuk berjuang demi Jason. Tapi sekarang aku sadar kau tidak seberharga itu untuk kuperjuangkan. Jadi aku menyerah."

Kok malah cerita sinopsis drama gini sih Na? Apa maksudnya?

Justru inilah maksud yang mau saya sampaikan. Silakan pembaca berinterpretasi sendiri yaa ;)
:
:
:
Krik
Krik
Krik

Mmm, nggak gitu deh sebenernya.

Saya pernah begitu memperjuangkan seseorang hingga saya mengabaikan diri saya sendiri, hidup saya.

Hingga akhirnya saya sadar, bahwa kamu, lautan kata, ternyata tidak selayak itu untuk saya perjuangkan. Bukan, bukan menyesal, lebih tepatnya saya menyerah.


Kemarin, saat semua orang bahagia dengan kesakralan prosesi wisuda. Saya hanya memandang kosong ke depan. Ke depan?? Bukan, saya memandang kehidupan saya ke belakang. Iya, saya teringat kamu. Kamu yang terlalu cepat menyerah untuk memperjuangkanku.


Minggu, 08 November 2015

Nostalgia

Pikiran lagi sungguh semrawut belakangan ini, saking bingungnya mau cerita apa hingga akhirnya saya memutuskan lebih baik diam. Oh, ya, kabar baiknya saya baru saja menuntaskan satu daftar ceklis kebahagiaan…mereka. Tidak apa, toh kebahagiaan mereka adalah kebahagiaan saya juga.

Saat senggang saya membaca postingan-postingan (yang syukurnya)  yang belum saya hapus dari blog. Sungguh tidak berbobot, tidak seperti blog-blog pada umumnya. Tidak apa J.

Saya tidak berbakat menulis. Namun saya sangat suka menulis.

“I write to express, not to impress”, mengutip kata dari akang senior saya di kampus. Itulah kurang lebih yang saya rasakan saat menulis.

Hhhmm, sedang tidak semangat untuk berpuisi, menyanyi, berargumentasi.

Sedang berupaya lebih banyak mendengarkan, memahami, dan belajar ketimbang berbicara. Karena berbicara sungguhlah lebih mudah ketimbang mempraktekkan. Hahaha, oke, oke ucapan barusan boong banget. Seperti biasa saya bakal tetep cuap-cuap kok di blog ini J.

Jika membaca tulisan-tulisan saya, mungkin sepintas saya nampak seperti orang baik.
Saya memang orang baik kok. Hehehe, enggak deng. Saya manusia pada umumnya kok. Yang tentu saja punya segudang salah dan khilaf, banyak malah, hahaha.

Sebentar lagi saya akan meninggalkan Jatinangor, kota yang mungkin tidak tersohor, karena bisa dibilang hampir tidak ada tempat rekreasi di sana.

Oke, ujung-ujungnya saya curhat deh, gak papa kan yah? Kan ini blog saya J.
Pertama kali menginjakkan kaki di kota ini saya menangis di kostan. Kalo sekarang dipikir-pikir, hih, sungguh cengeng sekali. Hingga akhirnya saya menemukan keluarga baru di kostan yang sungguhlah lebih membuat saya betah ketimbang di rumah sendiri. Nia, teman seangkatan sekaligus seperjuangan sesama Maba (Mahasiswa Baru) yang tinggal di kamar depan saya. Saya belum pernah menemui teman sebaik, setulus, serajin, dan sesholehah Nia, (ini pujian jujur dari lubuk hati terdalam lho). Dan keluarga berikutnya yaitu kakak-kakak dari berbagai angkatan dan fakultas yang kemudian sudah seperti kakak kandung sendiri, mereka adalah Teh Feni, Kak Henri, Kak Tri, Kak Seniman, dan Kak Bakhtiar. Betull, penghuni kostan ini sungguh sedikit, tapi karena sangat sedikit  (3 cewek dan 4 cowok) itulah yang membuat kami akrab seperti keluarga. Contohnya saja Kak Seniman dan Kak Tri yang tidak pernah marah meskipun selalu saya dan Nia jahili. Eh tapi mereka juga jahat sih kadang-kadang, para lelaki itu tidak mau mengajak saya dan Nia jalan-jalan ke Bukit Bintang di Bandung meskipun kami merengek-rengek. “Itu tuh tempat mesum”alasan mereka. Hih, lantas mereka ngapain ke sana dong kalo gitu?? Dan yang semakin bikin muka ditekuk tau-tau pulangnya mereka pamer bill makan di Gampung Aceh. Iya, mereka pun jahat selayaknya kakak kandung juga.  Saya berkali-kali merayakan pergantian tahun di Jatinangor ketimbang di rumah. Acara sederhana, hanya bakar-bakaran dan nyewa infocus buat nonton layaknya nonton layar tancep. Padahal saya dan Nia ujung-ujungnya gak ikutan nonton, karena banyakan tutup mata, ataupun kabur ke kamar, karena film yang mereka sewa ternyata genrenya horror…semua!! Ngeselin kan? Tapi saya kangen masa-masa itu L.

To be continue, lanjut ke Part 2 kalo saya sempet, ingat dan….mood nulisnya J.




Sabtu, 03 Oktober 2015

Somewhere Only We Know

Kepada engkau yang selalu berkata menyukai hujan
Meskipun  kulihat dimatamu ada cemas takut kebasahan
Selalu kusajikan senyum tulus terhangatku

Engkau takkan pernah tau
Karena tangisku tak membahana
Hanya isak tanpa suara
Tidak apa

Begitu banyak lagu yang kulantunkan tanpa gema
Mereka bilang alunannya menyesakkan jiwa
Namun engkau selalu mendengarkannya dengan terpana
Berulang kulantunkan meskipun terasa luka

Ajak aku tuan
Ke tempat dimana hanya ada bahagia
Mungkin di sana ada penawar duka
Kan kupersembahkan lagu jenaka
Tentu saja tanpa cerita tentang dia
Hingga aku terlupa akan pedihnya luka putus cinta




Sabtu, 26 September 2015

Sia Sia

Tolong jangan besar kepala
Kepada kata yang menjelma kita
Ada gores luka
Di pohon yang kau sayat dulu kala
Sudah lupa?
Andai kau tau pedihnya tak terkira

Mencintaimu itu sia sia
Karena segala ingin dan anganmu adalah sempurna
Aku terlalu biasa
Upaya upaya terkerasku pun dimatamu adalah biasa
Aku bisa apa

Jadi tolong, bisakah kau pergi saja?







Kamis, 17 September 2015

Things Money Can't Buy (Yuk Bersyukur)

Ada hal hal yang gak bisa dibeli dengan uang. Pasti kalimat ini terdengar klise banget ya? Terutama untuk yang belum pernah merasakan kehilangan, dan memang semoga jangan sampai kehilangan. Saya sering banget bilang gini, 'Suka sebel deh sama orang yang gak bersyukur', padahal tanpa disadari saya sendiri juga masih suka ngeluh dan kurang bersyukur.

Saya selalu gak suka sama bulan ulang tahun saya, Agustus. Entah kenapa, selalu banyak sekali cobaan yang harus dihadapi pada bulan ini ketimbang bulan bulan lainnya. Pada ulang tahun kemarin ada banyak hal yang cukup menyita pikiran, entah salah paham dengan ortu, dan lain lain. Saya yang udah berusaha keras susah payah ternyata hasilnya gak sebanding dengan beberapa teman saya yang leha leha. Pokoknya sempet bener bener kesel. Dunia rasanya gak adil deh pokoknya. Akhirnya? Yah cuma bisa nangis.

Tapi, ternyata Allah memang Maha Adil, serta Maha Tau hal yang terbaik untuk kita.  Rupanya ujian yang Tuhan berikan, pastilah ada tujuan, ya salah satunya untuk mendewasakan. Perlahan tapi pasti, satu persatu hikmah dari setiap kesedihan yang saya alami terungkap, ajaib rasanya, seperti sihir. Mungkin itulah kuasa Tuhan. Bahkan diberi bonus kebahagiaan begitu berlimpah.

Ada satu kejadian yang membuat saya menyadari betapa tidak bersyukurnya diri ini, yaitu kejadian yang menimpa sahabat baik adik saya. Usianya baru 15 tahun, tapi begitu banyak ujian yang menimpa keluarganya, kakaknya yang kuliah di Jogja tiba tiba pulang ke rumah dengan membawa bayi laki laki tanpa ayah, tidak lama setelah kejadian tersebut ibunya kabur dari rumah dengan laki laki lain, dan kemarin ayahnya meninggal dunia. Kalau saya ada di posisi anak itu entahlah apa saya bisa sekuat itu. Tapi sahabat adik saya ini begitu tegar, subhanallah. Padahal saya ingat betul sebelum ayahnya meninggal anak ini pernah berkata "Seneng deh kalo libur sekolah, bisa masak sarapan buat keluarga". Saya cuma bisa ikutan menangis begitu tau kini ayahnya meninggal dunia. Hal hal yang terlihat sepele yang bisa saya dapati setiap hari bisa jadi merupakan kebahagiaan yang berharga bagi orang lain. Saya baru saja disadarkan bahwa ternyata punya orang tua yang baik dan masih lengkap itu ternyata anugerah yang berharga.

Keluarga, kesehatan, kebahagiaan, kesempatan hidup, adalah hal hal yang terlihat begitu sepele yang seringkali kita abaikan. Saat kehilangan? Barulah terasa begitu berharga. Jagalah apa yang masih bisa dipertahankan, selagi mampu dan masih diberiNya waktu.

Satu hal lagi yang baru saya sadari, saya sungguh pamrih dalam berbuat kebaikan. Saat melakukan hal (yang saya anggap) baik, ternyata saya masih berharap dibalas kebaikan pula oleh Allah. Ternyata saya belum bisa sepenuhnya ikhlas berbuat baik, tanpa mengharapkan apapun dari Allah. Ikhlas dan Ridho lillahita'ala (semata mata diniatkan untuk Allah) belum bisa saya lakukan ternyata.

Berikut ada video menarik untuk ditonton untuk menginspirasi kita agar selalu berbuat baik tanpa mengharap apapun, kendati tidak dapat apapun, kecuali kebahagiaan.


Minggu, 30 Agustus 2015

Lets Get Married

                Usia 25, umur dimana perempuan mulai diberondong dengan pertanyaan kapan nikah. Teman-teman SMA saya banyak yang sudah menikah, bahkan memiliki anak yang lucu-lucu. Lantas, apa saya tidak punya keinginan bisa seperti mereka?
                Siapa sih di dunia ini yang gak mau menikah? Jadi tentu saja saya pun ingin menikah. Hanya saja memang belum jodoh, dan saya belum siap. Jodoh, saya aja masih bingung dengan definisi ini. Ada sih beberapa yang ngedeketin (sok iya banget sih na, hahaha), mulai dari teman saat sekolah dulu sampe tetangga segala. Temen dari orang tua pun ada yang mulai mengenalkan anaknya (berasa jomblo menyedihkan amat yak, hiks *cry*). Kecengan mah jangan ditanya, ada banyak, lumrah kan kalo cewek cewek suka ngecengin cowok-cowok lucu, hehehehe. Cuma ya itu, Cuma sebatas deket aja, gak serius. Ada sih sebenernya satu yang mulai serius. Orangnya islami gitu, jadi doi minta langsung dikenalin ke ortu, mungkin bisa dibilang semacam ta’aruf gitu deh. Pas nonton film Aku, Kau, dan KUA, saya sukaaaa banget sama beberapa kisah cintanya yang menikah tanpa pacaran. Tapi pas ngalamin sendiri dideketin dengan cara gini kok saya malah gak suka ya? Dasar Cewek, hhihi *nyengir lebar*.
Saya akan geleng kepala kuat-kuat kalo ada yang bilang saya terlalu picky, pilih-pilih, tentu engga bener. Saya bahkan gak punya kriteria tipe idaman, meskipun kalo kecengan sih ada banyak, hehehe. Hayo jujur-jujuran saya yakin setiap orang maunya kelak nikah sama orang yang dicinta kan? Pun saya juga. Kelak saya pengennya nikah sama orang yang saya cinta dan tentu saja bisa saya percayai. Nah itu dia yang susahnya, mau nyari dimana? Seandainya ada yang jual di toko online, hehe.
                Kelihatannya saya ini adalah korban cerita-cerita dongeng, makanya jadi kepengen punya pasangan yang sayangnya  bener-bener tulus. Ketulusan, hal yang gak saya rasakan saat deket dengan beberapa cowok yang saat ini lagi deket. Setiap orang punya alasan masing-masing untuk menikah diantaranya dikarenakan alasan ibadah, ada yang karena takut umurnya terlalu tua dan dibilang gak laku, ada yang karena cinta, ada yang biar bisa having sex tanpa dosa, dan ada pula hanya karena biar ada yang ngurus (masa istri disamaain sama nanny?). Pengen deh punya pasangan yang bener-bener sayang, tanpa ada embel-embel alasan, apalagi karena physicly. Penampilan akan pudar seiring usia.

                Oke, maaf curhatnya jadi ngalor kidul gini, lanjut ke cerita yang tadi ya, jadi cowok yang tadi adalah teman saat SMA dulu, makanya saya minta pendapat sahabat saya Ayu. Ayu ini sahabat saya dari SMP, kebetulan kami satu SMP dan SMA juga. Ayu juga kenal dengan si cowok X ini. Saya minta pendapat Ayu tentang X, apa sebaiknya saya kenalin ke ortu atau tidak. Pendapat Ayu ternyata sama seperti Ibu saya, kalo saya belum siap ya mending jangan. Kalo dia sayang pasti dia mau nunggu. Kalo engga ya berarti bukan jodoh. Jangan menjadikan nikah seperti semacam target yang harus dikejar. Mendadak saya jadi inget dulu ada yang pernah bilang mau nunggu saya sampai kapan pun sampe bikinin lagu dengan nama saya segala eh sekarang udah happy banget sama istrinya *abaikan curhatan colongan ini, hahaha*. Bener apa yang dibilang Ayang Afgan (Ayang???) Jodoh Pasti Bertemuuu~~~. Berikut saya sertakan link yang cukup menarik untuk dibaca.





Sabtu, 29 Agustus 2015

Judging easily

Apa sih definisi orang baik dan orang jahat? Kenapa orang begitu mudahnya mencap seseorang bahwa dia baik, dia gak bener? Orang bertato dan Pemabuk adalah orang gak bener, itukan pemahaman yang mayoritas ditanamkan para orang tua?
Saya punya seorang kenalan, mas T. Ayah dan Ibu saya tidak suka kalau saya berteman dengan mas T ini, salah satunya karena dia bertato. Saya bisa memahami kekhawatiran orang tua  saya akan anaknya. Sepengetahuan saya, mas T ini sebenernya orang yang baik, saat saya cerita bahwa saya sedang belajar menyetir, dia menawarkan diri mengajari saya tanpa imbalan. Mas T ini tipe orang yang senang bercerita. Menurut ceritanya, sejak kecil dia tidak suka belajar, orang tuanya memiliki anak yang cukup banyak, sehingga kesulitan ekonomi. Sedari sd dia sudah menjadi kuli bangunan, dari upah sebagai kuli itu dia sisihkan untuk modal usaha membuka warung tenda pecel lele. Hingga kini usahanya sudah sangat lumayan menghasilkan, bahkan dia sudah tidak perlu bekerja, karena sudah punya pegawai. Meskipun gayanya slengean dan urakan, saya percaya mas T ini orang yang baik, kendati orang lain mencapnya orang gak bener.

Saya suka mengobrol dengan siapa pun. Kendati orang lain bilang mereka anak nakal atau orang gak bener. Ada banyak hal yang bisa saya pelajari dari mereka. Saya rasa mereka hanya kurang beruntung, dilahirkan di lingkungan yang tidak ‘nyaman’. Betapa beruntungnya kita memiliki orang tua yang peduli jikalau anaknya berbuat salah dan selalu mengarahkan pada hal-hal baik. 

Jumat, 28 Agustus 2015

25

Semoga akan lebih banyak senyuman di tahun ini, amin. Aku percaya Engkau Maha Baik. Selalu ada pelangi indah diakhir badai.


Sabtu, 01 Agustus 2015

Song Cover (1) by Me

1. LDR




2. Cinta dan Rahasia




3.  Teka Teki




4. Someone Like You




5. Mantan Terindah



6. When You Love Someone



Minggu, 28 Juni 2015

Tuhan dan Keyakinan

                Bagi beberapa orang yang sering membaca tulisan-tulisan blog saya, tentu tau saya sering meluapkan curhatan-curhatan di blog ini, meskipun tidak jarang kemudian saya hapus lagi dari blog, hehe. Saya pernah beberapa kali menuangkan isi hati saya mengenai keyakinan yang saya anut, contohnya saya pernah bercerita bahwa saya pernah melewati fase fase tidak percaya Tuhan hingga akhirnya saya meyakini Islam. Beberapa sahabat saya sampai menangis saat itu ketika membacanya. Dengan beberapa pertimbangan, akhirnya saya hapus artikel tersebut dari blog.
                Saya aneh. Dari kecil saya merasa saya banyak sifat saya yang aneh. Salah satunya, saat anak-anak lain diminta orang tuanya untuk melakukan sesuatu, mereka cenderung akan patuh. Sedangkan saya? Saya akan terus menerus penasaran kenapa sesuatu itu harus saya patuhi, harus dilakukan, saya akan terus bertanya kenapa hingga keingintahuan saya terjawab. Dan sifat tersebut tidak juga hilang hingga saat ini. Kenapa saya harus patuh pada Tuhan? Kenapa harus Islam agama yang saya peluk? Itulah pikiran yang saat itu pernah memenuhi kepala saya.
                Setelah bertahun-tahun masa pencarian Tuhan, setelah kejadian-kejadian yang terjadi dalam hidup saya, yang terjadi tidak dalam waktu yang singkat, akhirnya saya menemukan jawaban, labuhan akhir.

Saya mencintai Allah. Saya mencintai Islam.

            Saya meyakini Tuhan bukan karena konsep surga neraka. Saya mencintai Islam bukan karena saya lahir di keluarga yang menganut agama Islam. Semua yang saya yakini saat ini adalah buah dari pemikiran dan pengalaman yang panjang. Memang sulit untuk menjelaskan pada theis mengenai apa yang tidak dirasakan oleh atheis. Sesulit theis menjelaskan pada atheis bahwa Tuhan itu sesungguhnya ada dan maha baik.
                Saya bisa memahami pemikiran orang-orang yang tidak percaya Tuhan, karena saya pernah merasakannya. Saya juga sangaaat menghargai orang yang beribadah pada Tuhan dengan cara yang berbeda dengan saya (re:beda agama).
Ada orang yang suka music dangdut, jazz, hip hop, maupun music klasik. Semua masalah selera, apa yang disukai, berbeda beda, tapi pada hakikatnya semua music itu indah bagi penikmatnya. Pun dengan agama, ada yang meyakini begini dan begitu. Adalah HAK setiap manusia untuk memilih apa yang diyakininya.
Ngomong-ngomong soal keyakinan, saya pernah baca blog berikut ini. Blog mas pandji ini sukses bikin saya mewek tersedu-sedu. Saya suka dengan pemikiran-pemikirannya yang dituangkan dalam blognya. Meskipun tidak jarang pula saya tidak sependapat dalam beberapa artikelnya. Saya sangaat hargai. Manusia itu diciptakan berbeda-beda. Orang kembar saja tidak identik sama, iya bukan?. Apalagi soal pemikiran, tentu berbeda-beda pula. Pola pikir yang beragam, justru itu yang membuat manusia unik dan berbeda. Seperti Bhineka tunggal ika, keberagaman itu indah J.



Rabu, 20 Mei 2015

Manusia Berencana, Tuhan Menentukan

Manusia adalah pribadi yang tak pernah jera dengan ekspetasi, sungguh  berbeda dengan bola Kristal yang jatuh lantas tidak dapat kembali utuh. Ekspetasi-kecewa-ekspetasi-kecewa-ekspetasi seperti siklus yang tidak pernah ada habisnya. Kata ekspetasi sebenarnya merupakan salah satu serapan dari bahasa asing, yang kurang lebih bisa diartikan harapan atau pengharapan.

Tanpa kita sadari dalam kehidupan sehari-hari kita sering berekspetasi. Contoh sederhananya saat kita melihat iklan mie instant di televisi maka kita berekspetasi akan tampilan wah seperti yang kita lihat di tivi, namun saat  pesan di warteg ternyata tampilannya jauh berbeda, hehehe. Itulah salah satu contoh sederhana dari ekspetasi yang berakhir dengan kekecewaan.

Setiap manusia tentu memiliki banyak keinginan, itu merupakan hal yang lumrah. Namun tidak jarang hal yang terjadi berjalan tidak sesuai dengan apa yang direncanakan maupun diharapkan. Kecewa? Oo, bukan sekali dua kali saja tentu pernah merasakannya.  Pada kenyataannya tidak jarang misalnya suatu ketika meski kita sudah berupaya sekeras mungkin, sematang-matangnya rencana kita, tetap saja tidak bisa melawan kehendak Tuhan. Lantas apa sih sebenarnya rencana Tuhan dengan menggagalkan planning yang sudah matang terencana? Tentu ada hikmahnya kan ;)?

“Siapa pun berhak kecewa manakala keinginan dan cita-citanya tidak tercapai. Perasaan kecewa adalah bagian dari gharizatul baqa (naluri mempertahankan diri)yang Allah ciptakan pada manusia. “ demikian kutipan kata-kata yang pernah saya baca. Setelah membaca kalimat ini saya yang akhir-akhir ini memang sedang dilanda rasa kecewa jadi merasa sedikit terhibur. Ternyata rasa kecewa pun adalah bagian dari sifat manusia yang merupakan selingan antara rasa gembira dan rasa senang yang dikaruniakan oleh Allah.

Mengapa rasa kecewa bisa hadir? Manusia bisa merasa kecewa apabila terlalu yakin apa yang ia harapkan maupun rencanakan akan terkabul (over self confident) tanpa dibentengi dengan kata “siap gagal” .

Perasaan kecewa sebenarnya bukanlah salah satu hal negatif. Dari perasaan kecewa kita bisa belajar memahami ekspetasi-ekspetasi orang lain pula. Memahami ekspetasi orang lain, inilah hal yang sulit kita pahami dan rasakan. Contoh sederhananya? Dalam beberapa situasi, misalnya untuk keberlangsungan suatu acara kadang kita berharap agar tidak hujan. Sementara di sisi lain banyak pula orang yang berharap diturunkan hujan, karena hujan merupakan sumber rejekinya (misal penjual payung dan jas hujan). See? Terkadang apa yang kita harapkan bertentangan atau justru malah menghambat keinginan orang lain yang lebih membutuhkan. Dengan belajar memahami bahwa ‘harapan/ekspetasi yang tidak terkabul’ bisa jadi itu merupakan hal yang terbaik bagi semua. Tentu kelak jika mengalami ‘harapan/ekspetasi yang tidak terkabul’ lagi kita tidak akan terlalu kecewa hingga berlarut-larut. Dengan siap gagal, saat kecewa karena harapan yang tidak terkabul, maka akan muncul keikhlasan disertai dengan hati yang lapang. Lalu bagaimana jika harapan justrU terkabul? Pun kita harus lebih bijak menyikapinya dengan bersyukur dan tidak disalurkan dengan sikap meledak-ledak pula.

Bersyukur saat kecewa merupakan sikap mengakui bahwa kita adalah manusia yang tidak lepas dari takdir Allah SWT.

Man Propose, Allah Dispose.

Kamis, 09 April 2015

Dia Dian

Menyesap pahit perlahan
Bagai butiran nila jatuhi susu
Perlahan tapi pasti, berubah, merubah
Kutelan dalam dalam segala rasa

Engkau dian
Dian yang tak kunjung padam di kala senja menutup
Meski aku melantunkan nada nada dengan bibir mengatup
Tak pedulikah kau walau bibirku mulai bergemelutup?

Bagaimana mungkin bisa setenang air
Saat minyak dan panas berebut menunjukkan gaharnya
Perciknya hanya melukai



Kamis, 26 Maret 2015

Que Sera Sera

Dulu sewaktu kecil saya pernah berpikiran seperti Dipo seperti yang ditulis Bang Pandji dalam blognya. “Ayah selalu berdoa semoga aku jadi anak yang penurut dan pintar. Tapi seandainya aku gak pintar gimana yah? “

Dari kecil kita diberi wejangan “belajar yang rajin yah nak, supaya pintar”. Nah, kalau sudah rajin belajar tapi tak kunjung pintar-pintar gimana? Hehehe. Entahlah sampai saat ini saya percaya bahwa kepintaran maupun kecerdasan setiap orang berbeda beda. Bagi saya di dunia ini tidak ada orang yang bodoh. Semua yang diciptakan Allah tentu ada manfaatnya, sekalipun seekor semut. Saya rasa yang namanya pintar maupun cerdas gak melulu mengenai nilai akademis. Orang yang nilai akademisnya anjlok saya rasa bukan berarti dia bodoh, seperti kata bang Pandji dalam stand up comedynya yang berjudul Mesakkke Bangsaku. Seseorang tidak pandai dalam satu hal, contoh dalam akademis, bukan berarti dia bodoh, mungkin kepintarannya ada di bidang lain, misalnya entah itu gambar, olahraga, presentasi, nyanyi, nulis, maupun lainnya. Contohnya saya, kendati tidak pintar dalam hal nulis maupun nyanyi, entah kenapa saya tetap keukeuh hobbbbby postingin entah itu coveran lagu, maupun tulisan artikel meskipun trafficnya gak tinggi, hahaha, bisa dibilang over pede. Kenapa saya tetap keukeuh dan pede posting ? hmmm kenapa yah? saya rasa di dunia ini banyak hal yang awalnya kita tidak bisa akhirnya kita penjadi pandai asal mau di-giat-i dengan usaha, toh kita terlahir ke dunia saat bayi dalam keadaan tidak bisa apa-apa, hingga akhirnya kita bisa beraktivitas ini dan itu. Guru paling berharga adalah pengalaman, hal yang tidak selalu didapat dari bangku sekolah. Semua hal bisa dipelajari, itulah hal yang saya coba yakini, seperti contohnya video di bawah ini.


Berikut di bawah ini saya copykan isi artikelnya falla adinda, tentang harapan seorang ibu tentang anaknya saat sudah besar kelak. Di dunia ini mana ada ibu yang gak pingin anaknya jadi anak yang pintar. Namun ada satu lagi yang diinginkan setiap orang tua, yakni melihat anaknya bahagia dengan keputusan yang diambilnya J  :).


memiliki suami pintar memang berkah tersendiri sih. Track record suami ketika SMA yang juara olimpiade matematika dan fisika tingkat nasional membuatku lega kalau-kalau suatu hari nanti Kakak tidak mengerti mengenai pelajaran sekolahnya. Aa berhasil lulus SPMB dan masuk ke salah satu fakultas terbaik di Indonesia, lulus tepat waktu dan masuk residensi pun tepat waktu. Lega? iya. Karena saya tau, anak saya punya sosok Romo yang bisa ia andalkan.

..

Sebentar, saya mau bercerita mengenai diri saya terlebih dahulu. Saya ini adalah pelajar biasa-biasa saja dari segi akademis. Saya tidak pernah maju dipanggil guru untuk mendapat penghargaan, sayapun kurang menyukai berada di kelas untuk memecahkan masalah menggunakan rumus. Waktu yang paling saya tunggu ketika sekolah hanyalah waktu istirahat dan waktu pulang.

Namun, didikan orang tua saya adalah 'bertanggung jawab', artinya saya harus tetap lulus dari sekolah dengan nilai baik. Terakhir saya cek di ijazah sih, rata-rata 8.8 berhasil saya dapatkan.

Hal tersebut berlanjut hingga saya kuliah. Jurusan saya adalah minat saya sendiri, tapi sebagai seorang pelajar yang sadar diri dengan kemampuan akademis yang cenderung tidak super cemerlang, saya lebih memilih menjadi mahasiswa santai tapi serius. Saya tidak pernah mengejar kesempurnaan cum laude. Saya menolak ikut remedial bila mendapat nilai B di mata kuliah berat. (saya menolak remedial untuk pelajaran biomedik 1 dan berujung nilai C di KHS akhir, iya saking susahnya untuk saya...)

Saya memilih menjadi mahasiswa santai. Datang beberapa menit sebelum bel, keluar tepat setelah bel. Berkumpul dengan
 gank selepas kelas, main ke mall di tengah mata pelajaran membosankan. Mengikuti berbagai kegiatan di luar kampus yang tak ada hubungannya dengan kedokteran dan sibuk pacaran.

Saya lulus bukan sebagai mahasiswa terbaik, boro-boro maju ke depan karena dianggap sebagai mahasiswa berprestasi, bahkan foto saya ketika tali toga dipindahkanpun tak ada dokumentasi. Tapi saya tau kewajiban saya, nilai KHS saya tidak buruk kok, setidaknya untuk syarat administrasi pendidikan dokter spesialis; semua bisa saya lampaui. Untuk ditunjukkan depan calon mertua pun tidak memalukan.

Ya.. Intinya sih, saya ini adalah perempuan dengan kemampuan akademis biasa-biasa saja yang jauh dari cemerlang apalagi jenius.

--


"Kak Kiko..... Jadi anak pinter ya, Nak.. Kaya Romo.." Begitu doa hampir sebagian besar orang yang mengusap kepala anak saya. Alih-alih disebut seperti ibunya (tunggu, memang Ibunya seperti apa?). Semua doa tersebut saya aminkan dengan baik, siapa sih Ibu yang tidak senang melihat anaknya mendapat gelar akademik membanggakan?

...

Tapi bagaimana jika tidak? bagaimana bila ternyata....
Kiko mewarisi kemampuan persis seperti saya?
Apa artinya anak saya telah gagal?


---



Sebelum dilanjutkan, saya mau cerita mengenai seorang kenalan saya, sebut saja ia Rafi.
Rafi ini 2x tidak naik kelas di SMA. Iya, bukan sekali, namun 2x. Lulus SMA dengan susah payah, Rafi melanjutkan kuliah di salah satu universitas swasta di Jakarta, mengambil mata kuliah komunikasi. Dengan susah payahpun, akhirnya ia lulus dari kampus tersebut.

Tapi percayalah, Rafi adalah satu dari kenalan yang sangat saya kagumi kepintaran dan wawasannya. Rafi bisa bercerita 24 jam penuh mengenai banyak hal, mengenai mimpi, mengenai sejarah, mengenai isu politik, mengenai faham dan dialektika, mengenai dunia, mengenai hampir apapunkecuali akademis.

Rafi hanya memiliki 1 kekurangan, ia tak sanggup mengikuti pelajaran ilmu pasti dan semua cabang ilmu yang diajarkan di bangku sekolah formal. Bukan saja karena ia tak mau, tapi juga karena ia tak bisa.

Lalu, Rafi jadi apa?
Rafi hari ini adalah jajaran
 eligible bachelor  di Indonesia, ia memilih karir sesuai yang ia ingin yang jauh dari sisi akademis ilmu pasti. Ia jauh lebih mapan dari kakaknya yang seorang dokter. Sosoknya juga sering wara wiri di televisi dan berbagai forum. Hebatnya, Rafi beberapa kali didaulat sebagai dosen di universitas ternama di Indonesia. Bisa bayangkan ada seorang dengan nilai akademis super jelek mengajar anak-anak dengan nilai akademis SMA super baik? :)


dan yang terpenting, ia bahagia.
Ia tidak gagal.
dan ia tidak bodoh.


---

Kembali ke Kak Kiko.
Apabila suatu hari nanti didapati ia tak sepintar Romonya dan memilih menjadi mirip Rafi yang suka sekali hore-hore, ku pastikan ia bukan gagal. Pintar secara akademis itu penting, tapi ada yang lebih penting lagi..

Kiko harus tumbuh menjadi anak yang bahagia, bebas dan merdeka. Ia tidak boleh memiliki perasaan terkekang melihat orang tuanya yang seprofesi. Ia tidak boleh terbebani oleh puja puji orang-orang terhadap Romonya.
Kiko harus menjadi seorang anak yang merdeka. Ku pastikan ia akan menjadi apapun yang ia mau, sejauh ia bertanggung jawab dan bisa menjelaskan secara sempurna mengapa ia memilih jalan itu.
Kiko harus menjadi anak yang tumbuh tanpa beban dan bayang-bayang orang tuanya, tak apa tak dianggap pintar,
yang terpenting bukan seberapa pintar nilai di atas kertas,
tapi seberapa kaya kepala akan pengetahuan, hal umum juga pemikiran berkembang.

Bukan nilai di atas kertas yang akan menjadi penentu,
tapi bagaimana Kiko bisa bermanfaat bagi sekitarnya.
Bagaimana Kiko bisa berdiri tegap tentang apa yang dipilihnya,
walau ia tak mirip Romonya, maupun Ibunya.



Belajar [lebih] Bersyukur

Kadang suka sebel juga sih kalo ada orang yang hidupnya (tanpa dia sadari) tergolong beruntung tapi kerjaannya ngeluh melulu, bawaannya pengen dijitak aja, hahaha. Banyak berita duka di sekitar saya akhir-akhir ini, akhirnya jadi ikut-ikutan baper mellow dan sensitive. Emang dasar sayanya aja yang cengeng sih itu mah, hehe. Sempat baca link berikut ini. Isinya kurang lebih menceritakan sisi lain dari kemeriahan konser One Direction. Ada sebagian orang yang nangis dan ngambek karena gak berhasil melihat personil boyband kesayangannya lantaran kehabisan tiket. Ternyata di balik kemegahan konser tersebut terselip kisah yang kalau menurut saya pribadi sih lebih sedih.


(kutipan berita dari Tempo.coonline)
Adalah Pak Rohmana, 56 tahun, pedagang musiman. Dengan lutut gemetaran, ia berjalan perlahan sambil menjajakan dagangannya. Saat seseorang membelikan air minum kemasan botol dan bakpao, ia langsung menangis.
Sejak datang dari Ciamis pukul 06.00 pagi, ia belum makan apa pun. “Perut cuma saya minumin terus. Kalau makan sayang, minum paling Cuma Rp 2 ribu. Di sini semua mahal,” kata dia.
              
  Cukup miris kan? Tapi pemandangan seperti ini sudah tidak asing tentu bagi kita, setidaknya di sekitar saya. Contohnya seperti kisah Almarhum Pak Toha penjualtali sepatu di gerbang lama Unpad. Teman-teman alumni Unpad pasti sudah tidak asing dengan Pak Toha ini.

Saya jadi ingat saat kemarin ada penjual keripik yang menawarkan dagangannya pada saya. Karena saya lihat keripiknya masih banyak, jadi akhirnya saya beli. Pengen nangis rasanya saat saya membayar keripik itu, sang bapak mendoakan saya, salah satunya semoga saya jadi orang yang sukses. Padahal harga keripik yang saya beli tidak seberapa dibandingkan harga jajanan heits masa kini seperti kue cubit matcha, es krim mochi, pie susu, dll. Jika dagangan keripik seperti yang dijual bapak tersebut mulai ditinggalkan oleh masyarakat dikarenakan kalah ngetren dibanding jajanan heits, kelak pedagang-pedagang tradisional  ini mau mencari nafkah dengan cara apalagi yah?

Harga air minum mineral yang dijajakan di pinggir jalan yang mungkin bagi sebagian orang terlihat lebih mahal seribu dua ribu rupiah dibanding mini market tanpa kita sadari dari sanalah pedagang asongan mendapat pundi rupiah untuk makan dan anak sekolah. Tapi gak bisa disalahin juga sih yang takut beli makanan atau minuman di jalan, mungkin karena berita di tivi jaman sekarang juga banyak yang serem-serem entah minuman dibius lah, minuman teh kemasan palsu lah, allahu’alam.


Tanpa kita sadari ada begitu banyak diantara kita, termasuk saya sendiri, kurang mensyukuri apa yang kita miliki. Padahal di luar bisa hidup nyaman seperti yang biasa kita jalani, bagi mereka adalah ‘hal-hal mewah’. Ada sepasang suami istri yang berdoa minta diberi keturunan bertahun tahun namun belum juga dikabulkan sementara di sisi lain ada yang diberi rejeki keturunan malah disia-siakan, bahkan tidak sedikit pula yang digugurkan. Ada yang merasa kurang senang dengan hidungnya yang kurang mancung, kulit kurang putih, mata kurang belo, dsb padahal bayangkan betapa berbesar hatinya orang-orang yang dilahirkan dengan fisik tidak lengkap

 Seperti itu mungkin yah sifat manusia kebanyakan, saat kekurangan atau tidak lagi memiliki, barulah terasa penting hal-hal yang sepele tadi. Aaah jadi mellooow, yuk ah semangaat, karena setiap detik kita bernafas, selalu ada hal yang dapat kita syukuri, contohnya waktu yang dihabiskan bersama orang-orang tersayang.



kisah hidup menarik dari Choi Sung Bong



Senin, 09 Maret 2015

"Belum makan kalau belum ketemu nasi"

Belakangan ini di berita tv marak sekali blow up kasus KPK vs Kapolri serta masalah Ahok vs DPRD, saya sampai jenuh banget ngedengerinnya. Untuk tagline berita di situs online, berita-berita sering saya skip saja, akhirnya lanjut baca berita yang lain. Ada satu berita yang cukup bikin saya geregetan pengen bikin artikel di sini. Yak, tentang impor beras dan ketersediaan bulog untuk pangan nasional. Karena kebetulan saya paham sedikit mengenai teknologi industry pertanian.

Pada situs harian Viva online berikut ini disebutkan bahwa Presiden Jokowi kukuh tidak akan impor beras. Beliau memerintahkan melepas stok beras di bulog untuk disalurkan di pasar. Beliau juga menambah alat dan kebutuhan produksi pertanian di daerah agar petani lebih produktif dalam menghasilkan beras.

Saat pemilu sejujurnya saya tidak sreg dengan kedua kandidat presiden. Namun beberapa kinerja Pak Jokowi ini dalam memperbaiki Indonesia perlahan menurut saya berangsur-angsur lebih baik. Yak salah satu contohnya dalam bidang pertanian seperti yang saya sebutkan di atas. Saya setuju kok jika impor beras dihentikan dengan beberapa alasan yang akan saya paparkan.

“Orang Indonesia meskipun sudah makan roti belum makan namanya kalau belum makan nasi”. Sering mendengar ungkapan ini?. Budaya makan pokok adalah makan nasi sudah mengakar kuat sepertinya di Indonesia. Entah siapa yang awalnya memperkenalkan kebiasaan makan nasi di Indonesia hingga kini menjadi budaya turun temurun.

Konon para pedagang dari Cina yang membawa budaya makan nasi ini masuk ke Indonesia. Sejak tahun 2300 SM penghuni negeri ini telah mulai mengenal nasi sebagai produk olahan dari beras melalui para pedagang Cina tersebut. Dan entah apa yang menjadi alasan utama nenek moyang kita terdahulu sehingga akhirnya memilih nasi ini sebagai makanan pokok favorit. Seiring  bergulirnya waktu tanpa disadari kesukaan ini terwariskan kepada generasi demi generasi selanjutnya untuk kemudian akhirnya menjadi makanan pokok sebagian besar penduduk negeri Indonesia saat ini. Menggeser keberadaan ragam makanan pokok lain yang telah ada sebelumnya. Padahal dulu makanan pokok orang Indonesia sangaaat beragam, tidak melulu nasi, misalnya Singkong, Ubi, Sagu, Pisang, dll. Sebagai contoh, sekarang masyarakat Irian Jaya yang dulunya menjadikan sagu sebagai makanan pokok pun mulai beralih mengkonsumsi nasi sebagai makanan pokok. Jagung yang diidentikan sebagai makanan pokok daerah Madura pun perlahan bergeser menjadi nasi. Namun (sekali lagi) entah mengapa pada akhirnya masyarakat Indonesia hampir seluruhnya kini sangat menggemari nasi sebagai makanan pokoknya. Akibatnya? Kebutuhan beras kian meningkat tiap tahunnya bahkan negeri ini nyaris keteteran menanggulangi masalah tersebut yang berakhir dengan impor beras.

Maka dari itu salah satu usaha untuk menanggulangi persoalan, untuk mengurangi bahkan mencegah terjadinya impor beras, adalah dilakukannya sosialisasi diversifikasi makanan pokok. Mengedukasi masyarakat bahwa sumber makanan pokok bukan melulu hanyalah nasi. Tentunya usaha ini harus didukung penuh oleh pemerintah sehingga masyarakat bisa mulai terbiasa menjadikan selain nasi sebagai sumber karbohidrat utamanya. Diharapkan tidak ada lagi terjadi fenomena yang dianggap lazim ketika piring makan siang kita berisi menu seperti ini : nasi putih, perkedel kentang dan tumis jagung. Yang ternyata seluruhnya terdiri dari karbohidrat. Makanan pokok semua!


Membutuhkan kebiasaan baru yang mesti dilatih untuk menggantikan kebiasaan lama yang sudah mengakar. Ini bukan perkara mudah dan merupakan pekerjaan rumah bagi pemerintah bukan hanya sekedar menggembar-nggemborkan kebijakan diversifikasi pangan. Butuh upaya keras untuk melatih masyarakat indonesia mengubah budaya makan nasi ke makanan yang lain. Seperti gerakan “Sehari Tanpa Nasi” yang dikampanyekan oleh Walikota Depok. Gerakan One Day no Rice merupakan program yang telah digulirkan Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian beberapa tahun lalu. Namun, program ini seperti mendapat momentum ketika Pemkot Depokmulai mengkampanyekan program tersebut pada 22 April 2012. Gerakan One Day no Rice adalah gerakan untuk mencerdaskan bangsa karena karbohidrat tidak hanya bersumber dari nasi saja. Gerakan ini mengajarkan kita untuk berkreasi dalam menyajikan pangan pengganti beras.

Sumber Referensi:
1. http://kisuta.com/20130517-budaya-makan-nasi-bisa-membuat-indonesia-bangkrut
2. http://megapolitan.kompas.com/read/2013/11/18/0750036/Gerakan.dari.Kantin.Balaikota.Depok
3. http://ketahananpangannunukan.blogspot.com/
4. http://risablogedia.blogspot.com/2012/06/tipikal-indonesia-belum-kenyang-kalau.html
5. http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2012/06/10/bisakah-sehari-tanpa-nasi-468767.html

Rabu, 25 Februari 2015

If We Were A Movie

Drama playfull kiss ditayangin lagi di tv, waaah jadi inget jaman kkn deh. Drama ini adalah versi koreanya dari drama Itazura na Kiss yang diangkat dari komik Jepang. Dulu sewaktu kkn hampir tiap hari anak2 satu kkn nonton drama ini, abis ceritanya lumayan bikin senyum-senyum geregetan liat kisahnya oh hani sama baek seung jo. Bahkan yang cowok-cowok juga ikutan nonton. Baek Seung Jo si Mr. Perfect yang super jutek dan cuek dikisahkan sebenarnya juga suka sama oh Hani yang gak punya kelebihan. Hanya saja rasa suka Seung Jo baru diungkap di akhir-akhir cerita. Hayoo, siapa yang punya kisah serupa?

Ajaib atau entah keberuntungan saya juga gak ngerti, hihihi agak sulit dipercaya sih, pernah ada seseorang,  yang menurut saya sih sangat sempurna, ya ganteng, ya pinter, ya baik, pokoknya sempurna banget di mata saya, anehnya mau maunya jadi pacar saya yang hampir ga ada kelebihannya ini, mungkin doi khilaf kali yaak, hahaha. Yah sayangnya tapi itu duluu wahai sodara sodara. Kisah sweet happy ending mungkin cuma ada di drama drama aja seperti kata Hannah Montana di lagu If We were a Movie (Miss our old Hannah, eh Milley). Di kehidupan nyata pasti kebanyakan akan milih tipe wanita seperti Hera di Drama Playfull Kiss, wanita yang charming, nyaris sempurna. Mungkin gak semua orang sih, tapi hayoo jujur siapa sih yang gak mau nyari pasangan terbaik? hehehe iya kan?




Tapi yang namanya perasaan suka ataupun sayang kadang-kadang memang gak masuk akal sih yah. Terkadang kita sendiri juga gak tau kenapa tiba-tiba bisa berdebar-debar atau girang dalam hati, padahal cuma karena liat orang yang disuka. Mungkin itu kuasa Tuhan, yang jago membolak-balik hati manusia. Kita tentu bisa milih dengan siapa kita menikah, tapi kita gak pernah bisa mengelak kepada siapa kita jatuh hati, kurang lebih itu quotes yang pernah saya baca. Seperti kita yang bisa sayang sama orang tua kendati cerewet dan galak, hahaha. Seperti halnya kita yang sayang sama adik atau kakak meskipun berantem tiap hari, betul kan? Perasaan manusia susah ditebak, dan kadang gak berjalan sesuai logika.

Pernah saat fieldtrip ke Malang, saat nginep, malam harinya kita para cewek-cewek seperti biasa curhat-curhatan. Kebetulan saat itu ada satu teman yang sudah menikah, sebut saja C. Ada satu orang yang nanya ke C gini, "kok waktu itu lo milih laki lo yang sekarang sih, dan jujur deh, waktu itu lo cinta sama dia gak?"

Jawaban teman saya si C cukup bikin saya ingat sampai sekarang, soalnya jawabannya diluar perkiraan saya. Selama ini saya pikir seseorang bakal nikah yak kalo dia suka, terlalu naif yah?
 Si C jawab gini. Waktu itu sih sebenernya ada 2 kandidat misal A dan B (suami C sekarang). "Gue dan A saling cinta, saling sayang, cuma sifat kita berdua banyak cekcoknya, kalau berharap berubah, dan gak ada cekcok lagi yah gak mungkin, makanya walau pun gue gak terlalu cinta B, tapi gatau kenapa gue yakin aja gue bakal bahagia dan akur sampai kakek nenek sama B. Lo nikah cuma pengen satu kali seumur hidup. Kalau banyak sifatnya yang lo gak suka, secinta apapun lo sekarang, yak sulit banget buat diubah, akan ada nanti saatnya di suatu titik lo bakalan ngerasa capek dan milih berakhir aja, nah itu yang bahaya, bisa cerai. Mending sakit hatinya sekarang sebelum ada korban, yaitu anak. Dan terbukti sekarang gue malah cinta banget sama laki gue. Cinta bakal tumbuh dengan sendirinya setelah nikah kok. Percaya deh." Kata teman saya C dengan yakin. Well ada benernya juga sih apa yang dibilang teman saya ini, toh agama juga menyarankan begitu bukan? Cinta yang baik itu adalah cinta setelah akad nikah, karena halal. Saya jadi inget ada seorang sahabat saya yang bentar lagi mau nikah, tapi masih sempet-sempetnya minta tolong saya buat kepo-in mantannya, bahkan minta saran saya, soalnya dia pengen ketemu sekaliii aja, pengen ketemu mantannya itu. Jodoh memang misteri Tuhan yang sulit diterka yah?

Dari ngomongin drama korea lho kok malah jadi ngelantur gini, hahaha.

Yang jelas drama Playfull Kiss ini recommend banget buat ditonton terutama kalo lagi males nonton drama yang bikin kesel karena banyak pemeran antagonis jahat-jahatannya. Selamat menonton.

Jumat, 20 Februari 2015

Mikrohidro

“Bekasi rasa puncak” itulah status yang teman saya unggah beberapa waktu lalu. Memang saya akui beberapa hari ini hujan deras nampaknya tidak bosan untuk hadir  setiap hari. Bahkan Jakarta sudah seperti lautan. Untung tahun ini Alhamdulillah rumah saya tidak kebagian jatah banjir J. Saat musim hujan begini, rasa-rasanya segelas bandrek hangat akan nikmat diseruput di malam hari. Segelas bandrek hangat yang saya nikmati mengingatkan saya pada CV Cihanjuang yang dulu pernah saya kunjungi saat mata kuliah konversi energi. CV Cihanjuang yang terletak di Cimahi Bandung ini terkenal akan Bandrek minuman khas Priangannya. Namun yang akan saya bahas di postingan kali ini bukanlah bandreknya, melainkan mengenai mikrohidro yang juga terkenal di Cihanjuang. Mungkin saja artikel ini bisa menginspirasi teman-teman untuk meneliti ataupun mencari tau lebih dalam mengenai mikrohidro sehingga bermanfaat.

Sebelumnya apa teman-teman tau atau pernah dengar apa itu mikrohidro? Saya juga baru tau mikrohidro ini saat kunjungan langsung ke lapangan. Saat di bangku sekolah pembangkit listrik yang saya ketahui hanyalah sebatas PLTU, PLTA, dan PLTS saja. Ternyata masih ada beberapa sumber tenaga listrik yang saya tidak ketahui, yak salah satunya si mikrohidro ini. Kalau dari namanya yang mengandung kata hidro mungkin teman-teman dapat menebak bahwa tenaga listrik ini pasti mengandung unsur air. Yup, benar. Lebih tepatnya Mikrohidro atau yang dimaksud dengan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH), adalah suatu pembangkit listrik skala kecil yang menggunakan tenaga air sebagai tenaga penggeraknya seperti, saluran irigasi, sungai atau air terjun alam dengan cara memanfaatkan tinggi terjunan (head) dan jumlah debit air.

Di jaman sekarang manusia sudah sangat ketergantungan dengan listrik. Buktinya saja saat terjadi giliran pemadaman listrik tidak sedikit aktivitas yang menjadi terganggu, bahkan beberapa perusahaan bisa mengalami kerugian. Mati lampu alias mati listrik, sudah biasa terjadi bukan? Itulah kondisi kelistrikan di Indonesia. Meningkatnya kebutuhan akan listrik dan masalah kekurangan pasokan listrik menjadi biang keladinya. Belum lagi masalah lain diantaranya  belum semua daerah dapat menikmati listrik. Saya pernah baca kalau tidak salah menurut kementrian ESDM pada tahun 2007 masih ada 105 juta jiwa di Indonesia yang belum menikmati pasokan listrik.

Di tengah kesulitan masyarakat Indonesia mengenai pasokan listrik, maka Eddy Permadi, Direktur CV Cihanjuang Inti Teknik (Cintek), menciptakan pembangkit listrik mikrohidro. Beliau melihat potensi tenaga air tersebar hampir di seluruh Indonesia. Rupanya Direktur CV Cintek ini terinspirasi untuk memanfaatkan air menjadi sumber tenaga listrik setelah beliau berkunjung ke sebuah museum energi di Zurich, Swiss. Di sana, Pegunungan Alpen besar sekali potensi airnya, mikro hidro menjadi salah satu sumber energi masyarakatnya. Indoneseia, sebagai negara yang memiliki potensi air yang melimpah, seharusnya bisa seperti Swiss, itulah yang ada di benak Pak Eddy yang juga menjabat sebangai anggota Dewan Pakar Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia (METI).

Masyarakat Cihanjuang kini tak perlu lagi membeli listrik dari PT PLN, karena sudah tersedia listrik dari PLTMH milik Cintek. Proses instalasinya kurang lebih dijabarkan seperti berikut. Aliran air dengan kapasitas dan ketinggian tertentu di salurkan menuju rumah instalasi (rumah turbin). Selanjutnya instalasi air tersebut akan menabrak turbin, lalu mengubahnya menjadi energi mekanik berupa berputamya poros turbin. Poros yang berputar tersebut lalu dihubungkan ke generator dengan mengunakan kopling. Generator akan dihasilkan energi listrik yang akan masuk ke sistem kontrol arus listrik sebelum dialirkan ke rumah-rumah atau keperluan lainnya (beban).


Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) dibawah ukuran 200 KW digolongkan sebagai Mikrohidro. Secara teknis Mikrohidro terdiri dari  tiga komponen utama yaitu air, turbin dan generator. Perusahaan yang didirikan pada 1999 ini, hingga tahun 2007 telah berhasil memasok turbin untuk Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) ke lebih dari 200 lokasi di Tanah Air. Mulai dari Tanah Rencong hingga Bumi Cendrawasih. Turbin air buatan Pak Eddy ini tak hanya diminati di Tanah air, tetapi juga pasar luar negeri, termasuk negara maju seperti Swiss. Sebagian dari PLTMH itu bahkan dibangun sendiri oleh Cintek, mulai dari konstruksi sipil, perlengkapan elektromekanik, transmisi dan distribusi listriknya ke masyarakat sekitar, hingga instalasi ke rumah-rumah. Kini desain produk turbin listrik PLTMH produksi Cintek sudah dipatenkan di Ditjen Hak Kekayaan Intelektual Departemen Hukum dan HAM dengan nama Hanjuang. Yang menarik, keberhasilannya di bisnis produksi turbin air mendorongnya untuk menekuni bisnis baru yaitu minuman khas Jawa Barat, bandrek dan semacamnya. Adapun merek yang diusung sama yaitu Hanjuang. Kini bisnis minuman bandreknya menunjukkan kinerja yang luar biasa. Untuk yang tertarik membaca artikel info tentang mikrohidro ini dapat mengunjungi link berikut. 1, 2,  3, 4.