Kamis, 26 Maret 2015

Belajar [lebih] Bersyukur

Kadang suka sebel juga sih kalo ada orang yang hidupnya (tanpa dia sadari) tergolong beruntung tapi kerjaannya ngeluh melulu, bawaannya pengen dijitak aja, hahaha. Banyak berita duka di sekitar saya akhir-akhir ini, akhirnya jadi ikut-ikutan baper mellow dan sensitive. Emang dasar sayanya aja yang cengeng sih itu mah, hehe. Sempat baca link berikut ini. Isinya kurang lebih menceritakan sisi lain dari kemeriahan konser One Direction. Ada sebagian orang yang nangis dan ngambek karena gak berhasil melihat personil boyband kesayangannya lantaran kehabisan tiket. Ternyata di balik kemegahan konser tersebut terselip kisah yang kalau menurut saya pribadi sih lebih sedih.


(kutipan berita dari Tempo.coonline)
Adalah Pak Rohmana, 56 tahun, pedagang musiman. Dengan lutut gemetaran, ia berjalan perlahan sambil menjajakan dagangannya. Saat seseorang membelikan air minum kemasan botol dan bakpao, ia langsung menangis.
Sejak datang dari Ciamis pukul 06.00 pagi, ia belum makan apa pun. “Perut cuma saya minumin terus. Kalau makan sayang, minum paling Cuma Rp 2 ribu. Di sini semua mahal,” kata dia.
              
  Cukup miris kan? Tapi pemandangan seperti ini sudah tidak asing tentu bagi kita, setidaknya di sekitar saya. Contohnya seperti kisah Almarhum Pak Toha penjualtali sepatu di gerbang lama Unpad. Teman-teman alumni Unpad pasti sudah tidak asing dengan Pak Toha ini.

Saya jadi ingat saat kemarin ada penjual keripik yang menawarkan dagangannya pada saya. Karena saya lihat keripiknya masih banyak, jadi akhirnya saya beli. Pengen nangis rasanya saat saya membayar keripik itu, sang bapak mendoakan saya, salah satunya semoga saya jadi orang yang sukses. Padahal harga keripik yang saya beli tidak seberapa dibandingkan harga jajanan heits masa kini seperti kue cubit matcha, es krim mochi, pie susu, dll. Jika dagangan keripik seperti yang dijual bapak tersebut mulai ditinggalkan oleh masyarakat dikarenakan kalah ngetren dibanding jajanan heits, kelak pedagang-pedagang tradisional  ini mau mencari nafkah dengan cara apalagi yah?

Harga air minum mineral yang dijajakan di pinggir jalan yang mungkin bagi sebagian orang terlihat lebih mahal seribu dua ribu rupiah dibanding mini market tanpa kita sadari dari sanalah pedagang asongan mendapat pundi rupiah untuk makan dan anak sekolah. Tapi gak bisa disalahin juga sih yang takut beli makanan atau minuman di jalan, mungkin karena berita di tivi jaman sekarang juga banyak yang serem-serem entah minuman dibius lah, minuman teh kemasan palsu lah, allahu’alam.


Tanpa kita sadari ada begitu banyak diantara kita, termasuk saya sendiri, kurang mensyukuri apa yang kita miliki. Padahal di luar bisa hidup nyaman seperti yang biasa kita jalani, bagi mereka adalah ‘hal-hal mewah’. Ada sepasang suami istri yang berdoa minta diberi keturunan bertahun tahun namun belum juga dikabulkan sementara di sisi lain ada yang diberi rejeki keturunan malah disia-siakan, bahkan tidak sedikit pula yang digugurkan. Ada yang merasa kurang senang dengan hidungnya yang kurang mancung, kulit kurang putih, mata kurang belo, dsb padahal bayangkan betapa berbesar hatinya orang-orang yang dilahirkan dengan fisik tidak lengkap

 Seperti itu mungkin yah sifat manusia kebanyakan, saat kekurangan atau tidak lagi memiliki, barulah terasa penting hal-hal yang sepele tadi. Aaah jadi mellooow, yuk ah semangaat, karena setiap detik kita bernafas, selalu ada hal yang dapat kita syukuri, contohnya waktu yang dihabiskan bersama orang-orang tersayang.



kisah hidup menarik dari Choi Sung Bong



Tidak ada komentar:

Posting Komentar