Senin, 09 Maret 2015

"Belum makan kalau belum ketemu nasi"

Belakangan ini di berita tv marak sekali blow up kasus KPK vs Kapolri serta masalah Ahok vs DPRD, saya sampai jenuh banget ngedengerinnya. Untuk tagline berita di situs online, berita-berita sering saya skip saja, akhirnya lanjut baca berita yang lain. Ada satu berita yang cukup bikin saya geregetan pengen bikin artikel di sini. Yak, tentang impor beras dan ketersediaan bulog untuk pangan nasional. Karena kebetulan saya paham sedikit mengenai teknologi industry pertanian.

Pada situs harian Viva online berikut ini disebutkan bahwa Presiden Jokowi kukuh tidak akan impor beras. Beliau memerintahkan melepas stok beras di bulog untuk disalurkan di pasar. Beliau juga menambah alat dan kebutuhan produksi pertanian di daerah agar petani lebih produktif dalam menghasilkan beras.

Saat pemilu sejujurnya saya tidak sreg dengan kedua kandidat presiden. Namun beberapa kinerja Pak Jokowi ini dalam memperbaiki Indonesia perlahan menurut saya berangsur-angsur lebih baik. Yak salah satu contohnya dalam bidang pertanian seperti yang saya sebutkan di atas. Saya setuju kok jika impor beras dihentikan dengan beberapa alasan yang akan saya paparkan.

“Orang Indonesia meskipun sudah makan roti belum makan namanya kalau belum makan nasi”. Sering mendengar ungkapan ini?. Budaya makan pokok adalah makan nasi sudah mengakar kuat sepertinya di Indonesia. Entah siapa yang awalnya memperkenalkan kebiasaan makan nasi di Indonesia hingga kini menjadi budaya turun temurun.

Konon para pedagang dari Cina yang membawa budaya makan nasi ini masuk ke Indonesia. Sejak tahun 2300 SM penghuni negeri ini telah mulai mengenal nasi sebagai produk olahan dari beras melalui para pedagang Cina tersebut. Dan entah apa yang menjadi alasan utama nenek moyang kita terdahulu sehingga akhirnya memilih nasi ini sebagai makanan pokok favorit. Seiring  bergulirnya waktu tanpa disadari kesukaan ini terwariskan kepada generasi demi generasi selanjutnya untuk kemudian akhirnya menjadi makanan pokok sebagian besar penduduk negeri Indonesia saat ini. Menggeser keberadaan ragam makanan pokok lain yang telah ada sebelumnya. Padahal dulu makanan pokok orang Indonesia sangaaat beragam, tidak melulu nasi, misalnya Singkong, Ubi, Sagu, Pisang, dll. Sebagai contoh, sekarang masyarakat Irian Jaya yang dulunya menjadikan sagu sebagai makanan pokok pun mulai beralih mengkonsumsi nasi sebagai makanan pokok. Jagung yang diidentikan sebagai makanan pokok daerah Madura pun perlahan bergeser menjadi nasi. Namun (sekali lagi) entah mengapa pada akhirnya masyarakat Indonesia hampir seluruhnya kini sangat menggemari nasi sebagai makanan pokoknya. Akibatnya? Kebutuhan beras kian meningkat tiap tahunnya bahkan negeri ini nyaris keteteran menanggulangi masalah tersebut yang berakhir dengan impor beras.

Maka dari itu salah satu usaha untuk menanggulangi persoalan, untuk mengurangi bahkan mencegah terjadinya impor beras, adalah dilakukannya sosialisasi diversifikasi makanan pokok. Mengedukasi masyarakat bahwa sumber makanan pokok bukan melulu hanyalah nasi. Tentunya usaha ini harus didukung penuh oleh pemerintah sehingga masyarakat bisa mulai terbiasa menjadikan selain nasi sebagai sumber karbohidrat utamanya. Diharapkan tidak ada lagi terjadi fenomena yang dianggap lazim ketika piring makan siang kita berisi menu seperti ini : nasi putih, perkedel kentang dan tumis jagung. Yang ternyata seluruhnya terdiri dari karbohidrat. Makanan pokok semua!


Membutuhkan kebiasaan baru yang mesti dilatih untuk menggantikan kebiasaan lama yang sudah mengakar. Ini bukan perkara mudah dan merupakan pekerjaan rumah bagi pemerintah bukan hanya sekedar menggembar-nggemborkan kebijakan diversifikasi pangan. Butuh upaya keras untuk melatih masyarakat indonesia mengubah budaya makan nasi ke makanan yang lain. Seperti gerakan “Sehari Tanpa Nasi” yang dikampanyekan oleh Walikota Depok. Gerakan One Day no Rice merupakan program yang telah digulirkan Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian beberapa tahun lalu. Namun, program ini seperti mendapat momentum ketika Pemkot Depokmulai mengkampanyekan program tersebut pada 22 April 2012. Gerakan One Day no Rice adalah gerakan untuk mencerdaskan bangsa karena karbohidrat tidak hanya bersumber dari nasi saja. Gerakan ini mengajarkan kita untuk berkreasi dalam menyajikan pangan pengganti beras.

Sumber Referensi:
1. http://kisuta.com/20130517-budaya-makan-nasi-bisa-membuat-indonesia-bangkrut
2. http://megapolitan.kompas.com/read/2013/11/18/0750036/Gerakan.dari.Kantin.Balaikota.Depok
3. http://ketahananpangannunukan.blogspot.com/
4. http://risablogedia.blogspot.com/2012/06/tipikal-indonesia-belum-kenyang-kalau.html
5. http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2012/06/10/bisakah-sehari-tanpa-nasi-468767.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar