Rabu, 27 April 2016

Andai Kamu Tau

Akhirnya hari itu dia datang ke rumah. Terpaksa atau tidak, hanya ia dan Tuhanlah yang tau. Awalnya dia enggan masuk rumah, mungkin merasa tidak enak hati pada orang tuaku.

Dia membuka percakapan. Aku menunjukkan kemarahanku dengan diam, tentu saja dengan muka ditekuk cemberut. Malam harinya saat dia mengirim pesan memberi tau bahwa akan datang ke rumah, aku menjawabnya dengan permintaan agar ia datang beserta penjelasan yang nyaris satu setengah bulan ini tidak dapat ia jelaskan. Namun siang ini, sejuta pertanyaan dikepalaku sepertinya lenyap seketika layaknya busa. "Kamu mau nanya apa?" tanyanya. Jangankan pertanyaan, menatap wajahnya sambil bicara pun tidak kulakukan. Sesekali aku curi curi pandang menatap matanya. Ah mata itu... mata yang dapat menenggelamku seketika. Mana mungkin aku bisa marah dengan tatapan itu.

"Itu bibir kenapa? Habis makan jagung bakar" candanya mencairkan suasana. Kupalingkan wajahku. Aku kesal. Harusnya dia dapat berpikir? Untuk siapa lagi memangnya hari itu aku Sengaja Berdandan?

Hari itu akhirnya dia bersedia juga masuk ke rumahku. Meskipun akhirnya aku enggan bicara, yang akhirnya terpaksa ia mengobrol dengan ibuku. Mana mungkin tidak ada hal ingin aku katakan. Aku... aku takut tidak dapat menahan emosiku saat bicara, tentu dengan kemungkinan terburuk... yang berujung... nangis. Andai kamu tau apa yang aku rasakan.
Andai kamu tau...

Sabtu, 02 April 2016

Cause Life Must Goes On

Akhirnya masalah yang bikin otak saya berputar selama sebulan ini selesai juga. Yah walaupun hasil akhirnya cukup pahit, hehe.

Saya selalu berusaha fokus ke lain hal dibanding masalah tersebut, tapi yang terjadi ujung ujungnya semua hal yang harusnya saya lakukan dan kerjakan justru kacau, amburadul semua. Badan ada di tempat, tapi tidak dengan pikiran, entah ada dimana.    

Gak ada rasa lapar, gak semangat melakukan hal hal yang biasanya saya sukai, susah tidur, sering marah tanpa sebab. Pokoknya kayak orang gak ada kemauan idup. Yup! Saya menjadi orang super dupeeer nyebelin dalam sebulan. Seperti bukan saya yang biasanya. Setiap hari saya cuma bisa terus terusan nyalahin diri sendiri.

Beruntung sekali memiliki sahabat yang peduli  tanpa kepo ingin tau apa masalah yang saya sedang alami. Thank you Ciciiit, Wince, Ade, dan Indra, yang gak ninggalin meski saat Na lagi ada masalah. Ailopyu sahabatku.

Terutama mama. Yang tau persis anaknya sedang ada masalah. Tapi gak mau ikut campur, karena hapal banget sifat anaknya "kalau perlu diceritain maka Mba Aii bakal inisiatif cerita sendiri, kecuali emang hal yang gak bisa diceritain". Mama cuma meluk sambil bilang "Kalau mau nangis, nangislah yang kenceng".

Akhirnya kemarin masalah itu selesai, lebih tepatnya tadi malam. Alhamdulillah. Hasil akhirnya memang tidak sesuai harapan, tapi saya akan belajar untuk ikhlas. Akhirnya saya mulai bisa tersenyum... tulus dari hati.