Selasa, 09 September 2014

Bolu Lapis Talas

Saya selalu tertarik dengan menu cemilan atau kuliner yang terbuat dari bahan hasil pertanian khas Indonesia, itung-itung mengurangi konsumsi bahan hasil pertanian impor. Saat mampir ke toko roti langganan dekat rumah, hari itu ada promo cake varian baru. Langsung saja saya beli satu karena kebetulan sedang diskon, hehe :p. Sebenarnya ada banyak varian rasanya, strawberry, durian, dll. Awalnya saya mengincar yang rasa green tea, namun karena stocknya habis akhirnya saya membeli varian rasa tiramisu. Saya sempat mengira cake ini adalah brownies, karena kemasannya mirip sekali dengan kemasan brownies langganan saya yang berada di seberang kampus IPDN Jatinangor. Sebelum dibuka saya sempat mengamati kemasannya terlebih dulu. Sudah ada sertifikasi halalnya ternyata. Sewaktu pelajaran kuliah, setau saya membuat sertifikasi halal itu agak sulit minimal dibutuhkan jangka waktu satu tahun, agak salut juga saya dengan brand roti satu ini.


Lalu kemudian hal yang membuat saya tertarik membeli cake ini yaitu komposisinya, yaitu terdiri dari tepung talas, tepung nangka, dan tepung labu. Wah, saya bersyukur sekali semakin lama masyarakat menjadi modern semakin meningkat pula edukasi pemanfaatan bahan-bahan lokal yang mengandung zat gizi yang cukup tinggi, tidak kalah dengan produk import. Saya merasa senang karena hal-hal seperti ini berkaitan dengan yang saya pelajari ilmunya sewaktu kuliah.


Memang sih, di komposisinya masih mencantumkan bahan baku terigu pula. Tapi saya yakin kok komposisinya jauuh lebih sedikit ketimbang pembuatan cake pada umumnya. Sekedar informasi untuk pembaca. Bahwa sampai saat ini jumlah konsumsi terigu di Indonesia masih sangat tinggi. Sedangkan bahan baku terigu adalah gandum, yang tidak dapat tumbuh baik di iklim Indonesia, sehingga masih harus diimpor dari luar negeri. Padahal karbohidrat kan tidak melulu dari gandum, banyak bahan lain sebagai pengganti karbohidrat diantaranya umbi seperti talas, ubi, dan ketela. Selain itu umbi-umbian juga mengandung zat gizi yang lebih tinggi.


Sebagai perumpamaan dalam pembuatan satu buah cake pada umumnya digunakan 100 gram terigu, sedanghkan pada cake talas, penggunaan terigu dapat diminimalisir sampai 50%. Cukup mengurangi konsumsi terigu bukan? Mungkin di antara teman-teman bertanya-tanya mengapa penggunaan tepung talasnya tidak 100% saja? Kelemahan penggunaan tepung dari umbi yaitu tidak memiliki daya emulsi sebaik tepung dari serealia seperti gandum (tepung terigu). Alih-alih bukannya menjadi roti atau cake nanti malah menjadi kue talam, hehe :D. Semoga kelak ada adik-adik atau teman-teman ada yang tertarik untuk meneliti tepung subtitusi pengganti terigu yah ;).  Udah ah kebanyakan penjelasannya, saya udah keburu kehabisan cakenya sama orang serumah nih :’)


Sedikit review testimonial untuk urusan rasa, rasanya sangat enak menurut saya. manisnya pas. Tekstur cakenya cukup moist, tidak 'kempes' seperti halnya chiffon cake. Saya kira rasanya akan seperti kue lapis surabaya ternyata tidak, karena teksturnya lebih mirip ke butter cake. Saat melihat topping bagian atasnya mungkin sebagian orang akan mengira ada parutan keju di atasnya. Ternyata topping diatasnya adalah  cappucino cream yang terlebih dulu dibekukan, kemudian diparut di atas cake sehingga crunchy namun meleleh saat di kunyah, nyumm! 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar