Jumat, 29 Agustus 2014

Dunia Kerja Keras



Kemarin, kebetulan saat ulang tahun saya, saat ngumpul dengan teman-teman semasa kuliah. Kami banyak ngobrol ngalor kidul yang berakhir dengan ngomongin pekerjaan. Banyak diantara mereka padahal menurut saya pekerjaannya sangat bagus dan diidam-idamkan banyak orang. Tapi ternyata yang saya tidak sangka banyak diantara mereka yang mengeluhkan pekerjaannya dan ingin resign, bahkan beberapa sudah resign.
Sebut saja A, sahabat saya ini bekerja sebagai salah satu auditor internal di salah satu perkebunan kelapa sawit. A sering bolak-balik sumatera jawa. Dia sering curhat kalau benar-benar gak betah dengan pekerjaannya, ingin rasanya resign dan pindah kerja di daerah dekat rumahnya saja. Hal yang paling membuat saya sedih adalah bahkan berat badannya turun hingga 12 kg. Ada lagi teman saya F, sewaktu baru lulus dia sangat berfikir idealisme, seperti fresh graduate kebanyakan, hingga akhirnya kemudian dia mendapat posisi tinggi di sebuah bank ternama, tapi kemudian belakangan saya diceritakan teman saya, bahwa sekarang di tempatkan di Makassar, bahkan rasanya sekarang dia merasa agak menyesal, tapi tentu saja tidak bisa resign begitu saja karena akan kena pinalti.
Sebenarnya ada beberapa cerita lagi yang saya peroleh kemarin. Rasa-rasanya dari semua cerita yang saya peroleh, mayoritas gak betah, hingga akhirnya pindah dari satu kerjaan ke kerjaan lain, 'kutu loncat' itulah istilah yang dijuluki oleh dosen saya. Saya juga sejujurnya lumayan bingung ketika dimintai saran oleh mereka. Karena menurut saya semua pekerjaan itu memang tidak ada yang gampang, semuanya berat.
Saat di dunia perkuliahan, amat terasa sekali bahwa dosen mengarahkan para mahasiswanya untuk menjadi pencipta lapangan kerja, sehingga tidak tercipta lagi pengangguran terdidik. Masih ingatkah beberapa waktu lalu di berbagai media ramai diberitakan seorang lulusan S2 UI yang minta pelegalan suntik mati? Ikut miris yah mendengarnya. Bahkan hakim yang menangani kasus tersebut sampai ikut turun tangan untuk menasehati pria tersebut bahwa hidup jangan dijadikan beban. Saya punya satu cerita menarik, suami dari tante saya juga lulusan S2 teknik UI, dimana untuk lulusan S2 terkenal sulit mencari pekerjaan karena jarang perusahaan yang menyediakan budget lebih. Yang kemudian akhirnya beliau membuka perusahaan kecil-kecilan pembuatan bahan conveyor, sesuai ilmu yang diperoleh diperkuliahannya. Alhamdulillah sekarang usahanya sudah lumayan merambah pasar eksport.


Sewaktu lulus, banyak fresh graduate yang masih berpikiran sangat idealis. Padahal saya rasa semua pekerjaan itu adalah baik. Memang sih tidak dapat dipungkiri tidak ada pekerjaan yang ringan. IMHO, jika yang selama ini kita ambil dari perkuliahan itu ilmunya, bukan hanya sekedar ijazahnya saja, gak akan terjadi banyak pengangguran di negara kita ini. Sebagai contoh, kemana ilmu wirausaha, desain produk, menggambar teknik, yang selama ini diperoleh di perkuliahan? Padahal saya rasa berbekal ilmu tersebut cukup untuk dunia kerja maupun dunia wirausaha. Wong tukang gorengan aja bisa hidup kan dengan hanya berjualan? Memang sih gak semua orang yang berusaha memulai usaha kecil-kecilan memiliki jaminan pasti sukses, pasti ada banyak sekali proses jatuh bangunnya. Contohnya, sewaktu kuliah saya bersama teman saya pernah mendapatkan dana hibah dari salah satu bank ternama, program wirausaha muda mandiri, memang sih saya akui waktu itu banyak sekali kendalanya tapi tidak bisa saya pungkiri banyak hal juga yang saya peroleh dan pelajari. Pernah dengar kisah pengusaha ayam bakar mas mono yang terkenal itu? Dibalik semua manis yang dia rasakan sekarang banyak pula kisah jatuh bangun dibaliknya.
 Seperti yang dikeluhkan sahabat-sahabat saya bahwa bekerja itu memang sulit, tapi mungkin ada hal yang mereka lupakan, bahwa ada banyak orang yang juga jauh sangat mendambakan pekerjaan, rela berusaha bekerja keras untuk memperoleh pekerjaan. Baik mencari pekerjaan di perusahaan maupun menjadi enterpreneur saya rasa keduanya sama baiknya tapi menurut saya yang terpenting dari semua itu yah disyukuri, semua kembali ke cara pandang pribadi masing-masing.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar